2. Hentikan pendidikan berbasis kunci jawaban. Biarkan murid memahami bidang yang paling disukainya. Nilai tinggi dalam ujian tidak bisa dijadikan tolak ukur utama seseorang itu cerdas/ tidak. Tapi seberapa ia dapat mengambil kesimpulan dan pemahaman atas apa yang ditanyakan adalah prioritas utama tolak ukur pemahaman apa yang ia dapat dari sekolah.
3. Jangan jejali murid dengan banyak hafalan, apalagi matematika. Untuk apa diciptakan kalkulator kalau jawaban utk X x Y harus dihapalkan? Biarkan murid memilih sedikit mata pelajaran tapi benar-benar dikuasainya.
4. Biarkan anak memilih profesi berdasarkan passion (rasa cinta) nya pada bidang itu, bukan memaksanya mengambil jurusan atau profesi tertentu yang lebih cepat menghasilkan uang.
5. Dasar kreativitas adalah rasa penasaran dan berani ambil resiko. AYO BERTANYA!
6. Guru adalah fasilitator, bukan dewa yang harus tahu segalanya. Mari akui dengan bangga kalau kita tidak tahu. Banyak penemu di bangsa barat yang memulai setiap penelitiannya dengan pertanyaan-pertanyaan : APA, MENGAPA, dan BAGAIMANA.
7. Passion manusia adalah anugerah Tuhan, sebagai orang tua kita bertanggung-jawab untuk mengarahkan anak kita untuk menemukan passionnya dan mendukungnya. Mudah-mudahan dengan begitu, kita bisa memiliki anak-anak dan cucu yang kreatif, inovatif tapi juga memiliki integritas dan idealisme tinggi tanpa korupsi.
Sumber : http://www.mitimahasiswa.com/berita-142-mengapa_bangsa_asia_kalah_kreatif_dari_bangsa_barat_.html (dengan beberapa modifikasi sesuai kebutuhan)