Mohon tunggu...
si rahwana baik
si rahwana baik Mohon Tunggu... Penulis - bercerita menurut peristiwa

tidak perlu tau kapan, yang penting itu pasti

Selanjutnya

Tutup

Roman

Surga Kecil yang Kita Benci

15 Agustus 2024   00:19 Diperbarui: 15 Agustus 2024   00:25 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari desa ini kita ditakdirkan untuk bertemu, dari semuanya yang asing hingga menjadi satu ikatan keluarga, dari ego masing-masing dan dari sifat yang berbeda kita disatukan oleh tujuan yang sama. Semua berharap waktu bisa berhenti hanya untuk menikmati sisa-sisa perpisahan yang menunggu di depan kita, tak mungkin ada yang bisa menghentikan sang waktu untuk terus berjalan, detik demi detik hingga menit berubah, semua akan menjadi suatu kepastian, yakni perpisahan. 

Harapan untuk terus bersama di tempat ini hanya akan menjadi angan-angan semata. Lalu bagaimana kamu bisa bertanya perasaan seperti apa yang akan kita alami jika perpisahan itu terjadi?, tangisan terdengar dari segala arah, aku tau ini menyakitkan hanya untuk sebuah perpisahan. 

Kau tau dan akupun tau, tidak ada yang meminta untuk meninggalkan tempat ini, tetapi kehidupan harus tetap dilanjutkan, mungkin suatu hari nanti tempat ini, tempat dimana kita awal bertemu dan juga akhir untuk perpisahan menjadi saksi bahwa keluarga kita pernah tercipta di tempat ini. 

Mungkin sebagian dari kita awalnya membenci untuk ditempatkan disini, tapi semua tau pada akhirnya kita sulit melupakan tempat ini, bagaimana jika nanti kita kembali ke tempat ini lagi ?, rasanya tak akan sama lagi, karena yang membuat ini menjadi bermakna karena ada nama dan juga masa. 

Silahkan kembali ke tempat ini kapanpun. Tetapi masa-masa yang kita lewati hari ini tidak akan ada duanya saat kita kembali lagi suatu hari nanti. Percayalah kita menjadi keluarga hanya karena tempat ini, sangat disayangkan bukan ? Kita menyia-nyiakan waktu hanya untuk merebahkan badan tanpa melakukan hal-hal bermakna bersama-sama. Derai air mata yang kita usap di pipi kita menjadi tanda bahwa memang sangat sulit untuk kita tinggalkan tempat yang kita anggap sebagai surga kecil di dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun