---
Di sebuah travel ekonomi AC dalam perjalanan.
"Pak .. pak, coba lihat tulisan di kaca depan .. Dilarang merokok itu, " ucap penumpang kepada si sopir.
"Itu aturan buat penumpang, bukan buat sopir, " balasnya. "Sekarang kalau aku ngantuk, gimana coba ? Nah, kamu pikirlah sampai ke situ."
Dan sepanjang perjalanan dihiasi dengan polah si sopir yang terus ngedumel tidak mau kalah.
---
"Mo ngebul, Sro ? " tanya Unyil.
"Ho.o, " Usro ngejawab.
"Berapa bungkus rokok kamu habiskan dalam sehari, Sro ? " selidik Unyil.
"2 bungkus, kalo lagi sepet ya bisa 3 bungkus, kenapa emang ? " jawab Usro.
"Coba kutanya, sudah berapa lama kamu merokok ? " kejar Unyil.
"15 tahun, kenapa si tanya mulu ? "
"Ckckck ... 15 thn x 12 bln x 30 hr x 2 bngkus= 10800 bungkus, misal harga sebungkus 12000, bisa 129.6 juta, artinya kamu udah membakar rupiah sejumlah itu, bisa buat beli mobil, bro " jelas Unyil.
"Mmm, terus kamu ngerokok ga ? "
"Ga"
"Terus kok kamu dateng jalan kaki .. mana mobilnya ? " si Usro mengelak.
---
Perokok pasif sama bahayanya dari perokok aktif. Nah, daripada udah pasif tapi sama-sama sakit, mending diaktifkan saja.
---
Sering dengar elak para perokok di sekitar kita seperti di atas ? Atau pernah dengar yang lebih keras kepala dan punya alasan yang lebih aneh lagi ? Dan selidik punya selidik, rokok telah menyumbang pajak yang sangat besar dalam pendapatan pemerintah, memberikan dana sponsor untuk perhelatan olahraga yang seharusnya mencerminkan gaya hidup sehat, plus memberikan lapangan pekerjaan bagi ribuan orang, dari petani di hulu, buruh di pabrik-pabriknya, sampai pedagang asongan di jalanan. Masih banyak kah pembenaran-pembenaran tentang berhala sejuta umat ini ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H