Mohon tunggu...
Febrihada Gahas
Febrihada Gahas Mohon Tunggu... Dosen - Menulis (bebas) biar bahagia !!!

LECTURER

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mewaspadai penipuan panggilan wawancara Kerja

4 Mei 2018   18:04 Diperbarui: 20 Juli 2019   18:03 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyaknya para pencari kerja setelah tamat dari bangku sekolah atau lulus kuliah adalah fenomena sosial lumrah. Mereka pencari kerja, menyiapkan segala sesuatunya baik lamaran atau curiculum vitae dengan sempurna, tujuannya agar dapat dipanggil oleh pihak perusahaan, instansi untuk wawacara atau mengikuti tes tulis. Ya, surat lamaran dan prentelanya harus disiapakan secara maksimal (biar tidak sia-sia nggeh). Jika surat lamaran, CV telah memenuhi standar yang diinginkan perusahaan, para pelamar tinggal berdo'a terus-menerus agar mendapatkan jadwal mengikuti tahapan selanjutnya. 

Beda zaman beda keadaan, saat ini para pencari kerja tidak usah bersusah payah mengirimkan lamaran ke bagian panitia seleksi secara langsung ke lokasi, mereka bisa mengirimkan lamaran kerja melalui online dengan mengakses dan login langsung ke situs-situs jasa informasi pekerjaan, misalnya joobstret, joobs id, dll. Selain itu para pencari kerja (bahasa inggrisnsya jobbseker) juga bisa mengirim lamaranya via email atau bahkan whatsApp. Artinya era digital lebih mudah daripada era non digital (ya iyalah brooohhh).

Namun sayang seribu sayang, di era digital saat ini, ternyata menjamur penipu berkedok sebagai HRD perusahaan atau mengatasnamakan suatu perusahaan untuk mengundang wawancara dengan cara mengirim pemanggilan via email masuk (inbok). Modusnya, mereka menelepon calon pencari kerja atau menghubungi via sms dengan kalimat,  ucapan "selamat bahwa ada undangan wawancara". Nah, darimana saya tahu modus mereka tersebut bahwa melakukan tindak penipuan. Jawabannya, berdasarkan pengalaman sepupu dan adik ipar (wawancara langsung/dept inverview). Sepupu dan adik ipar menjadi korban penipuan bahkan telah mentransfer duit 2 juta. Untuk menghindari korban penipuan seperti sepupu dan adik ipar. Sangat urgent bagi saya untuk memberikan beberapa tip:

1. Jika para pencari kerja mendapatkan sms atau telepon dari seseorang yang mengatasnamakan suatu perusahaan, cek kebenarannya melalui website resmi perusahaan. Jika benar ada panggilan wawancara atau mengikuti tes, nama anda akan tercantum untuk wawancara 

2. Jika anda mendapatkan email masuk dengan panggilan wawancara harus menggunakan jasa travel tertentu. Pasti itu penipuan, harap hindari jangan sampai menghubungi nomor agen travel tersebut karena pasti anda disuruh transfer uang.

3. Jangan mudah tertipu oleh perusahaan yang memberikan gaji besar, iming-iming menggiurkan. 

4. Carilah perusahaan atau lembaga yang jelas legalitas hukumnya.

Oke, itulah tip/trick/cara dari saya bercermin terhadap pengalaman sepupu dan adik ipar yang menjadi korban penipuan saat mencari kerja. Tak kalah pentingnya agar pihak keamanan atau petugas berwenang dapat menangani soal penipuan, menangkap para jasa abal-abal, makelar, calo (apapun istilahnya) yang mengatasnamakan sebagai utusan atasan/pimpinan sebuah instansi, perusahaan. Memang mencari pekerjaan tidak semudah memasukkan makanan ke dalam mulut, pasti banyak halangan, rintangan dan cobaan. Tapi tidak semestinya para pencari kerja tertipu karena niat mereka sejatinya tulus mencari rezeki halal. Semoga tulisan yang bersumber dari internal keluarga menjadi bermanfaat bagi pembaca terutama  pejuang pencari kerja. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun