Menurut WHO, PPOK atau CPOD adalah penyebab utama kematian ke 3 di dunia dan di peringati setiap tanggal 17 november.
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis) atau CPOD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease) bukan penyakit menular dan dapat diobati maupun dicegah.Â
Tentu saja  PPOK dengan ASMA berbeda. Mengapa ?
PPOK bersifat Irreversible, kerusakan yang terjadi pada bagian terkecil di paru yaitu alveoli, sehingga pasien mengalami keluhan yang persisten dan akan bertambah buruk bila tidak dengan tata laksana yang sesuai. Namun, hal ini bisa dihindari dengan perilaku hidup sehat.
Sedangkan ASMA bersifat versible, terjadi pada otot polos saluran napas. Dapat kambuh pada waktu-waktu tertentu.
Apa Penyebabnya ?
PPOK paling banyak dialami laki-laki, karena penyebab utamanya adalah pajanan dengan gas atau partikel berbahaya seperti merokok dan polusi.
Sedangkan ASMA, sesak napas sering kali dipicu oleh alergen dan iritan, seperti polusi udara, perubahan cuaca, aktivitas fisik, hingga stres. Asma juga dipengaruhi karena adanya perubahan gen yang diturunkan dalam keluarga.Â
PPOK biasanya menyerang pada usia 40 tahun keatas dengan gejala batuk berdahak disertai sesak napas. Akan memburuk bila polusi udara meningkat, terjadi infeksi pernapasan, dan sering terjadi peningkatan eksaserbasi pada cuaca dingin.
Sedangkan ASMA, dapat terjadi pada semua usia tetapi sering terjadi pada masa anak-anak, dan biasanya memburuk pada malam atau dini hari.
Tentu saja dalam mendiagnosa pasien terkena PPOK atau ASMA membutuhkan pehaman dan tes yang lebih mendalam, diantaranya cek jumlah eusinofil, FEV1/FVC, dan lain sebagainya. Segera ke dokter apabila mengalami keluhan-keluhan yang sudah disebutkan diatas.Â
Ingat jangan mendiagnosa sendiri penyakit yang diderita tanpa konsultasi ke dokter.
Untuk pengobatan utamanya pun berbeda antara PPOK dan ASMA. Hal yang perlu diperhatikan apabila pasien sudah mendaptkan pengobatan seperti alat hisap (inhaler) dalam menangani keluhannya, alangkah baiknya diperhatikan cara penggunaannya dan setelah penggunaanya.
Apabila kurang paham penggunaan alat hisapnya segera bertanya pada petugas kesehatan, karena banyak sekali macam-macam inhaler. Pastikan obat yang terdapat pada inhaler ini masuk semua, karena bulir-bulir nya sangat halus sekali. Setelah penggunaanya juga pastikan steril kembali, bisa di lap dengan tisue maupun di rendam air hangat.
Penggunaan inhaler yang tidak benar juga menyebabkan perburukan penyakit.
Sumber :
kemkes.go.id
rspb.id
Dr. Eric Daniel Tenda, SpPD, DIC, PhD, FINASIM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H