Kau pikul matahari di pundakmu,
Lalu kau ke dalam gubukmu,
Agar ada sinar menyinari di dalamnya,
Dan di luar sana kau masih mengumpulkan sisa makan pagi.
Waktunya habis digadai,
Sekujur badan pun lunglai,
Target tak sampai-sampai,
Sibuk tak pernah selesai.
Kau banting tulang, demi mengais asa,
Asamu yang tertinggal di gubuk itu,
Menapaki hari tak berkeluh- kesah,
Meski keringat telah bercucuran membentuk pulau-pulau pengharapanmu.
Menabung sabar & syukur,
Mendermakan waktu & umur,
Adalah mengolah tanah subur & menanam jiwa yang luhur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2HBeri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!