Ayam Ciparage (Sumber: Yudha Farm)
MENTERI Pertanian Amran Sulaiman dinilai belum memperhatikan nasib ribuan bahkan jutaan peternak unggas di Indonesia. Padahal kementrian pertanian wilayah kerjanya tidak hanya bertanggung jawab soal pasokan beras, jagung, daging sapi, ayam ras semata. Kementrian pertanian juga bertanggung jawab pula dalam mengembangkan komoditas lain seperti unggas lokal.
Pemerintah mungkin lupa bahwa negara pun bertanggung jawab dalam menyelematkan plasma nutfah unggas lokal. Sekarang ini. semakin jarang didengar nama-nama ayam asli Indonesia seperti Pelung, Cemani, Kedu, Gaok, Ciparage, Kokok Balenggek, dll. Keberadaan ayam lokal ini sebetulnya nyaris menuju kepunahan. Disinilah abdi-abdi negara itu terkesan melakukan pembiaran.
Dalam berbagai kesempatan pemerintah menggalakkan cinta produk dalam negeri. Di sini juga pelayan negara itu tidak konsisten. Bukankah ayam lokal ini merupakan produk lokal dari bumi Pertiwi. Bahkan ayam lokal itu justru paling murni produk dalam negeri ketimbang ayam ras—yang notabene induknya impor dari luar negeri.
Sementara itu, para peternak memiliki peran dalam menyelamatkan dan mengembangkan plasma nutfah ayam dan itik Indonesia. Ibarat seorang anak tanpa perhatian orang tua, demikian peternak-peternak ini kehilangan perhatian negara. Peternak-peternak itu kini mulai teriak supaya negara hadir bersama mereka. Para peternak ini kemudian membuat surat ke Menteri Pertanian Amran Sulaiman.
Perihal surat tersebut adalah “Curhatan dari Peternak-Peternak Unggas Lokal (ayam & itik)” yang ditulis oleh Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (HIMPULI) Ade M. Zulkarnain, Senin, 22 Maret 2016.
Assalamualaikum ww.
Yth Bapak Menteri Pertanian.
Perihal: Curhatan dari peternak2 unggas lokal (ayam & itik).