Keanekaragaman Hayati Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas kawasan hutan sekitar 125 juta hektare yang kaya akan keanekaragaman hayatinya. Berdasarkan dokumen Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan 2015-2020 (IBSAP), tercatat Indonesia memiliki sekitar 13 persen jenis mamalia dunia, 16 persen jenis burung, 6 persen jenis amphibia, dan 16 persen reptilia, serta 20 persen jenis tumbuhan dunia.Â
Berbagai bentuk dan jasa keanekaragaman hayati (kehati) telah sejak lama dimanfaatkan oleh bangsa kita diantaranya sumber pangan, obat-obatan, sandang, energi, jasa penyedia udara dan air bersih, regulasi iklim, dan perlindungan dari bencana.Â
Kekayaan Indonesia ini bahkan dituangkan dalam salah satu lagu Koes Plus yang berjudul "Kolam Susu" dengan salah satu baitnya yakni "tiada badai tiada topan kau temui, ikan dan udang menghampiri dirimu" yang menggambarkan betapa alam ini menyediakan sumber kehidupan yang begitu berlimpah.Â
Namun demikian, pemanfaatan kehati yang tidak berkelanjutan menyebabkan kehati yang kita miliki semakin terancam dan beberapa jenis telah hampir mendekati kepunahan. Perubahan tutupan lahan yang tidak terkendali serta sering nya kejadian kebakaran hutan dan lahan menyebabkan beberapa species kunci mengalami penurunan populasi diantaranya orangutan, harimau, badak dan spesies penting lainnya yang unik dan hanya berada di Indonesia. Oleh karenanya, perlu adanya upaya melestarikan, melindungi, dan meningkatkan kemampuan ekosistem hutan bagi masyarakat di Indonesia.
Rimbawan: Sang Penjaga Hutan
Rimbawan berdasarkan KBBI berarti ahli kehutanan atau pencinta kehutanan. Belakangan ini, dengan meningkatnya kemajuan informasi dan teknologi di Indonesia dan dunia menjadikan tugas seorang Rimbawan berada pada rentang pekerjaan yang cukup bervariasi.Â
Seorang Rimbawan dapat saja merupakan seorang dengan pekerjaan analis kebijakan, analis data, peneliti di laboratorium, dokter hewan, penyuluh kehutanan, polisi hutan, pengendali ekosistem hutan, dan masih banyak lagi.Â
Bahkan, sedikit gambaran pekerjaan profesi Rimbawan tergambar pada lagu Adu Rayu yang dinyanyikan oleh Tulus dan Glenn. Lagu tersebut selain menceritakan mengenai konflik hubungan antara Velove Vexia (Asti), Chicco Jericho (Indra), dan Nicholas Saputra (Nico), juga menceritakan mengenai salah satu bentuk pekerjaan rimbawan.Â
Pada menit ke 4:18, terlihat Nicholas Saputra (Nico) sebagai rimbawan sedang memasang camera trap atau kamera jebak yang berfungsi untuk merekam keberadaan satwa liar.
Perkembangan informasi dan teknologi digital yang semakin maju mempermudah dan meningkatkan akurasi pekerjaan Rimbawan saat ini. Salah satunya yakni perhitungan luas kawasan kritis di hutan dapat akurat karena bantuan adanya drone.Â
Tidak hanya itu, beberapa teknologi lainnya seperti early warning system yang membantu dalam memberikan peringatan kebakaran hutan dan berbagai sistem informasi lainnya yang berfungsi sebagai database ataupun membantu visual dari analisis data-data yang ada.Â
Selanjutnya, dengan semakin akurat dan banyaknya ketersediaan data, dapat mendukung dan meningkatkan kualitas penyusunan perencanaan pembangunan.
Peran IndiHome dan Telkomsel menuju Rimbawan 4.0
Telkom melalui program penanaman pohon telah turut mendukung dalam pelestarian kehutanan di Indonesia. Tidak hanya itu, sesuai dengan tagline Telkom yakni #DigitalUntukSemua, telah mendorong Rimbawan 4.0 dalam memanfaatkan teknologi digital atau biasa disebut dengan green digital melalui pemanfaatan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System (GIS) dan geotagging, khususnya dalam kegiatan monitoring lahan tanam dan pengawasan pertumbuhan tanaman secara digital.Â
Program ini bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan direncanakan akan didistribusikan bantuan rehabilitasi dan konservasi berbasis digital di seluruh Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H