Mohon tunggu...
Febroni Purba
Febroni Purba Mohon Tunggu... Konsultan - Bergiat di konservasi ayam asli Indonesia

Nama saya, Febroni Purba. Lahir, di Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Menempuh pendidikan SD hingga SMA di Kota Medan. Melanjutkan kuliah ke jurusan ilmu Peternakan Universitas Andalas. Kini sedang menempuh pendidikan jurusan Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Pernah menjadi jurnalis di majalah Poultry Indonesia selama tiga tahun. Majalah yang berdiri sejak tahun 1970 ini fokus pada isu-isu ekonomi, bisnis, dan teknik perunggasan. Di sana ia berkenalan dengan banyak orang, mengakses beragam informasi seputar perunggasan Tanah Air dan internasional. Samapai kini ia masih rajin menulis, wawancara dan memotret serta berinteraksi dengan banyak pihak di bidang peternakan. Saat ini dia bergabung di salah satu pusat konservasi dan pembibitan peternakan terpadu ayam asli Indonesia. Dia begitu jatuh cinta pada plasma nutfah ayam asli Indonesia. Penulis bisa dihubungi via surel febronipoultry@gmail.com. atau FB: Febroni Purba dan Instagram: febronipurba. (*) Share this:

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dibalik Pencopotan Dirjen PKH

15 Juli 2016   15:43 Diperbarui: 15 Juli 2016   18:04 2937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DIBERHENTIKANNYA Profesor Muladno sebagai Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan bukanlah kenyataan yang mengejutkan. Dilihat dari berbagai kejadian belakangan, sosok ini dinilai kerap berbeda pandangan dengan atasannya.

Sebagai dampaknya, peristiwa paling kentara adalah ketika Menteri Pertanian Amran Sulaiman memantau pasokan dan harga daging di lapangan. Muladno nyaris tidak pernah diikutsertakan dalam kegiatan tersebut.

Ada gelagat lain yang cukup menarik untuk diperhatikan. Dalam kunjungannya ke lapangan, sosok Nasrullah kerap bersama AS. Saat ini Nasrullah menjabai sebagai Direktur Pakan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Nasrullah adalah anak buah Muladno. Besar kemungkinan, Nasrullah akan mengganti posisi Muladno sebagai Dirjen PKH.

Dicopotnya Muladno sebagai pejabat eselon 1 di lingkup Kementerian Pertanian mengundang pertanyaan. Pasalnya, beliau baru menjabat sebagai Dirjen PKH per tanggal 1 Juni 2015. Ia dipilih melalui lelang jabatan yang hasilnya dilaporkan kepada presiden. Sebagai pejabat pilihan presiden maka yang berhak meberhentikan adalah presiden. Perihal pemberhentian ini tampaknya mudah ditebak. Sehari sebelum dicopot, AS dipanggil ke istana untuk membicarakan soal pangan. Besar kemungkinan, pada pertemuan itu AS mengusulkan kepada presiden agar Muladno diganti.

Rumor yang beredar, pencopotan Muladno secara mendadak diduga akibat gagal menurunkan harga daging sapi selama Ramadan dan Lebaran. Jika dugaan ini benar, maka pemberhentian Muladno sebagai Dirjen PKH merupakan tindakan yang reaktif dan arogan. Harusnya alasan yang paling tepat untuk mencopot Muladno adalah jika program SPR gagal. 

Saat proses lelang jabatan, program yang ditawarkan Muladno adalah membuat Sekolah Peternakan Rakyat atau yang disebut Sentra Peternakan Rakyat. Konsep SPR adalah mengembangkan peternak kecil untuk berkonsolidasi membentuk perusahaan yang dilakukan secara kolektif. Program ini telah berjalan sebelum beliau menjabat sebagai Dirjen PKH. Melihat ide SPR itu, Presiden Joko Widodo pernah berkomentar, “Kita dirikan SPR di seluruh Indonesia,” saat kunjungannya ke SPR di Banyuasin, Sumatera Selatan.

sentrapeternakan.org
sentrapeternakan.org
sentrapeternakan.org
sentrapeternakan.org
Kegagalan menurunkan harga daging sesunguhnya adalah kegagalan para menteri. Sebelum puasa, tepatnya 26 April 2016, presiden memanggil sejumlah menteri ke istana dalam rangka kesiapan jelang puasa dan Lebaran. Presiden memerintahkan agar harga pangan jungkir balik. Kemudian muncul pernyataan presiden agar harga daging sapi Rp 80 ribu per kilogram. Kabarnya, penetapan harga itu setelah presiden memerintahkan orang untuk mengecek  harga daging sapi di Malaysia dan Singapura. Namun, sampai saat ini tidak diketahui siapa yang memberikan inforamsi tersebut. 

Membangun SPR itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. SPR dirancang untuk jangka panjang. Induk sapi yang dikawinkan hari ini tidak bisa langsung beranak besok. Ini membutuhkan proses panjang: pertama-tama membangun, mengorganisir, dan menyekolahkan peternak kemudian mengoptimalkan ternak.

Kiprah Muladno sebagai Dirjen telah berakhir. Namun, cita-citanya membangun peternakan rakyat masih bisa berlanjut. Bahkan, ia kembali bebas berjalan tanpa tekanan. Selamat kembali ke kampus, Prof. Ditunggu buku ketiganya "Realita di Luar Kandang III" yang pasti lebih seru dari buku sebelumnya. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun