Mohon tunggu...
Febryan Fitto
Febryan Fitto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga Ilmu Politik

Sedang Berjuang.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Politik diatas Lapangan Hijau

27 Mei 2023   17:20 Diperbarui: 28 Juni 2023   02:11 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lapangan Kodam Brawijaya V

Penyalahgunaan kekuasaan:Partai politik sepak bola juga dapat menyalahgunakan kekuasaan mereka untuk mendominasi pengambilan keputusan dan menekan oposisi. Mereka dapat memanipulasi peraturan, memblokir reformasi atau menekan suara-suara kritis yang dapat membahayakan posisi mereka. Efek pengaruh politik pada sepak bola bisa merugikan. Hal ini dapat merugikan integritas kompetisi, merugikan perkembangan sepak bola, menghambat perkembangan bakat muda dan menurunkan minat masyarakat terhadap olahraga.

2. Korupsi:

Korupsi merupakan ancaman besar dalam sepak bola Indonesia. Korupsi bisa datang dalam berbagai bentuk, mulai dari pengelolaan dana hingga kontrak pemain hingga lisensi klub. Praktek korupsi ini merusak perkembangan sepak bola dan menghambat perkembangan bakat muda. Selain itu, korupsi dapat merusak citra sepak bola Indonesia di mata internasional.Korupsi dalam sepakbola adalah penyalahgunaan kekuasaan, manipulasi atau penyelewengan dana yang terjadi di lingkungan sepakbola. Korupsi dalam sepak bola dapat menimpa berbagai pihak, antara lain pengurus serikat pekerja, pengurus klub, pemain, wasit, agen pemain dan pihak terkait lainnya. Berikut adalah beberapa contoh korupsi dalam sepak bola:

               1. Suap arbiter: Menyuap wasit adalah salah satu bentuk korupsi yang paling umum. Pihak yang terlibat, seperti klub atau agen pemain, dapat menyuap wasit untuk memanipulasi hasil pertandingan demi alasan keuangan atau untuk mempengaruhi posisi kompetitif. 

               2. Penyalahgunaan Dana: Korupsi berupa penyelewengan dana merupakan hal yang lumrah dalam pengelolaan klub atau perkumpulan sepak bola. Dana yang seharusnya digunakan untuk memperluas infrastruktur, melatih pemain atau mengembangkan sepak bola di daerah bisa disalahgunakan untuk keuntungan pribadi atau untuk suap dan pengaruh politik.

               3. Pengaturan hasil pencocokan: Untuk praktik korupsi yang lebih kompleks, kecocokan dapat diatur secara sistematis untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pemain, wasit, atau pihak lain yang terlibat dalam suatu pertandingan dapat menerima suap untuk mempengaruhi hasil akhir atau hasil pertandingan.

Mencegah kekerasan di stadion merupakan tugas penting bagi semua pemangku kepentingan, termasuk klub sepak bola, konfederasi, polisi, dan pemerintah. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain adalah penguatan keamanan stadion, penindakan tegas terhadap pelaku kekerasan, pendidikan dan kesadaran akan perilaku yang bertanggung jawab, serta mengedepankan nilai-nilai atlet dan saling menghormati antar suporter. Kerja sama semua pihak juga penting untuk memerangi ancaman kekerasan dan menciptakan lingkungan sepakbola yang aman dan nyaman untuk semua. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun