Mohon tunggu...
Febry Yani
Febry Yani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Febry Yani Marcela atau yang sering disapa dengan Febry. Lahir di Bogor pada tanggal 17 Februari 2004. Ia merupakan seorang mahasiswa program sarjana di Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Suara Kebenaran, Feminisme dan Realisme dalam Dua Dunia Karya Nh Dini

29 Juni 2024   21:30 Diperbarui: 29 Juni 2024   21:46 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kumpulan cerpen Dua Dunia karya Nh. Dini mengangkat isu-isu yang sama, yakni feminisme, keberanian wanita, dan realita-realita dalam kehidupan. Hal ini berkaitan dengan penulis, Nh. Dini, sebagai sastrawan wanita yang menurut saya ingin menyuarakan hak-hak wanita tanpa penindasan dan mendorong mereka untuk lebih berani dalam mengambil keputusan. “Tulisan-tulisan saya lebih banyak mengandung kenyataan hidup daripada khayalan. Isi kumpulan cerpen ini merupakan buktinya” (Dini, 2002).

Nh. Dini menyatakan bahwa bahan cerita diperoleh dari pengamatannya di sekitar. Hal ini mendorong saya untuk mengamati isi seluruh kumpulan cerpen tersebut, apakah benar hal yang terdapat dalam cerpen terjadi dalam kenyataan hidup. Jelas sekali bahwa semua isi kumpulan cerpen ini memang terjadi dalam realisme kehidupan: perceraian, ditinggal kematian, keberuntungan yang membawa kesuksesan, dan nasib kehidupan. Di sisi lain, saya menyoroti pemikiran Nh. Dini pada salah satu ceren, yakni Dua Dunia dari kumpulan cerpen Dua Dunia.

Dalam cerpen Dua Dunia, terdapat paham patriarki dan kesewenang-wenangan kaum tua (adat) terhadap kaum muda. Hal ini dialami oleh tokoh utama, Iswati, yang menderita sejak kecil akibat didikan orang tuanya yang berpegang pada adat Jawa. Selain itu, kebebasan individu terkungkung karena Iswati dinikahkan dengan laki-laki yang tidak dikenalnya, sehingga tidak dapat memilih pasangan sendiri. 

Sorotan utama dalam cerpen ini adalah adat kebudayaan Jawa yang diwariskan turun temurun dapat membawa kesengsaraan pada pihak-pihak tertentu, terutama wanita. Dalam konteks kontemporer, patriarki dapat diartikan sebagai dominasi laki-laki dalam berbagai aspek yang menempatkan perempuan dalam posisi subordinat atau lebih rendah (Sakina, 2017). Iswati tidak hanya mengalami kesengsaraan dari orang tuanya tetapi juga dari suaminya yang menganut patriarki.

Saya melihat bahwa Nh. Dini berpandangan bahwa kebebasan individu yang terkungkung dapat menghancurkan kehidupan seseorang. Orang tua tidak hanya memikirkan kepentingan sendiri dalam mendidik anak, tetapi juga perlu memperhatikan kebebasan anak. Didikan yang salah dapat membuat anak tidak mengetahui apa yang benar dan salah karena selalu diajarkan untuk patuh tanpa membantah. 

Hal ini dapat membawa tekanan pada anak yang tidak bisa bertindak bebas karena selalu di bawah perintah orang tua. Ini terjadi pada Iswati yang harus menikah dengan laki-laki yang tidak dikenalnya dan tidak berani mengungkapkan kesalahan ibunya yang berjudi kepada ayahnya. Dalam situasi yang terkungkung tersebut, Iswati tidak berani membantah dan hanya ingin menjadi anak yang berbakti, akhirnya menuruti perintah ibunya.

Penindasan hak perempuan juga terlihat dalam cerpen Dua Dunia ini, mungkin sebagai bentuk protes Nh. Dini pada zamannya. Iswati mengalami penindasan karena tidak dapat menyuarakan haknya dan hanya menerima semua perlakuan suaminya yang berselingkuh, serta mendapat cemooh dari mertua, tetangga, dan kawannya. Seharusnya, istri berhak untuk mengajukan pendapatnya sendiri, tidak hanya menurut suami demi mempertahankan perkawinan yang serasi (Djajanegara, 2000).

Dalam cerpen Dua Dunia, Nh. Dini tampak menyuarakan pendapatnya tentang kesetaraan kedudukan antara wanita dan laki-laki, serta mendorong wanita untuk lebih berani dalam mengambil keputusan sendiri. Terlihat pada akhir cerpen, Iswati berani mengutarakan pendapatnya pada ayahnya, bahwa ia ingin merawat anaknya, Kanti, seorang diri dan tidak ingin memberikan anaknya kepada mantan suaminya, Darwo. Walaupun menghadapi larangan agama dan kesulitan ekonomi, Iswati bersiteguh atas pilihan dan pendapatnya.

Dengan demikian, pemikiran Nh. Dini menunjukkan bahwa kedudukan antara wanita dan laki-laki sama, unsur realisme dalam cerpen-cerpen ini benar-benar terjadi dalam kenyataan hidup, kebebasan individu berhak bagi semua makhluk, serta kebebasan dalam hak dan pendapat juga berhak bagi semua makhluk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun