Mohon tunggu...
Febriyandika TB
Febriyandika TB Mohon Tunggu... Konsultan - Invinite Dreamer

Don't just plan what will you doing to do, but DO what you have planned

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"Asian Youth Day 7" - Indonesia

27 Oktober 2017   16:23 Diperbarui: 27 Oktober 2017   16:39 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak terasa AYD 7 di Indonesia sudah berlalu 3 bulan. Rasanya ingin kembali mengulang masa-masa yang sangat mengesankan itu. Untuk mengobati rasa kangen akan kenangan-kenangan itu, saya ingin menceritakan pengalaman berharga saya ketika mengikuti perayaan AYD tersebut. Sebenarnya ini lanjutan dari tulisan sebelumnya yang terpending cukup lama, hehehehe. Ditulisan sebelumnya saya bercerita tentang kegiatan selama DID, dan sekarang akan melanjutkan cerita selama di AYD's Venue.

1st Day - Coming Together as Multicultural Asia

Rabu 2 Agustus 2017  sekitar pukul 9 pagi kami yang berasal dari DID Keuskupan Agung Jakarta tiba di Stasiun Tugu, Yogyakarta. Setelah turun dari kereta, para LO telah siap menjemput kami dengan membawa bendera bertuliskan angka yang menunjukan nomor kelompok masing-masing. Saya pun segera menghampiri bendera no 27 yang menjadi nomor kelompok saya. Setelah semua terkumpul kami segera menaiki bis yang sudah disediakan untuk menuju ke tempat penginapan. 

Kurang lebih 30 menit berlalu akhirnya kami sampai pada tempat kami menginap yaitu di Universitas Sanata Dharma (USD), Paingan. Setiap kelas diisi oleh 15 orang peserta yang berasal dari Indonesia dan peserta yang berasal dari luar negeri di tempatkan di Hotel. Sesampainya di USD kami membereskan perlengkapan kami dan beristirahat sejenak. 

Tepat pukul 13:00 kami semua bergegas menuju venue utama di Jogja Expo Center (JEC) yang berjarak tidak terlalu jauh dari USD. Saat tiba di JEC sudah ada ribuan peserta yang meramaikan gedung yang sangat besar tersebut. Kami duduk di tempat yang sudah ditentukan sesuai nomor kelompok bis. 

Hari pertama di Jogja ini memiliki tema "Datang dan Berkumpul Bersama sebagai Masyarakat Asia yang Majemuk". Acara saat itu masih berupa hiburan-hiburan musik dan beberapa penampilan tarian di atas panggung sambil menunggu semua peserta tiba di JEC dan kemudian melakukan upacara pembukaan secara resmi. Sekitar pukul 4 sore tibalah saatnya misa pembukaan dimulai. Perayaan Ekaristi pembuka ini dipimpin langsung oleh Cardinal Patrick D'Rozario, C.S.C., bersama dengan konselebran para Kardinal dan para Uskup dari seluruh Asia. 

Dalam homilinya, Cardinal Patrick D'Rozario menyampaikan bahwa perjumpaan ini menjadi sebuah ungkapan sukacita kaum muda di tengah keberagaman. Sukacita ini menjadi sebuah bentuk kesadaran bahwa Yesus senantiasa mencintai kaum muda. Melalui momen ini kaum muda mengemban misi kesaksian dalam kelemahan dan diutus untuk mencintai karena kaum muda telah dicintai. 

Setelah misa selesai ada beberapa sambutan yang disampaikan oleh Gubernur D.I.Y. Dalam sambutannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X, selaku Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta berpesan untuk menaktualisasikan kebhinekaan menjadi nilai yang tak mudah usang oleh waktu. Kaum muda harus mampu menjadi pionir, mau bergaul dan belajar dalam situasi keberagaman. Ketika semua merayakan perbedaan maka perayaan itu akan menjadi sumber kemajuan. 

Selanjutnya sambutan kedua disampaikan oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Lukman Hakim Saifuddin yang mengatakan bahwa AYD menjadi ajang untuk memupuk sollidaritas. Kaum muda adalah agent of changeyang menjadikan kehidupan di dunia ini lebih baik. Sebagai penanda Asian Youth Day ketujuh resmi dibuka, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Saifuddin, dan Mgr. Robertus Rubiyatmoko memainkan othok-othokyang diikuti oleh seluruh peserta. Othok-othok merupakan salah satu mainan tradisional dari Daerah Istimewa Yogyakarta, terbuat dari bambu dan menjadi cinderamata yang dibagikan ke seluruh peserta.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Setelah seluruh rangkaian proses pembukaan AYD resmi dilakukan, selanjutnya kami kembali dimanjakan dengan beragam penampilan-penampilan yang memukau dari berbagai negara hingga larut malam. Sembari menyaksikan beragam penampilan di atas panggung, saya dan beberapa teman dari delegasi KAJ berkeliling di sekitar venue utama untuk berkenalan dengan para peserta dari luar negeri, tidak lupa saya selalu mengabadikannya dengan berfoto bersama. 

Teman-teman yang berasal dari luar negeri mengatakan bahwa mereka sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari peserta AYD dan sangat senang berada di Indonesia. Tidak sedikit diantara mereka yang berulang kali memuji Indonesia karena lingkungannya dan keramahan para penduduknya. Sayapun ikut bersyukur mendengarnya. Akhirnya waktu sudah menunjukan pukul 11 malam, kami pun harus segera kembali ke penginapan kami masing-masing untuk beristirahat.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
2nd Day -- Appreciating and Celebrating Our Diversity

                Hari kedua ini memiliki tema "Menghargai dan Merayakan Keberagaman". Misa pagi mengawali kegiatan kami pada hari kedua ini. Agenda utama dihari kedua ini adalah Country Exhibit.Ada 22 stand yang berasal dari setiap negara peserta AYD, dan kami diberi kesempatan untuk mengunjungi setiap stand tersebut untuk berdiskusi juga mempelajari beberapa hal yang menjadi keunikan ataupun ciri khas dari setiap negara tersebut. Saya mendapat banyak pengetahuan baru dari proses Country Exhibit ini. Saya berkeliling mengunjungi setiap stand dengan seorang teman dari delegasi Filipina. Dari setiap kunjungan stand tersebut, semuanya menyampaikan program maupun perhatian mereka tentang lingkungan hidup yang ternyata menjadi konsen utama bagi mereka. Ada nilai-nilai khusus yang dimunculkan dari setiap negara, diantaranya:

  1. Hongkong

Orang muda di Hongkong sebagai anggota masyarakat dan gereja turut serta menanggapi permasalahan lingkungan dengan mengurangi konsumsi makanan yang sulit terurai dan pengelolaan limbah.

  1. Thailand

Mengurangi limbah dengan prinsip 3R: reduce, reuse, and recycle.

  1. Korea Selatan

Melakukan kampanye membudayakan diri seperti berjalan, naik / turun tangga bukan menggunakan lift.

  1. Kamboja

Pendidikan merupakan hal terpenting untuk mempromosikan "Laudato Si".

  1. Singapura

Melakukan upaya lokal melalui sekolah dan ruang publik lainnya untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong masyarakat untuk menghargai negara dan lingkungan.

  1. Macau

Ada 3 bagian, salah satunya adalah tentang bagaimana sekolah katolik bereaksi terhadap ajaran gereja untuk melindungi lingkungan.

  1. Mongolia

Saat itu Negara Mongolia sedang melakukan peringatan 25 tahun misi gereja katolik disuatu negara menghadapi permasalahan lingkungan hidup yang masih terjadi sampai saat ini.

  1. Jepang

Berusaha melakukan penghapusan pembangkit tenaga nuklir yang dapat mencemarkan lingkungan hidup.

  1. Timur Leste

Ensiklik "Laudato si" juga telah tercermin melalui budaya, dalam bentuk pakaian dan produk lokal suatu bangsa.

  1. Vietnam

Rutin melakukan kampanye "Green summer" setiap tahun untuk mempropagandakan dan meningkatkan kesadaran dan memotivasi kaum muda untuk melindungi lingkungan.

  1. India

Bentuk dan rupa dari sebuah benda budaya dan tradisional dapat menunjukkan keterkaitan dengan isu lingkungan hidup.

  1. Taiwan

 Orang muda mempromosikan perlindungan lingkungan hidup dengan video, jaringan sosial, dan beberapa di antaranya merancang beberapa produk untuk mengubah kebiasaan hidup orang.

  1. Brunei Darussalam

Meningkatkan kesadaran akan Ensiklik Paus "Laudato Si" dan mendorong umat paroki untuk menghargai bumi dengan beragam kegiatan yang dilakukan secara rutin.

  1. Pakistan

Melalui pendidikan lingkungan yang memadai bagi kaum muda, maka akan membawa mereka menerapkan pengetahuan serta berkontribusi mewujudkan tanah air yang bersih untuk keturunan selanjutnya.

  1. Malaysia

Melakukan upaya kegiatan yang berbeda di keuskupan, serta melibatkan banyak kaum muda yang berbicara tentang pelestarian keindahan lingkungan.

  1. Bangladesh

Melakukan penelitian tentang penyebab, efek, hingga solusi pemanasan global.

  1. Laos

Aktif membuat produk daur ulang untuk mencerminkan budaya dan beragam aktivitas / praktik pemuda sehubungan yang berhubungan dengan ensiklik Paus "Laudato Si".

  1. Filipina

Mewartakan ensiklik Paus "Laudato Si" melalui usaha yang tercerahkan oleh iman yang tulus, agar banyak orang yang tertarik untuk melakukan hal yang sama.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Dari setiap kunjungan yang saya lakukan, akhirnya saya menyimpulkan sebuah hal bahwa untuk menyelamatkan bumi ini dari segala permasalah lingkungan yang ada ternyata sangatlah sulit. Sudah banyak negara yang melakukan upaya penyelamatan lingkungan hidup dengan berbagai caranya masing-masing, tetapi kalau setiap masyarakatnya tidak memiliki kepedulian dan kesadaran akan bahaya dari pemanasan global maka setiap program hanya akan menjadi sebuah nama belaka. Kesadaranlah yang harus menjadi langkah awal untuk menyelamatkan bumi ini.

Tidak terasa waktu untuk melakukan kunjungan stand telah habis, kami pun kembali dikumpulkan dalam kelompok untuk kembali ke bis dan menuju penginapan kami masing-masing.

3th Day -- Being United in Cultural Diversity

                Tema hari ketiga adalah "Menjadi Satu dalam Keberagaman Budaya". Berdasarkan tema ini kami para peserta kembali mendapatkan kesempatan untuk melakukan Exposureke tempat-tempat yang menjadi sejarah yang berada di Yogyakarta. Kami dibagi ke dalam 25 kelompok Exposure dengan tempat yang berbeda-beda, diantaranya THS dan THM Martial Arts, St. Anthony of Padua's Church of Kotabaru, Kanisius Elementary School of Kokap, Kanisius Elementary School of Palem Dukuh, Marian Shrine of Sendangsono, The Center for Liturgical Music (PML), Kanisius Printing and Publishing House, St. Joseph Church of Bintaran and Paraba Magazine, St. Theresia Church of Sedayu, The Sacred Heart of Jesus Church of Pugeran, The Sacred of Jesus Church and Shrine of Ganjuran, Studio Audio Visual Puskat (SAV Puskat), St. John Apostie Church of Somohitan, Basis and Rohani Magazines, Basic Education Institute of Mangunan, Community of Sant'Egidio, Traditional Art Festival of Kulonprogo (FKT), St. Therese of Lisieux Church of Boro, Pangudi Luhur Elementary School of Kalirejo,dan KARITAS INDONESIA KAS (Caritas Indonesia of Semarang Archdiocese).

                Saya tergabung ke dalam kelompok yang akan mengunjungi tempat Basic Education Institute of Mangunaatau lebih dikenal dengan nama Dinamika Edukasi Dasar (DED) Mangunan.Tempat tersebut merupakan sekolah dasar eksperimental yang didirikan oleh almarhum Pastor Diosesan YB. Mangun Wijaya pada tahun 2002. Pastor Mangun menerapkan konsep pendidikan independen, yang menekankan gagasan bahwa siswa tersebut akan dibatasi dalam peraturan yang ketat namun bukan berarti para siswa tidak diberikan kebebasan untuk berkreasi. Di tempat ini para siswa tidak diwajibkan untuk berseragam, karena menurut Pastor Mangun seragam dan peraturannya akan menimbulakn permasalahan sendiri, misalnya saat siswa tidak berseragam maka siswa tersebut akan mendapatkan hukuman, dan konsep seperti itu bukan esensi dari sebuah pendidikan itu sendiri. Ketakutan hanya akan membunuh kemampuan kreatif dan eksploratif setiap siswa. Perhatian Pastor Mangun dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan sekolah dasar sangatlah tinggi. Terbukti saat kami diajak mengunjungi tempat tinggal Pastor Mangun yang pada awalnya juga merupakan tempat untuk kegiatan belajar mengajar saat belum ada bangunan sekolah. Selain seorang penggiat pendidikan, ternyata Pastor Mangun juga seorang arsitek handal. Rumah yang ia dirikan merupakan hasil dari kreasi ia sendiri. Memili konsep bangunan seperti bangunan-bangunan rumah di Asia Timur. Memiliki banyak ruang, tangga, dan beberapa bagian dibuat terbuka tanpa atap.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
                Selama melakukan Exposure ini kami tidak terdiri dari para peserta AYD, tetapi kami juga kedatangan saudara-saudara kami umat muslim. Salah satu hal yang mengejutkan bagi kami. Teman-teman muslim ikut berdinamika bersama kami para peserta AYD, dan tentu kami menyambutnya dengan hangat. Mereka juga diberikan kesempatan untuk berbicara di depan kami para peserta AYD. Mereka berbicara tentang keberagaman. Mereka sangat menghargai perbedaan bahkan mereka mengatakan bahwa mereka mencintai perbedaan itu. Mereka bersyukur bisa menjadi bagian dari kami dan mengungkapkan bahwa banyak umat muslim yang tidak bisa menghargai perbedaan itu karena mereka sebenarnya tidak mengerti Islam yang sesungguhnya, dan memberi pesan kepada kami untuk tidak mudah terprovokasi dan terus menciptakan perdamaian, karena sesungguhnya Islam pun mengajarkan demikian.

                Rasanya masih ingin berlama-lama di tempat ini dan berbincang lebih dalam dengan teman-teman, tetapi waktu yang mengharuskan kami kembali ke venue utama untuk melanjutkan acara selanjutnya. Sesampainya di venue utama, kami diperlihatkan video-video hasil dokumentasi saat Exposure tadi dari 25 tempat yang berbeda. Sungguh kinerja luar biasa dari panitia, baru beberapa saat selesai melakukan kegiatan, sudah langsung sanggup menampilkan video dokumentasinya.

                Setelah semua video ditampilkan, sebelum pulang kami melakukan adorasi dan ditutup dengan pengakuan dosa bagi yang ingin melakukannya. Ada sekitar 200 imam siap melayani para paserta AYD atau siapapun yang ingin melakukan pertobatan dalam 3 bahasa, Inggris, Mandarin, dan Indonesia. Ternyata hampir semua peserta tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, termasuk saya. Sebuah pengalaman pengakuan dosa yang cukup berkesan karena dilakukan secara terbuka dan dalam suasana yang juga sangat berbeda.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
                Akhirnya kegiatan hari ketiga pun berakhir, ditutup dengan malam yang penuh hikmat. Sekitar 12 malam kami pun kembali ke penginapan untuk beristirahat.

4th Day -- Celebrating Our Communion

                Hari keempat ini kembali mengusung tema baru, "Merayakan Kebersamaan". Seperti hari-hari sebelumnya, kami mengawali hari keempat ini dengan perayaan ekaristi. Setelah selesai perayaan ekaristi kami breaksejenak untuk makan siang dan dilanjutkan dengan agenda utama di hari ke empat ini, yaitu workshopdan action plan.Saat workshop kami kembali dibagi dalam kelompok kecil untuk memaksimalkan diskusi dalam workshoptersebut. Ada 15 tema workshop secara keseluruhan, diantaranya Nurturing the Trafficked Mother Earth; Youth and Social Problem: Corruption; Youth's Creativity in Proclaiming the Gospel; Youth and Social Problem: Drugs; Youth and Social Problem: Casual-Sex Dating, Abortion; Handling the Migrant Problem; How to be Witness of Christ in a Multicultural Context; Youth in the Emerging Churches of Asia; Identity and Faith: Youth, Pop Culture, and Tradition; the Experience of Interreligious Marriage; Poverty, Youth, and CST; Addressing the Migrant Problem; Social Media: Threat or Opportunity; Being Young Catholic Enterpreneur;dan Taking Care of the Trafficked Mother Earth.

Saya mendapatkan tema Poverty, Youth, and CST. Dalam tema ini kami berbicara tentang kemiskinan. Tidak hanya kemiskinan secara materi, tapi juga kemiskinan iman, harapan, budaya, sosial, dll. Dalam kelompok saya ini terdapat peserta dari berbagai negara, India, Hongkong, Taiwan, Filipina, Timur Leste, Malaysia, Korea Selatan, Laos, dan Indonesia. Diskusi kami dipandu oleh seorang fasilitator bernama Dr. Paul Hwang yang merupakan Ketua dari Asian Lay Leader (ALL) Forum dan juga co-fasilitator bernama Felicia Dian yang juga merupakan bagian dari ALL Forum. Kami mendapatkan kesempatan saling sharing tentang kemiskinan yang terjadi di daerah kami masing-masing. Seorang Pastor Jobo yang berasal dari Filipina menceritakan bagaimana perjuangan iman masyarakat Filipina sangat diuji. Jumlah penduduk Katolik yang mencapai 90% di Filipina tidak menjamin ketentraman dan kenyamanan mereka dalam beribadah. Para ulah teroris yang semakin marak terjadi membuat beberapa masyarakat Filipina khususnya orang-orang mudanya merasakan kegoyahan dalam imannya. Lalu, seorang teman dari Kupang menceritakan permasalahannya juga tentang kemiskinan iman. Banyak orang muda di Kupang yang berpindah agama karena mengikuti pacarnya yang memiliki agama berbeda. Saya pun juga ikut menceritakan dinamika yang terjadi di daerah saya dan Jakarta. Jakarta merupakan kota metropolitan, maka permasalahan yang timbul tidak jauh dari pengaruh modernisasi, yaitu banyak masyarakat khususnya orang muda yang lebih mengedepankan kehidupan modernnya dibandingkan dengan melakukan pendalaman terhadap iman mereka. Jakarta ataupun Tangerang diisi oleh orang-orang yang berasal dari latar belakang budaya dan suku yang berbeda, maka tidak jarang timbul gejolak-gejolak di masyarakat karena perbedaan tersebut. Kemudian teman-teman dari delegasi asing lainnya juga menceritakan hal-hal yang kurang lebih sama, yaitu tentang kemiskinan iman, dan cenderung semakin mengikuti keinginan daging dibanding keinginan rohani.

Dari hasil diskusi kami di kelompok ini, kami mendapatkan beberapa poin atau langkah-langkah yang dapat kita lakukan dari hal yang paling kecil. Pertama, pendidikan katekese atau pendalaman tentang pengetahuan iman Katolik menjadi sangat penting dan perlu dilakukan, khususnya bagi orang muda yang mudah terpengaruh dengan keinginan-keinginan duniawi. Kedua, membuka jaringan seluas-luasnya kepada banyak tokoh ataupun orang-orang yang memiliki pengetahuan yang tinggi, agar pandangan kita semakin luas dan mendapat banyak pengetahuan baru, karena orang yang mudah terprovokasi adalah orang yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup. Ketiga, menjadikan diri sendiri sebagai contoh untuk orang lain. Berbuat sesuatu hal yang positif untuk diri sendiri ataupun orang lain, maka orang lain pun akan cenderung mengikuti dari hal yang paling kecil. Keempat, melakukan aksi atau kampanye-kampanye ringan tentang perbedaan dan keberagaman, menyadarkan bahwa keberagaman adalah sesuatu yang indah dapat dinikmati oleh siapapun.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Setelah waktu berdiskusi habis, kami diminta kembali ke kelompok delegasi masing-masing untuk saling berbagi hasil diskusi dari workshop yang telah dilakukan tadi. Karena Delegasi Indonesia banyak, maka kami dibagi menjadi kelompok yang lebih kecil berdasarkan keuskupan. Setelah dibagi ke dalam keuskupan, di KAJ kembali dibagi menjadi per dekenat, lalu kami saling berbagi hasil Workshop dengan teman-teman satu dekenat. Setelah selesai berbagi hasil Workshop,kami melakukan diskusi untuk menentukan Action Planyang akan kami lakukan bersama. 

Aksi yang akan dilakukan, tidak terbatas hany pada permasalahan yang didiskusikan saat Workshop saja, tetapi lebih memfokuskan pada permasalahan yang terjadi di daerah masing-masing. Saya bersama teman-teman di Dekenat Tangerang memiliki fokus kepada dunia pendidikan, dan kami akhirnya menyepakati untuk membuat aksi dalam bidang pendidikan. Yang akan kami lakukan adalah, kami akan mengumpulkan data dari anak-anak yang putus sekolah yang disebabkan oleh tidak adanya motivasi untuk bersekolah, juga yang disebabkan oleh tidak adanya biaya sekolah. Konsen kami lebih ditujukan kepada anak-anak Sekolah Dasar, karena menurut kami pendidikan di SD adalah pendidikan yang terpenting untuk membentuk karakter dasar seseorang. 

Setelah kami mendapatkan data, kami akan mengujungi mereka dan memberikan motivasi agar mereka mau kembali bersekolah. Kami memilih aksi tersebut karena banyak orang yang menganggap seorang anak tidak bersekolah itu dikarenakan tidak adanya fasilitas yang mendukung, padahal sesungguhnya selain fasilitas, hal yang lebih penting adalah motivasi yang tumbuh dari dalam diri yang mendorong seorang anak untuk mau bersekolah. 

Akan lebih memprihatinkan ketika banyak anak yang disekolahkan tetapi mereka sendiri tidak tahu untuk apa mereka bersekolah, dan apa tujuan mereka bersekolah. Maka dari itu, Action Planyang akan kami lakukan adalah kami ingin menyebarkan motivasi kepada anak-anak yang masih kekurangan motivasi untuk menemukan tujuan dan harapan mereka dalam bersekolah. Tujuannya adalah agar anak-anak tersebut membawa sebuah tujuan dan harapan dalam bersekolah, tidak hanya memandang sekolah menjadi sesuatu yang sangat melelahkan dan membosankan.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
                Setelah selesai berdiskusi, tibalah kami sampai kepada malam terakhir perayaan AYD 2017. Malam terakhir ini diisi dengan sebuah kegiatan bernama Final Festival. Final Festivalini menyajikan penampilan-penampilan yang sangat memukai dari setiap delegasi. Dari penampilan yang membuat kami tertawa terbahak-bahak, hingga yang membuat kami diam terharu. Kami sangat antusias menyaksikan penampilan-penampilan yang dipersembahkan di atas panggung yang megah. Saya pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengajak berfoto bersama saat setiap delegasi turun dari panggung.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
                Hari keempat yang juga menjadi malam terakhir pun berakhir, dan kami kembali ke penginapan kami masing-masing.

Last day -- Sharing and Living the Joy of the Gospel

               Rasanya kurang bersemangat saat memasuki hari terakhir, bukan karena lelah ataupun bosan, tetapi kurang bersemangat karena harus mengakhiri segala rangkaian AYD yang sangat berkesan ini. "Berbagi dan Hidup dalam Sukacita Injil" menjadi tema dihari terakhir. Tidak banyak agenda yang dilakukan dihari terakhir ini. Hanya upacara dan perayaan ekaristi penutupan yang dilakukan. Ekaristi penutupan ini dilakukan di lapangan Pangkalan Udara dengan total yang hadir kurang lebih sebanyak 20.000 umat dengan 600 orang lebih paduan suara. Perayaan ekaristi dilakukan secara konselebran dengan Kardinal sebagai Selebran Utama, serta dibantu oleh setidaknya 300 Imam termasuk puluhan Uskup. Perayaan ekaristi berlangsung sangat hikmat meskipun berada di bawah paparan terik matahari yang sangat menyengat. Dalam kotbah yang disampaikan oleh Uskup KAJ Mgr Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo mengatakan bahwa perayaan AYD ini menjadi momen untuk lahir kembali menjadi pribadi yang baru, lahir sebagai orang muda yang penuh dengan sukacita dan damai. Lahir sebagai orang muda yang lebih peka terhadap permasalahan-permasalahan sosial yang ada, turut ambil bagian dalam berbagai kegiatan positif sebagai bentuk dari pewartaan akan injil.

                Perayaan Ekaristi yang berlangsung kurang lebih 2 jam itu akhirnya berakhir. Selanjutnya Wakil Presiden Indonesia Drs. H. M. Jusuf Kalla hadir ke tengah-tengah kami untuk menutup rangkaian AYD 2017 ini. Sebelum menutup, RI 2 itu menyampaikan ucapan terimakasih kepada setiap delegasi asing yang hadir dan berharap dengan adanya kegiatan AYD ini mampu membantu mewujudkan perdamaian dunia. Selain itu juga mengatakan bahwa Indonesia mampu menjadi contoh mewujudkan keberagaman yang dapat hidup berdampingan dengan damai.

                Setelah menutup AYD 2017 ini, acara selanjutnya yang juga merupakan bagian akhir dari upacara penutupan AYD ini adalah pengumuman yang menjadi tuan rumah AYD selanjutnya. Dan akhirnya India dipercaya kembali untuk ke 2 kalinya menjadi tuan rumah AYD ke 8 nanti. Lagu theme songAYD 2017 pun menjadi penghantar para peserta kembali ke delegasi masing-masing dan melanjutkan agenda masing-masing untuk setiap delegasi. Tidak ingin beranjak rasanya, mendengar theme songAYD pun justru membuat kami kembali menyatu dan berlari ke depan panggung untuk menari bersama. Kamipun menari dengan sangat bersemangat. Dan saya dengan sedikit nekat naik ke atas panggung bergabung dengan para delegasi dari India hanya untuk memegang salib AYD yang terbuat dari bambu dan sudah berkeliling Asia menjadi saksi dari setiap perayaan AYD, tidak lupa saya mengabadikannya dalam sebuah foto. Setelah cukup puas saya kembali ke kerumunan di bawah panggung untuk berpamitan dengan teman-teman dari delegasi lain terutama delegasi asing. Saya melihat tidak sedikit diantara kami yang akhirnya meneteskan air mata saat saling berpamitan dengan teman, sahabat, dan keluarga-keluarga baru yang kami temui selama 9 hari ini. Sungguh perjumpaan yang memberikan kesan yang sangat mendalam, ingin rasanya mengulang semua ini andaikan itu bisa dilakukan.

                Setelah mengabadikan banyak foto kamipun kembali berkumpul dengan delegasi kami, dan beranjak kembali ke daerah masing-masing. Terimakasih Tuhan Yesus telah memberikan kesempatan kepada saya menjadi bagian dari AYD ke 7 ini. Semoga perjumpaan ini memberikan semangat baru bagi saya dan kami semua untuk menghidupi dan mewartakan injil di tengah masyarakat yang majemuk ini, dan berharap hubungan kami dengan para delegasi asing bisa terus terjalin dengan baik hingga suatu saat kami dipertemukan kembali.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
I MISS THE MOMENT AND YOU ALL DELEGATES SO MUCH AYD 7 INDONESIA <3 <3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun