Mohon tunggu...
FEBRIA SARI
FEBRIA SARI Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Haiii

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Maaf dan Terima Kasih

26 September 2022   11:29 Diperbarui: 26 September 2022   11:32 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari yang kutunggu pun datang, aku bersiap untuk melangkah kaki ini ketempat pertandingan. Aku melihat di tempat ini semua orang berharap akan kemenangan, namun hanya sebagian yang bisa mendapatkannya. Betapa kecewanya jika diri ini kalah karena waktu sekolah, tidur, rasa sakit, sudah kami korbankan. Betapa penting nya menanamkan kepada diri ini hati yang ikhlas.

Tak terasa ternyata sebentar lagi sudah giliran ku, rasa cemas, menghantui ku tapi aku berusaha menenangkan diri dengan sebuah coklat.

Pertandingan pun di mulai, aku melawan seorang wanita dari club yang memang aku akui hebat, disiplinnya tinggi, dan rajin, club ku pun tak kalah hebatnya namun usahaku saja yang belum maksimal.

Hasil dari pertandingan aku kalah poin yang aku dapat hanya 22 dan lawan ku 30, kebetulan aku hanya main 1 kali biasanya bisa sampai 2 sampai 3 kali. Aku mendapatkan juara 2 dengan mendali perak. Aku  menyesal namun aku berusaha ikhlas, karena aku bercermin bahwa usahaku tak sebesar usaha beliau, karena aku menyaksikan sendiri bagaimana metode mereka berlatih, aku akui aku kalah karena mendapatkan juara 2 karena menurutku dan targetku adalah juara 1.

Hari itu adalah hari terakhir pertandingan, setelah selesai pertandingan kami pun kembali ke tempat penginapan dan mengemasi barang-barang yang akan di bawa pulang.

Terulang kembali sebelum menutup pintu, kulihat baik baik isi dalam kamar, beserta untaian kenangan yang ada di segala benda dalam kamar ini. Tak terasa aku sudah harus meninggalkan tempat ini , tempat dimana yang memberikan banyak pelajaran, ternyata perjuangan aku ini belum ada apa apanya, karena diluar sana ada yang lebih hebat dan perjuangannya pun tak kalah hebatnya.

Setelah selesai berkemas kami pun kembali meletakkan barang bawaan kami di bagasi, sebelum masuk ke dalam bus dan menempati kursi, Sabeum memanggil semua para atlet untuk berkumpul, dan kami para atlet pun tertunduk diam bahkan sampai ada yang menangis, Sabeum hanya mengevaluasi dan membuat kami sadar betapa pentingnya disiplin, rajin, serta mengurangi mengeluh saat berlatih dan masih banyak lagi.

"Sabeum gamau tahu pokoknya setelah ini kalian harus minta maaf ke orang tua kalian" ujarnya

Kami lakukan sesuai perintah Sabeum, sembari air mata membasahi pipi, ntah apa yang membuat aku menangis sebegitu deras, sehingga bernapas pun terasa sulit.

Bus pun memutarkan rodanya, perlahan-lahan meninggalkan jejak-jejak yang sebelumnya pernah ku injak. Lagi-lagi aku harus meninggalkan zona nyaman kembali, walaupun disini aku harus hidup mandiri dan jauh dari mama namun ini lah salah satu yang aku impikan, fokus ke titik yang akan ku kejar tanpa memikirkan hal lain.

Diperjalanan pulang ku dibaluti dengan rasa kecewa, dan renungan mambawa rasa sakit karena kakiku cedera, bukan tidak bersyukur, tapi perjuanganku tak sebanding dengan perjuangan orang tua ku yang berusaha memberangkatiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun