Mohon tunggu...
Febri K. Manoppo
Febri K. Manoppo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menulis dan meneliti merupakan salah satu minat saya di dunia pendidikan khususnya di bidang Pendidikan Anak dan Pendidikan Kristiani untuk anak usia dini. Pada tahun 2023 saya mulai menempuh studi doktoral (PhD) di Hoseo University Korea Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Transparansi dan Misteri, Menemukan Keseimbangan dalam Pendidikan Kristiani

13 Juli 2024   19:41 Diperbarui: 13 Juli 2024   19:58 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah perjalanan menelusuri lembaran-lembaran pengetahuan di negeri ginseng, terbitlah sajak perenungan dalam kalbu, terlukis dalam beberapa penggalan kalimat berikut: "Di tengah arus deras pencarian ilmu yang tiada henti, layaknya samudera yang tak pernah kering, kita menyadari bahwa pengetahuan adalah cahaya yang menerangi kegelapan. 

Namun, dalam perjalanan ini, bagaikan perahu yang terombang-ambing oleh gelombang, kita tak boleh melupakan jangkar iman yang menuntun kita. Seperti bintang di malam hari, nilai-nilai dasar iman Kristiani menjadi penunjuk arah, menjaga agar kita tetap berpijak pada kebenaran yang hakiki, sambil merengkuh misteri Ilahi yang memelihara hasrat dan kerinduan kita akan kebijaksanaan sejati."

Byung-Chul Han, dalam karyanya yang berjudul "The Transparency Society" mengamati pergeseran masyarakat menuju transparansi dan implikasinya yang dalam terhadap berbagai aspek kehidupan. Dia mengkritik bagaimana tuntutan akan transparansi dapat menghasilkan masyarakat yang terjebak dalam kendali dan pengawasan konstan, mengancam otonomi dan interaksi manusiawi yang mendalam. Han mengkritik ideologi post-privacy dan menekankan pentingnya untuk menjaga jarak, otonomi, dan negasi dalam interaksi manusia. 

Kalau kita menelusuri lebih lanjut, ideologi ini merupakan suatu pandangan yang demi transparansi, menuntut kita menyerahkan sepenuhnya ranah pribadi agar komunikasi bisa menjadi sepenuhnya terbuka. Saya pikir ini cukup berkaitan juga dengan salah satu fenomena FOMO (Fear of Missing Out) yang dalam beberapa riset banyak merujuk pada gen-Z. Akan tetapi dalam pengamatan saya sepertinya bukan hanya bagi gen-Z saja, karena generasi milenial pun cenderung mengalami fenomena yang serupa akhir-akhir ini.

Apabila kita membandingkan pandangan Han tersebut dengan pendapat Freud, sepertinya pandangan Han cukup bertentangan dengannya. Salah satunya adalah bahwa menurut Freud eksistensi manusia tidak transparan, bahkan bagi dirinya sendiri. 

Freud menjelaskan bahwa ego sering kali menyangkal apa yang diinginkan oleh alam bawah sadar. Ini menunjukkan adanya celah fundamental dalam psikis manusia yang membuat transparansi diri menjadi mustahil. Semakin menarik memang pertentangannya, karena menurut Han bahwa transparansi antarpribadi juga tidak akan pernah tercapai karena justru 'ketidaksempurnaan' dalam transparansi inilah yang menjaga hubungan tetap hidup dan dinamis. Saya melihat bahwa Han ingin menekankan tentang pentingnya keseimbangan hidup dalam setiap relasi manusia yang terjalin.

Han juga menyoroti pentingnya 'pencerahan baru' yang menghargai ketidaktahuan, celah dalam pengetahuan, dan kompleksitas emosi serta hubungan manusia. Apabila dicermati, cukup menarik juga pendapat Han yang sepertinya sebagai bentuk kegelisahannya terhadap realitas masyarakat masa kini. Han menganjurkan untuk menjaga jarak terhadap ideologi post-privacy ini, sambil menekankan pentingnya melestarikan elemen misteri dalam kehidupan sosial untuk mempertahankan hasrat dan kegembiraan manusiawi.

Dalam konteks Pendidikan Kristiani, di mana hasrat untuk ilmu pengetahuan dan pemikiran kritis harus benar-benar dihargai. Akan tetapi, meskipun terbuka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang kian pesat, pendidikan Kristiani idealnya perlu untuk mempertimbangkan nilai-nilai misteri dan paradoks yang memungkinkan pertumbuhan spiritual dan refleksi yang dalam. Oleh karena itu, dalam pendidikan Kristiani, keseimbangan antara eksplorasi intelektual dan penghormatan terhadap misteri keagungan sang Pencipta merupakan hal yang penting. 

Terbuka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan tidak berarti mengabaikan nilai-nilai spiritual dan etika yang mendasari kehidupan Kristen. Sambil kita menghargai transparansi yang memfasilitasi pertumbuhan ilmu pengetahuan, kita juga perlu menjaga kedalaman relasi dengan Tuhan dan sesama, serta menghormati kompleksitas emosi dan hubungan manusia yang tidak selalu dapat direduksi menjadi hal yang terbuka dan jelas.

*Dari sebuah sudut kota Cheonan, Korea Selatan, kali ini saya tidak ditemani teh dan ginseng. Hanya segelas air putih yang sederhana namun penuh manfaat bagi kehidupan. By Febri K. Manoppo, Hoseo University.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun