Mohon tunggu...
febrian Np
febrian Np Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

No Face No Name

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Maraknya Culture Casual Hooligan pada Kaum Muda karena Akses Informasi yang Tidak Terbatas

14 Juni 2024   16:56 Diperbarui: 14 Juni 2024   17:39 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Maraknya Culture Casual Hooligan pada Kaum Muda: Dampak Akses Informasi yang Tidak Terbatas

Di era di mana informasi dapat diakses dengan mudah, fenomena culture casual hooligan menjadi semakin meresap di kalangan kaum muda. Culture casual hooliganisme merujuk pada penampilan dan perilaku yang terinspirasi dari subkultur hooliganisme, namun tanpa keterlibatan langsung dalam kekerasan. 

Akses yang tidak terbatas terhadap konten online, mulai dari media sosial hingga platform streaming, memberikan kemudahan bagi kaum muda untuk terpapar dengan budaya ini. Berbagai sumber seperti video game, film, musik, dan bahkan media sosial seringkali memperkuat gambaran glamor tentang kekerasan dan kenakalan remaja.

Tidak dapat disangkal bahwa internet memainkan peran penting dalam menyebarkan fenomena ini. Konten yang menggambarkan kekerasan dan kenakalan remaja dapat dengan mudah ditemukan di platform-platform online, tanpa filter atau pengawasan yang memadai. Hal ini mempengaruhi persepsi dan perilaku kaum muda yang rentan terhadap pengaruh budaya.

Selain itu, kebutuhan akan identitas dan rasa keanggotaan dalam suatu kelompok juga menjadi pendorong maraknya culture casual hooliganisme. Kaum muda sering kali mencari cara untuk mengekspresikan diri dan merasa termasuk dalam sebuah komunitas. Dalam mencari identitas tersebut, beberapa di antara mereka menemukan daya tarik dalam subkultur hooliganisme, meskipun tanpa niat untuk terlibat dalam kekerasan.

Namun, penting untuk diingat bahwa culture casual hooliganisme bukanlah sesuatu yang patut dipuji atau ditiru. Meskipun tidak langsung terlibat dalam kekerasan, mengadopsi perilaku atau penampilan yang terinspirasi dari hooliganisme dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Selain itu, mempercayai bahwa kekerasan adalah bagian dari budaya atau identitas remaja merupakan pandangan yang berbahaya dan tidak sehat.

Pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat secara keseluruhan memiliki peran penting dalam mengatasi fenomena ini. Kampanye penyadaran, edukasi tentang dampak negatif dari kekerasan, serta pengawasan yang lebih ketat terhadap konten-konten yang merugikan di dunia maya dapat membantu mengurangi pengaruh culture casual hooliganisme pada kaum muda.

Sumber:

1. Teo, S. T. T., & Pearson, C. M. (2019). Casual violence and collective identity: The influence of moral disengagement and collective efficacy on hooligan behavior. *Journal of Business Ethics*, 159(2), 481-497.

2. Hayhurst, L. M., & Dunning, E. (2019). Football hooliganism: Policing and the war on the English disease. *Sociological Review*, 67(1), 111-128.

3. Hobbs, D. (2019). Binge drinking and hooliganism: The Americanization of British soccer. *Deviant Behavior*, 40(4), 405-416.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun