Mohon tunggu...
Febroni Purba
Febroni Purba Mohon Tunggu... Konsultan - Bergiat di konservasi ayam asli Indonesia

Nama saya, Febroni Purba. Lahir, di Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Menempuh pendidikan SD hingga SMA di Kota Medan. Melanjutkan kuliah ke jurusan ilmu Peternakan Universitas Andalas. Kini sedang menempuh pendidikan jurusan Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Pernah menjadi jurnalis di majalah Poultry Indonesia selama tiga tahun. Majalah yang berdiri sejak tahun 1970 ini fokus pada isu-isu ekonomi, bisnis, dan teknik perunggasan. Di sana ia berkenalan dengan banyak orang, mengakses beragam informasi seputar perunggasan Tanah Air dan internasional. Samapai kini ia masih rajin menulis, wawancara dan memotret serta berinteraksi dengan banyak pihak di bidang peternakan. Saat ini dia bergabung di salah satu pusat konservasi dan pembibitan peternakan terpadu ayam asli Indonesia. Dia begitu jatuh cinta pada plasma nutfah ayam asli Indonesia. Penulis bisa dihubungi via surel febronipoultry@gmail.com. atau FB: Febroni Purba dan Instagram: febronipurba. (*) Share this:

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Balitnak "Menelurkan" Bibit Unggul Ayam Sentul

26 April 2016   11:46 Diperbarui: 4 April 2017   16:29 2688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sentul Terseleksi hasil penelitian Balitnak (Dok. Ade).

BALAI Penelitian Ternak (Balitnak)  kembali "menelurkan" bibit unggul ayam lokal yang dinamakan ayam Sentul Terseleksi (SenSi).  Ayam SenSi ini adalah ayam unggul kedua karya Balitnak setelah ayam KUB. 

Ayam Sentul merupakan salah satu satu jenis ayam asli Indonesia yang berasal dariKabupaten Ciamis, Jawa Barat. Ayam Sensi adalah hasil seleksi yang dimanfaatkansebagai pedaging. Pertumbuhan berat badan ayam SenSi lebih cepat ketimbang ayamkampung jenis lainnya. Ayam SenSi hasil penelitian Prof. Sofjan Iskandar ini bisa mencapai berat 1 kg dalam waktu 8-10 minggu.

Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan ayam kampung secara intensif adalah sulitnya memperoleh bibit unggul. Dalam upaya merespon kebutuhanterhadap permintaan bibit ayam kampung unggul, Balitnak telah melakukanberbagai kegiatan penelitian melalui teknologi seleksi dan sistem pemeliharaanintensif.

Kepala Balitnak Soeharsono mengatakan, potensi ayam lokal kita sangat besar dan tidakperlu diragukan keunggulannya.  “Kami sudah menciptakan galur unggul yangberasal dari negeri sendiri. Inovasi ini bisa dinikmati peternak unggas. Jaditidak perlu diragukan keunggulan ayam hasil seleksi kami,” katanya dalam acara penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pra lisensi produksi bibit ayam SenSi dengan UD Sumber Unggas, Senin (25/4) di ruang rapat Balitnak, Ciawi, Bogor.

13095779-10201843870775937-9129692190244291080-n-571ef1b745afbd3805db9596.jpg
13095779-10201843870775937-9129692190244291080-n-571ef1b745afbd3805db9596.jpg
Kepala Balitnak Soeharsono (kanan) berjabat tangan dengan UD Sumber Unggas (Naryanto) usai penandatanganan MoU pra lisensi bibit unggul ayam SenSi (Dok. Pribadi).

Soeharsono berharap agar bibit ayam SenSi bisa disebarkan ke seluruh provnisi di TanahAir. “Langkah berikutnya adalah bagimana menyiapkan sistem perbibitan di setiap provninsi dan kabupaten,” tambahnya. Produksi bibit ayam umur sehari (DOC) ayamSenSi dari Balitnak telah mencapai 500-1.000 ekor per minggu. Ia optimis setiap daerah bisa memproduksi daging unggas sendiri dengan menggunakan bibit ayamSenSi.

Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) Ade MZulkarnain menyambut baik hasil inovasi Balitnak. “Saya mengucapkan banyakterima kasih kepada pemerintah dalam hal ini Balitnak yang sangat responsif apayang diinginkan masyarakat,” ujarnya.

Menurut Ade, pertemuan hari ini walaupun sudah didahului di Lampung, merupakan sejarahuntuk masa depan unggas lokal. Balitnak turut mendukung dua program Himpulisejak tahun 2009 yaitu: unggas lokal menjadi tuan rumah di negeri sendiri danselamatkan ayam Indonesia

Untuk menjadikan unggas lokal menjadi tuan rumah di negeri sendiri, Himpulimenargetkan dalam waktu sepuluh tahun (2009-2019) kontribusi unggas lokal sebesar 25 persen dari total produksi unggas nasional. Sebagai salah satu pusatdomestikasi ayam dunia, Indonesia mestinya melestarikan ayam lokal. Menurut Ade,pada tahun 2009 kondisi ayam lokal sudah hampir punah.

Ia berharap agar para pembibit lain dapat mengikuti jejak UD Sumber Unggas. SumberUnggas mampu memproduksi bibit DOC sekitar 100.000-160.000 ekor per bulan.“Apabila ini (bibit) sudah menyebar luas di masyarakat, saya optimis unggaslokal bisa mewujudkan cita-citanya menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” tutupAde.

Beberapagalur murni ternak hasil penelitian Balitnak yang telah dilisensi adalah ayamKUB (petelur), itik Mojomaster, itik Alabimaster, dan domba Compass Agrinak.Dalam waktu dekat, ayam SenSi segera dilepaskan secara resmi melalui suratketerangan menteri pertanian sebagai galur murni.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun