Mohon tunggu...
Febri Dwi Rohmadi
Febri Dwi Rohmadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saat ini sedang menempuh studi S-1 Sosiologi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pernah ikut serta dalam Lomba menulis cerpen di Dinas Kebudayaan Kudha Yogyakarta tahun 2019.

Hobi menulis puisi, cerpen, novel, dan lagu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Perjuangan

28 September 2022   21:52 Diperbarui: 28 September 2022   23:46 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku tidak mau Ton, kalau kamu ingin nilai ulangan mu bagus, kamu harus rajin belajar." kata ku sambil menunduk.

"Ohhhh kamu tidak mau menuruti perintah ku.... Jika kamu tidak memberiku contekan, aku akan memberimu perhitungan."

"Maaf Ton, aku tidak bermaksud membuatmu marah."

Toni langsung pergi meninggalkanku dan langsung mengumpulkan semua anak sekelas.

Aku penasaran, tidak biasanya Toni seperti itu. Aku takut sekali jika ia merencanakan sesuatu untuk memberikan ku pelajaran, karena sudah menentang perintahnya.

"Hey teman-teman aku mengumpulkan kalian semua untuk menjauhi si Paijo. Karena dia sudah membuatku kesal. Jika ada diantara kalian yang masih berteman dengannya, aku pastikan hidup kalian tidak aman." (menggunakan nada keras).

Semua teman-teman jadi takut kalau berurusan sama Toni. Hampir tidak ada yang membantahnya. Dan akhirnya aku dikucilkan sama Toni dan teman-teman lainnya. Sekarang aku tidak ada teman. Duduk dikelas sendiri dan meja paling belakang.

Semua teman-teman ku tidak ada yang mau bicara dengan ku. Setiap aku menyapa, teman-temanku langsung pura-pura tidak mendengar. Perasaanku sedih banget, rasanya aku ingin menangis. Tapi bagaimana lagi semua itu sudah terjadi. Jika ada tugas kelompok, aku selalu mengerjakan sendiri. Tidak ada yang mau berkelompok denganku. Mereka takut dengan ancaman dari Toni. Kenapa aku selalu diperlakukan tidak adil seperti ini. Padahal aku ingin menuntut ilmu seperti yang lain. Ini memang tidak adil (kata dalam hatiku).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun