Mohon tunggu...
Febroni Purba
Febroni Purba Mohon Tunggu... Konsultan - Bergiat di konservasi ayam asli Indonesia

Nama saya, Febroni Purba. Lahir, di Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Menempuh pendidikan SD hingga SMA di Kota Medan. Melanjutkan kuliah ke jurusan ilmu Peternakan Universitas Andalas. Kini sedang menempuh pendidikan jurusan Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Pernah menjadi jurnalis di majalah Poultry Indonesia selama tiga tahun. Majalah yang berdiri sejak tahun 1970 ini fokus pada isu-isu ekonomi, bisnis, dan teknik perunggasan. Di sana ia berkenalan dengan banyak orang, mengakses beragam informasi seputar perunggasan Tanah Air dan internasional. Samapai kini ia masih rajin menulis, wawancara dan memotret serta berinteraksi dengan banyak pihak di bidang peternakan. Saat ini dia bergabung di salah satu pusat konservasi dan pembibitan peternakan terpadu ayam asli Indonesia. Dia begitu jatuh cinta pada plasma nutfah ayam asli Indonesia. Penulis bisa dihubungi via surel febronipoultry@gmail.com. atau FB: Febroni Purba dan Instagram: febronipurba. (*) Share this:

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Peran Pemuda dalam Internasional Menurut Dian Sastro

15 Juni 2015   13:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:02 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Pemuda Indonesia yang katanya 60 persen dari demografi Indonesia adalah pemuda harus lebih pintar lagi menghadapi tantangan. Menurut McKinsey, tahun 2050 Indonesia akan menjadi negara ekonomi terbesar nomor lima,” ujar pria lulusan S2 Hukum dari Univerrsitas Harvard, Amerika Serikat.

Bonus demografi dan potensi Indonesia menjadi negara besar menurut Togi bukanlah sebuah ramalan atau takdir. Itu harus diisi oleh pemuda-pemuda yang bisa memanfaatkan peluang. “Demografi atau ramalan potensi Indonesia menjadi negara dengan ekonomi terbesar itu bukan kenyataan dan bukan nasib, itu tergantung bagaimana kita bisa memanfaatkan peluang yang ada,” jelasnya.

Salah satu peluang yang dimaksud Togi adalah mengejar pendidikan tinggi melalui beasiswa. Togi menilai bahwa pemerintah sudah mulai membuka peluang bagi mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan tinggi melalui beasiswa. “Teman-teman di sini pasti sudah ada yang merasakan beasiswa dari LPDP untuk belajar di luar negeri,” katanya.

Mengenai kisah singkat pembuatan filem Filosopi Kopi, Rio Dewanto menyatakan bahwa dia ingi memperkenalkan sebuah budaya populer dengan kopi Indonesia. “Kalau kita bicara kopi, dari Sabang sampai Merauke, dari kopi Gayo sampai kopi Papua kita punya kopi. Menurut saya itu bisa menjadi identitas bangsa Indonesia,” ucapnya.

Rio mengaku telah berkeliling mengunjungi petani kopi di berbagai daerah Indonesia. Suami Atiqah Hasiholan itu yakin bahwa kualitas kopi Indonesia adalah yang terbaik. Sayangnya, promosi kopi Indonesia masih minim. Petani kopi juga makin berkurang. Ia khawatir keberadaan kopi di Indonesia akan punah. “Mereka gak tahu cara menjual kopi ke luar negeri karena tidak ada jaringan menuju ke sana. Rata-raat petani kopi kita umurnya sudah di atas 50 tahun dan anak-anak muda umur produktif banyak pindah ke kota untuk mencari pekerjaan. Lalu siapa yang akan menjadi petani kopi?” keluhnya.

Pengalamannya melihat keadaan petani kopi di Indonesia membuat hatinya tergerak menjadi aktivis kopi. Rio berpkir bahwa anak-anak muda harus mempunyai jiwa entrepreneurship, membuat bisnis sendiri, dan bisa menjual ke luar negeri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun