Menurutnya akan lebih bermanfaat jika yang dibagikan atau ditulis di media sosial itu seperti Tips menanam bonsai, Kiat mencegah banjir, Info bencana, Ucapan selamat ulang tahun, 1001 tips dan trik jadi Pengusaha, Cerita Rakyat, Puisi, Cerpen, Sejarah, Tradisi di daerah-daerah Indonesia. Mendengar ucapan beliau saya jadi berpikir tapi ternyata Pak Tjipmangto sedikit mual menceritakan hal itu. Beliau langsung mengalihkan topik pembicaraan. Perlahan beberapa guyonan tentang masa muda diceritakan olehnya.
Pemandangan terus berganti dari balik jendela gerbong. Tak terasa kereta sudah sampai di pemberhentian terakhir. Saya hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada beliau yang sudah menceritakan pengalamannya. Kami berdua keluar dari gerbong. Hari sudah petang, senja tak nampak karena tertutup bangunan. Saya dan beliau akhirnya berpisah di pintu keluar. Saya hanya bisa melihat dari kejauhan semangat beliau yang masih menyala namun disimpan dengan bijak.
Ya, pengarang tangguh dan rendah hati sekelas Pramoedya Ananta Toer, Umar Kayam, W.S Rendra, N. Riantiarno, Nh. Dini dan Tjipmangto yang saya samarkan namanya ini hanyalah beberapa contoh pelaku sastra juga budayawan di Indonesia. Para pendahulu susastra itu membentuk tata laku bahasa komunikasi susastra.Â
Setiap penulis mempunyai ciri khasnya masing-masing. Itu sebabnya pula kalau seumpama jadi penulis dilarang sombong, kata perumpamaan bahasa di atas langit ada langit. Apalagi penulis eceran seperti saya, anak bawang warung kopi, suka minjem korek kalau lagi mau ngerokok. Oiya, Pak Tjipmangto hanyalah tokoh fiksi.
Nama Tjipmangto saya ambil dari bahasa England, Chipmunk (tupai) ditambah to he.. he.. he.. biar klasik dan khas Indonesia jadi Tjipmangto. Saya tulis untuk kaum nyinyir agar bercermin. Selamat tahun baru 2020. Semoga langit Jakarta dan sekitarnya memahami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H