Sebagai mahasiswa yang masih ditanggung (baca: dibiayai) oleh orang tua, mengatur keuangan sudah menjadi kebiasaan saya. Pemasukan tiap bulan harus bisa digunakan dengan sebaik mungkin. Sebab kalau tidak, risikonya harus menanggung sampai bulan berikutnya karena uang bulanan yang pas-pasan.
Pengalaman ini sangat berguna bagi saya, sering gagal namun tidak berhenti mencoba lagi. Untuk itu tips sederhana ini ingin saya bagikan. Saya dikirim oleh orang tua tiap bulan dengan nominal antara Rp 1.000.000 - Rp1.200.000. Dengan rincian: kebutuhan makan, membeli buku, perlengkapan kuliah, servis motor, uang saku, perlengkapan pribadi, dll. Di semester awal kuliah saya sering lalai, pengeluaran malah lebih besar dari pemasukan. Inilah yang harus dihindari.
Nah, bagaimana menyiasatinya? Seiring berjalan waktu, berikut beberapa hal pengalaman yang saya lakukan. Pertama, perhatikan dengan baik kekuatan kita. Pemasukan berarti kekuatan. Pemasukan harus disesuaikan dengan pengeluaran. Jangan sampai pengeluaran lebih besar daripada pemasukan. Usahakan menggunakan uang seperlunya saja. Kedua, buatlah rincian keperluan tiap bulan. Hal ini yang sering disepelekan oleh mahasiswa. Rincian tersebut sangat berguna dalam membuat catatan pengeluaran sehingga bisa dijadikan evaluasi untuk bulan berikutnya.
Ketiga, hemat. Hemat bukan berarti pelit. Gunakan uang sesuai kebutuhan bukan keinginan. Perlu diingat, godaan mahasiswa adalah suka membeli sesuai keinginan bukan kebutuhan. Sehinga ketika unag kita berlebih bisa ditabung.
Keempat, bijak mencari peluang. Maksudnya adalah bagaimana kita menggunakan prinsip bertahan hidup (survival). Ada pepatah mengatakan “kalau tidak bekerja, berarti tidak makan.” Artinya, manfaatkan waktu untuk mencari uang. Saya memanfaatkan waktu luang dengan menulis dan mengirim ke media masa. Dengan menulis, saya mendapat honor yang lumayan dari media masa. Hal ini saya lakukan untuk “bertahan hidup”. Banyak hal yang bisa kita lakukan asal ada kemauan dan kerja keras.
Kelima, jangan lupa memberi. Saya tidak lupa untuk menyisihkan uang saya untuk persepuluhan tiap bulan (sebuah ritual dalam agama yang saya anut). Hal ini adalah bentuk ucapan syukur bahwa semua yang kita miliki adalah milik Tuhan. Kemudian juga biasakan untuk memberi sesuatu untuk orang lain dengan menggunakan uang kita sendiri. Misalnya ketika ada teman kita yang sedang berduka atau membutuhkan bantuan. Ada kepuasan tersendiri ketika kita berbagi. Dengan begitu kita menjadi orang yang dapat mengelola dengan baik apa yang sudah kita miliki. Uang bulanan pas-pasan tidak menjadi kendala asal kita bijak mengelolanya. Semoga kelima tips ini bermanfaat untuk orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H