Mohon tunggu...
Febri Zainuddin
Febri Zainuddin Mohon Tunggu... Guru - Magister Pengembangan Pendidikan Astronomi ITB

Guru Geografi SMA.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Wisata Astronomi di Pulau Belitung dan Polusi Cahaya

24 September 2020   14:34 Diperbarui: 24 September 2020   15:45 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Ilustrasi pencahayaan yang baik dan buruk oleh Alejandro Sanches de Miguel et al (IAU,2018) Sumber: citiesatnight.org

Pengaruh negatif polusi cahaya juga terjadi kepada manusia dimana polusi cahaya mampu mengganggu ritme sirkadian tubuh manusia dengan menghambat aliran normal melatonin (hormon yang muncul saat manusia tidur). Berdasarkan sejumlah penelitian, kadar melatonin yang rendah dan gangguan sirkadian juga dianggap berperan dalam penyakit jantung, diabetes, depresi, dan kanker terutama kanker payudara.

“Fisiologi malam hari tergantung pada gelap. Itu tidak bergantung pada tidur,” kata Richard Stevens, seorang ahli epidemiologi di University of Connecticut yang telah mempelajari hubungan antara polusi cahaya dan kesehatan manusia selama beberapa decade [6]. Ini menegaskan, tidur dalam keadaan gelap lebih baik dibanding membiarkan lampu tetap menyala.

Jika pertempuran melawan polusi cahaya memiliki maskot, mungkin yang paling cocok adalah bayi penyu atau tukik. Efek polusi cahaya yang merusak dari sinar pesisir membuat tukik menjadi tersesat dan mudah diserang oleh predatornya. Di antara alat bantu navigasi lainnya, tukik penyu menggunakan cahaya bulan yang dipantulkan dari puncak gelombang sebagai panduan menuju laut.

Selain itu, seperti yang kita ketahui induk penyu yang bertelur juga sangat sensitif terhadap keberadaan cahaya [7]. Kepedulian kita terhadap keberadaan satwa ini seiring dukungan terhadap Pulau Belitung merupakan sentra konservasi penyu tepatnya di Pulau Kepayang.

Oleh karena itu, konsep astrowisata tidak semestinya hanya berkutat pada potensi ekonomi saja. Sebagaimana telah disinggung, perlindungan terhadap lingkungan, khususnya langit gelap harus senantiasa terpelihara. Tidak hanya pengamatan astronomi yang diuntungkan dengan keberadaan langit gelap, kesehatan maupun keselamatan manusia, penghematan energi, dan kelestarian beraneka ragam hayati juga turut memperoleh dampak positifnya.

Mengurangi Polusi Cahaya

Gambar 1. Ilustrasi pencahayaan yang baik dan buruk oleh Alejandro Sanches de Miguel et al (IAU,2018) Sumber: citiesatnight.org
Gambar 1. Ilustrasi pencahayaan yang baik dan buruk oleh Alejandro Sanches de Miguel et al (IAU,2018) Sumber: citiesatnight.org
 Salah satu solusi yang direkomendasikan untuk meminimalkan pendar langit malam dan perlunya sosialisasi kepada masyarakat adalah menudungi bola-bola lampu secara penuh hingga jejaknya di permukaan tanah terlihat dari kejauhan tapi sumber cahayanya tidak.

Dalam penelitiannya, International Dark-Sky Association memperkirakan setidaknya tiga puluh persen pencahayaan luar di negara Amerika Serikat yang terbuang sia-sia berasal dari bola lampu yang tidak ditudungi. Cahaya yang tidak ditudungi, bersinar ke angkasa bisa diamati dari antariksa. Untuk pencahayaan sebaiknya menggunakan warna amber atau kuning, dengan rentang energi sekecil mungkin bukan cahaya biru putih yang justru menyilaukan dan tidak baik untuk kesehatan.

Strategi lain adalah memilih lokasi khusus untuk menempatkan pencahayaan di luar ruangan, lampu hemat daya, dan gunakan lampu hanya saat dibutuhkan. Penanaman pohon diantara sumber lampu juga membantu mengatasi pantulan cahaya sekunder yang mengarah ke langit. Solusi ini bisa mengurangi efek cahaya menyilaukan. Sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya astrowisata dan menggugah kepedulian masyarakat dalam pencegahan polusi cahaya sangat diharapkan di masa depan. (FZ)

Sumber Pendukung :

[1] Nidia Zuraya. (2020). Indonesia ajukan Geopark Belitung jadi GeoPark Internasional dalam https://republika.co.id/berita/qg6gkm383/indonesia-ajukan-geopark-belitung-jadi-geopark-internasional. Diakses 15 September 2020 Pukul 10.30 WIB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun