Mohon tunggu...
Febry Silaban
Febry Silaban Mohon Tunggu... Editor - Omnia tempus habent - Semua ada waktunya

Etimolog, Pemerhati Bahasa, dan Alumnus Master Kebijakan Publik dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Komentar Kecil soal Perubahan Bagian Doa Bapa Kami

3 Februari 2021   21:55 Diperbarui: 4 Februari 2021   22:29 973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paus Fransiskus memberi persetujuan perubahan doa Bapa Kami & Kemuliaan dalam Misa bahasa Italia (ucatholic)

[4]

Kemudian, alasan teologis Paus Fransiskus soal perubahan bagian kalimat Bapa Kami itu sebenarnya banyak ditentang dan tidak disetujui oleh para ahli kitab suci, ahli liturgi, dan teolog Gereja.

Mgr. Nicola Bux, seorang ahli liturgi dan mantan konsultores untuk Kongregasi Doktrin Iman pada masa Paus Benediktus XVI, yang sekarang menjabat sebagai konsultores untuk Kongregasi bagi Penyebab Penganugerahan Gelar Santo-santa dan Kongregasi Ibadah Ilahi dan Tata Tertib Sakramen, mengkritik perubahan tersebut.

"If the petition in question was considered incomprehensible, was it not enough to explain it in a CATECHESIS?" he asked.

Kan cukup lewat KATEKESE saja, mengapa harus ada perubahan besar-besaran begini?

Mgr. Bux mengatakan bahwa dia percaya terjemahan 'paling meyakinkan' adalah terjemahan 'tradisional' oleh St. HIERONIMUS yang menerjemahkannya dengan kata kerja Latin "INDUCERE" (yang berarti untuk memperkenalkan, INTRODUKSI, tepatnya meng-INDUKSI) dengan kemungkinan bahwa Tuhan menguji kita untuk membuktikan apakah kita setia.

Beberapa kali Kitab Suci menceritakan bahwa Allah menguji mereka yang Dia kasihi, seperti dalam peristiwa Yunus. Yesus juga berbicara tentang "TANDA YUNUS," yaitu, cobaan/ujian yang dilaluinya sendiri dan semua orang yang ingin mengikutinya akan melalui: penderitaan dan kematian, "momen pertama" dari Misteri Paskah. Dan, "momen kedua," kebangkitan, yang tergantung pada yang pertama.

Di Taman Getsemani Yesus meminta Bapa untuk mengambil darinya "piala", yaitu COBAAN yang mengerikan dari Salib. Karena itu, untuk membuktikan bahwa kita setia kepada Perjanjian-Nya, kita tidak dapat meminta Allah "untuk tidak meninggalkan kita pada pencobaan" (E NON ABBANDONARCI ALLA TENTAZIONE), tetapi "jangan menuntun kita ke dalam pencobaan dan untuk membebaskan kita dari kejahatan."

Terjemahan baru itu tampaknya kontras dengan sifat Tuhan, seperti yang diungkapkan kepada kita dalam Perjanjian Lama dan khususnya dalam Perjanjian Baru.

Pada tahun 2007, Paus Benediktus XVI menuliskan dalam bukunya "JESUS OF NAZARETH" pada bab V tentang bagian Doa Bapa Kami dan menjelaskan perihal kalimat "dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan". Di sana ia berusaha menjelaskan arti sebenarnya dari kalimat tersebut (sering disebut petisi keenam), tetapi IA TIDAK PERNAH MENYARANKAN AGAR KATA-KATA ITU DIUBAH.

"Allah memberi Setan kebebasan untuk menguji Ayub, meskipun dalam batas-batas yang ditentukan dengan tepat: Allah tidak meninggalkan manusia, tetapi ia membiarkannya diadili," tulis Benediktus XVI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun