Mohon tunggu...
Febrianto
Febrianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pribadi yang toleran terhadap lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tim PKM-RSH Mengeksplorasi Peninggalan Kolonisasi Bendungan Argoguruh, Bersimbah Darah dalam Pembuatannya, Mengalirkan Air Kehidupan Selamanya

11 Juli 2024   19:14 Diperbarui: 11 Juli 2024   19:20 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kolonisasi merupakan salah satu program dari politik etis yang di gagas oleh pemerintah kolonial Belanda, hal itu juga dilatarbelakangi oleh penuhnya penduduknya di pulau Jawa yang menimbulkan dampak seperti kemiskinan dan kelaparan. Maka dari itu melalui program kolonisasi, Pemerintah Kolonial Belanda memindahkan pribumi pulau Jawa ke daerah yang memiliki banyak sumber daya alam dan belum banyak penduduk.

Dokumentasi Pribadi 
Dokumentasi Pribadi 

Lampung menjadi salah satu tempat kolonisasi karena jika dilihat dari geografisnya memiliki tanah yang rata dan cocok untuk di tanami berbagai macam jenis tanaman, seperti kopi, lada, cengkeh dan padi. Bagelen, Gedong tatan menjadi tempat pertama kali kolonisasi pada Tahun 1905, setelah berhasil mengirimkan kolonis ke Bagelen dan menambah pendapatan, mereka ingin menambah luas lahan pertanian. Sehingga di pilihlah Trimurjo sebagai tempat Kolonisasi berikutnya pada Tahun 1935. Trimurjo sendiri berasal dari dua kata "Tri" yang berarti tiga dan "Moerdo" yang memiliki arti sirah (dalam bahasa jawa) atau kepala. Maka dari itu, kata Trimurjo berarti tiga sirah atau tiga kepala.

Kolonisasi di Trimurjo berlangsung dari tahun 1935 sampai 1942. Tentunya pada rentang tahun tersebut memiliki banyak sekali peninggalan-peninggalan salah satunya yaitu Bendungan Argoguruh. Kami berfokus untuk mengeksplorasi Bendungan Argoguruh di karenakan Bendungan tersebut memiliki sejarah yang sangat menarik dan fungsi utamanya untuk membendung air sungai Wai Sekampung yang kemudian di alirkan ke lahan pertanian. 

Berdasarkan informasi yang didapat dari Bapak Pandu Pinuju Widodo sebagai penggiat sejarah di wilayah Trimurjo selaku narasumber, mengatakan bahwa peletakan batu pertama pembangunan Bendungan Argoguruh pada tanggal 4 Agustus 1935. Bendungan Argoguruh secara etimologi berasal dari kata argo yang artinya alat ukur dan guruh artinya juru. Maka dapat diartikan sebagai tempat juru ukur untuk menentukan titik lokasi bagian mana dari sungai Way Sekampung yang harus dibendung. Bangunan ini dirancang oleh ir. Wehlburg dan diresmikan pada Tahun 1936. 

Pembangunan Bendungan Argoguruh menghabiskan biaya kurang lebih 900.000 Gulden, biaya tersebut di nilai cukup murah karena dalam pembangunannya menerapkan sistem kerja paksa yang banyak melibatkan para kolonis-kolonis atau pribumi. Walaupun kenyataannya para Kolonial Belanda memberikan upah akan tetapi upah tersebut tidak sebanding dengan yang di kerjakan oleh para kolonis, sehingga banyak sekali korban jiwa yang meninggal akibat kelelahan dan terserang berbagai penyakit. 

Perjuangan para kolonis yang rela mengorbankan nyawa dalam membangun Bendungan Argoguruh akhir membuahkan hasil terutama di bidang pertanian karena lahan tidak mengalami kekeringan yang mengakibatkan gagal panen. Sampai saat ini Bendungan Argoguruh masih di manfaatkan oleh masyarakat dan harapannya mereka tidak melupakan sejarah pembangunan Bendungan Argoguruh dan menambah rasa Nasionalisme.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun