Mohon tunggu...
Febrian ShafaHarahap
Febrian ShafaHarahap Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa semester 6 Universitas Sumatera Utara dari Program Studi Sastra Indonesia dengan Konsentrasi Sastra. Saat ini saya sedang mengikuti Pertukaran Mahasiswa Merdeka Batch 4 di Universitas Sebelas Maret.

Menulis dan membaca adalah hobi saya, saya juga suka dengan dunia permesinan. Saya berharap tulisan saya dapat bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Semiotika Peirce dalam Puisi Telah Satu Karya WS Rendra

22 November 2023   22:21 Diperbarui: 22 November 2023   22:32 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SEMIOTIKA PEIRCE DALAM PUISI "TELAH SATU" KARYA W.S. RENDRA

Febrian Shafa Harahap

Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution M.Si


Universitas Sumatera Utara

Abstrak: Puisi adalah satu bentuk karya sastra yang berisi ungkapan hati, pikiran, dan perasaan penyair yang dituangkan dengan memanfaatkan segala gaya bahasa. Puisi juga bentuk kreativitas dan imajinasi pengarang dengan rangkaian bahasa yang indah serta mengandung irama juga makna. Dalam pengertian lain, puisi adalah ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang dituangkan dengan menggunakan bahasa yang indah serta mengandung makna mendalam. Dengan demikian, puisi memiliki fungsi untuk menyampaikan isi hati pengarang kepada pembaca dengan kata-kata yang dibuat pengarang. Semiotik adalah bidang kajian yang mempelajari dan mengkaji penanda, simbol dan isyarat pada sebuah bidang kajian. 

Semiotik merupakan kajian yang mempelajari tanda-tanda pada sebuah karya sastra. Pemahaman mengenai semiotika perlu dilakukan, karena sebuah puisi pasti mengandung penanda sebagai sebuah karya sastra yang estetika. Pengkajian puisi melalui semiotika menjadi lebih menarik karena artikel ini  membahas bagaimana cara mengkaji sebuah puisi dengan melihat penandanya. Dari penanda itulah puisi dibangun menjadi sebuah karya yang otentik dan memiliki keindahan bahasa yang terkandung di dalamnya. Semiotika memiliki peran penting dalam membangun sebuah puisi agar puisi tersebut bisa memberikan gambaran dan pemahaman pada pembaca. Maka dari itulah semiotika sangat penting dipelajari dan dipahami, karena bahasa dan semiotika tidak bisa dilepaskan.

Kata Kunci: Analisis, Semiotika, Puisi.

Abstract: Poetry is a form of literary work that contains expressions of the poet's heart, thoughts and feelings expressed in all styles of language. Poetry is also a form of creativity and imagination of the author with a series of beautiful languages that contain rhythm and meaning. In another sense, poetry is an expression of the poet's thoughts and feelings expressed in beautiful language and containing deep meaning. So, poetry has the function of conveying the heart of the author to the reader with the words created by the author. Semiotics is a field of study that studies and examines markers, symbols, and signals within a field of study. 

Semiotics is a study that studies the signs of a literary work. Semiotics must be understood, because a poem certainly contains markers as an aesthetic literary work. Studying poetry through semiotics becomes more interesting as this article explains how to study poetry by examining its markers. It is from these benchmarks that poetry is constructed into an authentic work which possesses the beauty of the language it contains. Semiotics plays an important role in constructing a poem so that it can provide insight and understanding to the reader. This is why it is very important to study and understand semiotics, because language and semiotics cannot be separated.

Keywords: Analysis, Semiotics, Potry.

 

PENDAHULUAN

Puisi merupakan satu bentuk karya sastra yang berisi ungkapan hati, pikiran, dan perasaan penyair yang dituangkan dengan memanfaatkan segala gaya bahasa, kreativitas dan imajinasi pengarang dengan rangkaian bahasa yang indah serta mengandung irama juga makna. Menurut Waat-Dunton Situmorang (dalam Samosir, 2013), definisi puisi yakni ungkapan nyata melalui kata-kata indah yang muncul dari pikiran manusia.

Mengapresiasi sebuah karya sastra tidak hanya dari kita membaca dan memahami isi karya sastra tesebut, tetapi karya sastra mempengaruhi tingkat kemampuan seseorang tentang kepekaannya terhadap perasaan, penalaran serta kepekaan. Karya sastra meliputi novel, cerpen, puisi, dan karya lainnya.

Puisi adalah meluapkan adicita pemikiran yang menghidupkan perasaan yang membangkitkan khayalan panca indera dalam konfigurasi yang berirama (Pradopo, 2012). Sedangkan menurut (Waluyo, 1987) menyatakan bahwa puisi merupakan karya sastra yang memanifestasikan pikiran dan keadaan kejiwaan seorang penyajak secara imajinatif dan disusun dengan memfokuskan semua kemahiran berbahasa dengan menghubungkan struktur fisik serta batinnya. Keduanya merupakan unsur yang membangun puisi, dari unsur-unsur itulah seseorang bisa mengalami langsung bagaimana perasaan yang dibangun oleh pengarang untuk sebuah puisi. Kedua unsur tidak dapat dipisahkan, karena jika dipisahkan sebuah puisi tidak akan membentuk sebuah karya sastra yang seharusnya memiliki nilai-nilai seni yang tinggi.

METODE

Pengkajian ini menggunakan metode penelitian studi pustaka dengan teknik analisis data kualitatif deskriptif. (Nazir, 1998) berpendapat bahwa studi pustaka adalah bagian penting yang dilakukan seseorang setelah menetapkan subjek penelitian, seterusnya peneliti melakukan pengkajian pada sebuah objek penelitian yang berkenaan dengan subjek penelitian yang sebelumnya telah dirancang. Penelitian ini merujuk dari beberapa teori yang berkenaan dengan subjek penelitian. Teori-teori tersebut bersumber dari kepustakaan yang berupa buku, jurnal, skripsi, dan majalah sesuai dengan topik yang akan dikaji. Kualitatif deskriptif merupakan teknik analisis data yang menganalisis objek penelitian yang tidak bisa diukur oleh angka atau parameter lain yang bersifak eksak. Teknik ini menjabarkan dan menjelaskan hasil penelitian dengan kata-kata.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Semiotika merupakan kajian ilmu tentang produksi dan menafsirkan tanda dengan fungsinya, dan maanfaatnya terhadap kehidupan manusia (Ratna, 2013). Menurut Wiryaatmadja ( dalam Santosa, 2013) bahwa semiotika yaitu bidang keilmuan yang mempelajari kehidupan tanda dan arti yang luas di dalam, baik yang lugas (literal) maupun yang kiss (figuratif), baik memakai bahasa atau non bahasa. Dari pendapat kedua ahli, dapat disimpulkan bahwa semiotik adalah bidang keilmuan yang mengkaji tanda-tanda atau lambang-lambang pada berbagai ranah keilmuan, termasuk ranah sastra.

Semiotika dalam ranah sastra dapat berupa sebuah arti yang tersirat pada sebuah karya sastra. Pada dasarnya Puisi adalah satu bentuk karya sastra yang berisi ungkapan hati, pikiran, dan perasaan penyair yang dituangkan dengan memanfaatkan segala gaya bahasa.. Saat kita membaca sebuah puisi kita sering menemukan kata-kata yang bersifat ambiguitas, artinya kata-kata tersebut memiliki makna banyak dan penggunaan bahasa dalam puisi merupakan bahasa kiasan atau pengimajian yang perlu dipahami oleh pembaca.

Pada sebuah puisi biasanya penyair menyelipkan isyarat atau pesan yang ingin disampaikan dengan bahasa yang berbeda daripada jenis teks lainnya, dari sana muncul kajian semiotika untuk membahas secara tuntas tentang tanda-tanda, isyarat dan lambang pada sebuah karya sastra dengan tujuan kajian semiotika ini memberikan kepuasaan untuk para pegiat sastra khususnya puisi. Kajian semiotika dilakukan pada puisi WS. Rendra "Telah Satu" yang bertujuan untuk mencari kepuasan batin dan untuk mengapresiasi serta memahami gagasan yang dituangkan W.S. Rendra pada puisi tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa WS. Rendra merupakan seorang penyair dan penulis yang seluruh karyanya abadi sampai sekarang. Oleh sebab itu

menganalisis semiotika pada puisinya merupakan sebuah tantangan yang menarik, sebab W.S. Rendra merupakan orang besar dengan sejuta mahakarya yang indah.

Puisi "Telah Satu" bentuk utuhnya seperti ini:

Telah Satu

Gelisahmu adalah gelisahku. ( 1 )
Berjalanlah kita bergandengan
dalam hidup yang nyata,
dan kita cintai. ( 2 )

Lama kita saling bertatap mata
dan makin mengerti
tak lagi bisa dipisahkan. ( 3 )

Engkau adalah peniti
yang telah disematkan. ( 4 )
Aku adalah kapal
yang telah berlabuh dan ditambatkan. ( 5 )

Kita berdua adalah lava
yang tak bisa lagi diuraikan. ( 6 )

IKON INDEKS SIMBOL

1. Ikon yang terdapat pada  puisi "Telah Satu" karya W.S. Rendra
- Kata "Tak bisa lagi dipisahkan" merupakan ikon dari puisi "Telah Satu" karya W.S. Rendra. Kata "Tak bisa lagi dipisahkan" bermakna telah menjadi satu yang dimana arti tersebut adalah bagian dari judul puisinya.

2. Indeks yang terdapat pada puisi "Telah Satu" karya W.S. Rendra
- Kata "Berjalanlah kita bergandengan" "Lama kita saling menatap dan mengerti". Dua kalimat tersebut menjadi indeks puisi "Telah Satu" karena arti dari dua kalimat tersebut sama, yaitu kebersamaan dan saling mengerti.

3. Simbol yang terdapat pada puisi "Telah Satu" karya W.S. Rendra
- Pada kata "peniti" yang merupakan kata konkret yang menyimbolkan kuatnya sebuah hubungan.

-  Pada kata "lava" yang merupakan kata konkret yang menyimbolkan benda yang sudah bercampur.

PERGANTIAN MAKNA

Pada kalimat pertama kita dapat melihat kalimat "Gelisahmu adalah gelisahku" kalimat tersebut memiliki makna apa yang dirasakan orang yang ia sukai, ia harus merasakannya juga. Kalimat pertama hanya kalimat puitis yang dibuat Rendra. Kalimat kedua "Berjalanlah kita bergandengan dalam hidup yang nyata dan kita cintai" kalimat tersebut memiliki makna tentang kebersamaan dan kepercayaan yang dilalui bersama baik keadaan senang ataupun duka. kalimat tersebut telah mengalami pergantian makna, pada kata bergandengan yang merupakan kata konkret yang menyimbolkan kebersamaan.

Kalimat ketiga "Lama kita saling bertatap mata dan makin mengerti tak lagi bisa dipisahkan" kalimat ini juga hanya kalimat puitis yang dibuat oleh Rendra, kalimat tersebut memiliki makna sepasang kekasih yang meyakini bahwa cinta yang dimilikinya semakin kuat dan tidak akan terpisah untuk selamanya.

Pada kalimat keempat kita dapat membaca kalimat "Engkau adalah peniti yang telah disematkan" kalimat tersebut telah mengalami pergantian makna, kalimat tesebut memiliki makna orang yang dituju adalah orang yang sudah ditakdikan dan tidak akan terpisah. Pada kata peniti yang merupakan kata konkret yang menyimbolkan kuatnya sebuah hubungan. Pada kalimat kelima, kita dapat membaca "Aku adalah kapal yang telah berlabuh dan ditambatkan" kalimat kelima memiliki kaitan dengan kalimat keempat. Kalimat kelima hanya kalimat puitis, kalimat tersebut memiliki makna seseorang yang telah mencari dan mendapatkan tujuan hatinya.

Kalimat terakhir yaitu kalimat keenam "Kita adalah lava yang tidak bisa lagi diuraikan"  kalimat tersebut telah mengalami pergantian makna, kalimat ini memiliki makna dua orang yang sudah menjadi 1 dan tidak bisa lagi dipisahkan.  Pada kata lava yang merupakan kata konkret yang menyimbolkan benda yang sudah bercampur.

SIMPULAN

Puisi merupakan seni sastra yang hidup beberapa abad lalu. Sampai saat ini puisi mengalami perkembangan dari beberapa aspek, seperti aspek penikmat ataupun dari aspek isi. Penikmat puisi kini tumbuh subur dibeberapa tempat dan mereka membentuk komunitas sendiri. Dari komunitas itulah puisi mengalami banyak kemajuan dan banyak dinikmati oleh kaum muda.

Puisi "Telah Satu" karya W.S. Rendra memiliki pergantian makna dan banyak memiliki kata-kata puitis didalamnya,sehingga puisi tersebut sangat bagus dan banyak memiliki nilai estetika didalamnya. Dalam puisi "Telah Satu" juga ada ikon, indeks, dan simbol yang menjadi penanda. Pergantian makna yang ada dalam puisi "Telah Satu" berupa berupa simbol dan penanda pada setiap kalimat. Ranah kailmuan yang mempelajari penanda dan pertanda dinamakan semiotika. Kajian yang mempelajari penanda atau simbol-simbol masyarakat. Semiotika dalam ranah sastra merupakan penafsiran sebuah karya dan makna oleh penikmatnya melalui tanda-tanda yang ada dalam sebuah karya sastra untuk mengetahui maksud dan tujuan seorang penulis. Tanda-tanda itu, bisa berupa makna sebuah kata yang perlu ditafsirkan kedalam pemahaman sendiri ataupun tanda yang ada ditataran kebahasaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun