Mohon tunggu...
Febryana Sari
Febryana Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Sunan Giri Surabaya

artikel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membentuk Toleransi untuk Membangun Lingkungan Bebas Perundungan (Bullying) di Sekolah

20 Juli 2024   16:49 Diperbarui: 20 Juli 2024   16:53 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Istilah bullying atau bully berasal dari bahasa Inggris yang berarti mengertak atau menindas. Namun, penggunaan istilah menggertak dan menindas tidak sepenuhnya mencerminkan makna dari bullying. Istilah yang paling tepat untuk bullying dalam bahasa Indonesia adalah "perisakan," yang berasal dari kata "risak" dan memiliki arti mengusik atau mengganggu secara terus menerus dengan berbagai olok-olokan.

Perilaku bullying, atau perundungan, merupakan salah satu bentuk tindakan agresif yang telah menjadi masalah di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Remaja, baik laki-laki maupun perempuan, sangat rentan mengalami bullying yang dapat terjadi di berbagai lokasi, seperti sekolah. Tingkat kejadian perilaku bullying semakin meningkat dan telah memberikan dampak negatif baik bagi korban bullying maupun pelaku. 

Pendidikan merupakan faktor kunci dalam membentuk karakter siswa. Mengajarkan toleransi sejak usia dini sangat penting untuk menciptakan generasi yang menghargai perbedaan. Kurikulum sekolah perlu memasukkan pendidikan karakter yang menekankan nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman. Materi mengenai berbagai budaya, agama, dan pandangan hidup harus disajikan secara menarik dan relevan. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler yang mendorong kerja sama antara siswa dari berbagai latar belakang juga dapat memperkuat rasa saling menghormati.

Toleransi adalah sikap penting yang perlu ditanamkan dan dipraktikkan di lingkungan sekolah. Dengan pendidikan yang tepat, menciptakan lingkungan yang inklusif, mengembangkan keterampilan sosial dan emosional, meningkatkan kesadaran tentang pentingnya toleransi, memberikan contoh yang baik, dan mengadakan kegiatan yang mendorong kerja sama, kita dapat menciptakan sekolah yang lebih harmonis dan mendukung. Toleransi tidak hanya membantu mengurangi konflik dan perundungan, tetapi juga membangun masyarakat yang lebih damai dan adil. Dengan demikian, penting bagi kita semua untuk terus mendorong dan menjaga toleransi di lingkungan sekolah, sehingga setiap siswa dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Cara Menangani: 

  • Untuk mengurangi perundungan, penting untuk meningkatkan kesadaran tentang dampak negatif yang ditimbulkannya. Kampanye anti-bullying, seminar, dan diskusi di sekolah dapat membantu siswa memahami konsekuensi perundungan. Mengetahui bahwa tindakan perundungan dapat menyebabkan trauma emosional yang mendalam, penurunan prestasi akademik, dan bahkan keinginan untuk bunuh diri, dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam mencegah dan menangani perundungan. Peningkatan kesadaran ini juga harus melibatkan orang tua dan staf sekolah, sehingga semua pihak memahami pentingnya menciptakan lingkungan yang aman dan suportif.
  • Para pendidik dan staf sekolah harus menjadi teladan dalam menunjukkan perilaku toleran dan menghargai perbedaan. Tindakan mereka akan menjadi contoh bagi siswa, yang pada gilirannya akan meniru perilaku positif tersebut. Menunjukkan empati, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan bertindak dengan adil adalah beberapa cara untuk memberikan contoh yang baik. Selain itu, sekolah harus menyediakan pelatihan bagi staf untuk mengenali tanda-tanda perundungan dan cara menanganinya dengan efektif.

Para guru dan staf sekolah juga memiliki peran krusial dalam memberikan teladan yang baik. Perilaku dan sikap mereka sehari-hari dapat menjadi panutan bagi siswa. Guru yang memperlihatkan sikap toleran, menghormati perbedaan, dan bertindak dengan adil akan menginspirasi siswa untuk bersikap serupa. Selain itu, guru juga harus menangani setiap tindakan intoleransi atau perundungan dengan tegas dan segera, agar siswa memahami bahwa sikap tersebut tidak dapat diterima.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun