Di tengah masa pandemi seperti ini, kehidupan perekonomian juga turut mengalami pasang surut. Bahkan ada banyak sekali kegiatan ekonomi yang harus terhenti akibat adanya pandemi. Dampak yang begitu besar sangat bisa dirasakan oleh masyarakat kelas menengah ke bawah apa lagi pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Menengah) yang target pasarnya memang masyaraakt kelas menengah kebawah. Bahkan, tak sedikit pula pelaku UMKM yang harus gulung tikar lantaran tak balik modal.
Pelaku UMKM adalah kelompok yang paling riskan terhadap dampak negatif pandemi pada bidang ekonomi ini. Dengan penghasilan yang tak seberapa. Dan yang paling merasakan sulitnya laju perekonomian.
Hal tersebut sejalan dengan yang di ungkapkan oleh Mas Aji, warga dukuh Tegalrejo, RT. 3 /RW.3, RAJEK, GODONG, KAB. GROBOGAN, JAWA TENGAH yang berprofesi sebagai penjual bakso dan mi ayam.
Mas aji mengungkapkan bahwa banyak kesulitan yang ia alami selama berjualan di masa pandemic ini. Salah satunya adalah omzet jualan yang turun drastis hingga mencapai 50 % dari penghasilan biasanya.
"ya kalau kesulitan ada. Omzet turun, turun 50 %" ungkap mas aji saat di wawancarai di kediamannya.
Jika biasanya mas Aji mampu meraup penghasilan sekitar Rp 400.000 perhari maka di masa pandemic ini mas aji hanya mampu menghasilkan sekitar Rp 200.000 perhari.Â
Di lain sisi beberapa bahan baku juga mengalami lonjakan harga. Di sini Mas Aji harus benar-benar putar otak agar ia bisa tetap berjualan dan juga tetap mendapatkan untung. Satu porsi bakso Mas Aji dihargai Rp 5.000 dan Rp 7.000 untuk satu porsi mi ayam.
Sehari-harinya Mas Aji berjualan dengan membuka warung di rumahnya serta berjualan keliling. Dalam berjualan mas aji juga dibantu oleh sang isteri. Dagangan Mas Aji mulai dasar sekitar pukul 11 siang.Â
Dan Mas Aji akan mulai berjualan keliling ke desa-desa tetangga selepas waktu ashar hingga sekitaran waktu maghrib. Ketika Mas Aji berjualan keliling maka sang isteri yang akan membantunya untuk menjaga warung di rumah, melayani pembeli yang datang.
Mas Aji hanya menjajakan bakso keliling tidak beserta mi ayam. Jika ingin mi ayam maka harus datang ke rumahnya. Pasalnya menjual mi ayam tidak sepraktis berjualan bakso. Menurut Mas Aji, jika harus berjualan bakso dan juga mi ayam keliling itu berarti harus membawa dua panci besar sekaligus. Satu untuk bakso dan satu untuk mi ayam. Tidak ada tempatnya.
Mas aji mengaku sudah sekitar dua tahun menggeluti bidang profesinya ini. "berjualan sudah 2 tahun,sekitar dua tahun, "ungkapnya.
Sebelumnya Mas Aji hanya bekerja sebagai buruh serabutan dengan penghasilan pas-pasan. Sampai akhirnya Mas Aji menyadari bahwa ia tidak bisa selamanya menjadi seorang pekerja serabutan. Kedua puterinya semakin besar, yang artinya Mas Aji membutuhkan uang lebih untuk biaya sekolah puteri-puterinya.
Dari situ mas Aji mulai memutar otak dan melihat adanya peluang dari usaha jualan bakso dan mi ayam. Berbekal keahlian membuat bakso dan mi ayam yang telah ia miliki, Mas Aji membulatkan tekadnya untuk kemudian memulai usahanya sendiri.
"Sampai akhirnya berjualan yak arena sudah memiliki keahlian dan juga melihat adanya peluang usaha, ya coba saja dimasuki," ungkap Mas Aji saat di wawancarai.
Sudah beberapa minggu terakhir ini Mas Aji memang hanya berjualan di rumah. Lantaran adanya lonjakan kasus covid-19 di kabupaten Grobogan yang sudah sangat mengkhawatirkan.
Tak mau ambil resiko tertular covid-19 ketika berjualan keliling desa, Mas Aji lebih memilih berhenti jualan keliling sementara. Apalagi di Kabupaten Grobogan saat ini masuk dalam zona merah pandemic covid-19. Mas Aji merasa was-was untuk berjualan keliling. Takut jika tertular covid-19 dan menulari keluarganya. Makanya sekarang ini Mas Aji lebih memilih untuk berjualan di rumah saja.
"untuk sekarang, jualan di rumah saja. Kan Grobogan zona merah,".
Meski demikian Mas Aji tetap bersyukur. Usahanya masih bisa terus berlanjut walau harus tertatih-tatih.
"ya alhamdulillah, masih bisa jualan walaupun di rumah. Masih ada pemasukan," tuturnya.
Ia juga mengaku bahwa penghasilannya perhari bagaimanapun juga harus cukup untuk memenuhi kebutuhan belanja dan biaya sekolah anak.
"Ya penghasilan perhari cukup untuk belanja dan biaya sekolah anak. Di cukup-cukupinlah biar cukup. Apalagi di masa pandemi ini ya harus dicukup-cukupin,"
Menurut Mas Aji kunci agar usaha bisa terus bertahan di masa pandemic haruslah bersabar, tekun dan ulet.
"Ya kuncinya, sabar, tekun, dan ulet," sambungnya. Ucapan Mas Aji tersebut bukanlah hanya sekedar ucapan. Tapi Mas Aji telah membuktikannya sendiri.
Untuk kedepannya Mas Aji berharap agar pandemi bisa segera berakhir dan ia bisa berjualan seperti dulu lagi.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H