Sentul Terseleksi hasil penelitian Balitnak (Dok. Ade).
BALAI Penelitian Ternak (Balitnak) kembali "menelurkan" bibit unggul ayam lokal yang dinamakan ayam Sentul Terseleksi (SenSi). Ayam SenSi ini adalah ayam unggul kedua karya Balitnak setelah ayam KUB.
Ayam Sentul merupakan salah satu satu jenis ayam asli Indonesia yang berasal dariKabupaten Ciamis, Jawa Barat. Ayam Sensi adalah hasil seleksi yang dimanfaatkansebagai pedaging. Pertumbuhan berat badan ayam SenSi lebih cepat ketimbang ayamkampung jenis lainnya. Ayam SenSi hasil penelitian Prof. Sofjan Iskandar ini bisa mencapai berat 1 kg dalam waktu 8-10 minggu.
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan ayam kampung secara intensif adalah sulitnya memperoleh bibit unggul. Dalam upaya merespon kebutuhanterhadap permintaan bibit ayam kampung unggul, Balitnak telah melakukanberbagai kegiatan penelitian melalui teknologi seleksi dan sistem pemeliharaanintensif.
Kepala Balitnak Soeharsono mengatakan, potensi ayam lokal kita sangat besar dan tidakperlu diragukan keunggulannya. “Kami sudah menciptakan galur unggul yangberasal dari negeri sendiri. Inovasi ini bisa dinikmati peternak unggas. Jaditidak perlu diragukan keunggulan ayam hasil seleksi kami,” katanya dalam acara penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pra lisensi produksi bibit ayam SenSi dengan UD Sumber Unggas, Senin (25/4) di ruang rapat Balitnak, Ciawi, Bogor.
Soeharsono berharap agar bibit ayam SenSi bisa disebarkan ke seluruh provnisi di TanahAir. “Langkah berikutnya adalah bagimana menyiapkan sistem perbibitan di setiap provninsi dan kabupaten,” tambahnya. Produksi bibit ayam umur sehari (DOC) ayamSenSi dari Balitnak telah mencapai 500-1.000 ekor per minggu. Ia optimis setiap daerah bisa memproduksi daging unggas sendiri dengan menggunakan bibit ayamSenSi.
Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) Ade MZulkarnain menyambut baik hasil inovasi Balitnak. “Saya mengucapkan banyakterima kasih kepada pemerintah dalam hal ini Balitnak yang sangat responsif apayang diinginkan masyarakat,” ujarnya.
Menurut Ade, pertemuan hari ini walaupun sudah didahului di Lampung, merupakan sejarahuntuk masa depan unggas lokal. Balitnak turut mendukung dua program Himpulisejak tahun 2009 yaitu: unggas lokal menjadi tuan rumah di negeri sendiri danselamatkan ayam Indonesia
Untuk menjadikan unggas lokal menjadi tuan rumah di negeri sendiri, Himpulimenargetkan dalam waktu sepuluh tahun (2009-2019) kontribusi unggas lokal sebesar 25 persen dari total produksi unggas nasional. Sebagai salah satu pusatdomestikasi ayam dunia, Indonesia mestinya melestarikan ayam lokal. Menurut Ade,pada tahun 2009 kondisi ayam lokal sudah hampir punah.
Ia berharap agar para pembibit lain dapat mengikuti jejak UD Sumber Unggas. SumberUnggas mampu memproduksi bibit DOC sekitar 100.000-160.000 ekor per bulan.“Apabila ini (bibit) sudah menyebar luas di masyarakat, saya optimis unggaslokal bisa mewujudkan cita-citanya menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” tutupAde.
Beberapagalur murni ternak hasil penelitian Balitnak yang telah dilisensi adalah ayamKUB (petelur), itik Mojomaster, itik Alabimaster, dan domba Compass Agrinak.Dalam waktu dekat, ayam SenSi segera dilepaskan secara resmi melalui suratketerangan menteri pertanian sebagai galur murni.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H