Mohon tunggu...
Febrian Maulana
Febrian Maulana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mencoba untuk bisa menulis kembali

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Fikiran yang Teramat Sempit

31 Januari 2012   22:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:13 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bunuh Diri?

Ya, itu pernah ada dipikiranku, cara cepat untuk lepas dari "masalah" yang ada dikehidupanku. Usia baru akan menginjak 24 tahun. Kadang otakku memberikan gambaran seberapa damainya ketika roh meninggalkan tubuhku sekaligus memberikan gambaran bagaimana cara aku akan mengakhiri hidupku sendiri. Satu cara yang sering muncul di kepalaku adalah bunuh diri dengan menyayat pembuluh nadi ditangan kiriku.

Pikiran untuk bunuh diri itu sudah lama ada dalam fikiranku, seingatku ketika aku duduk dibangku SMP. Mungkin semua pikiran "sempit" itu muncul gara-gara semua permasalahan yang ada di rumahku. Home Sweet Home, itu bukan moto ku, tapi Home is a beautyful jail. Penjara yang memenjaran semua pikiran dan jiwaku. Rumah yang seharusnya menjadi tempat terindah di dunia. Bagiku, rumah itu tidak lebih dari penampungan sampah yang mengeluarkan bau busuk yang menyengat. Selama dirumah, aku selalu mencari alasan untuk bisa keluar dari tempat terkutuk ini.

Aku tidak peduli apa yang difikirkan mahluk2 yang ada di dalamnya. Mahluk-mahluk yang sering aku penggil dengan sebutan Mama dan Bapak.

Aku tidak peduli apa yang sedang mereka perebutkan yang membuat mereka harus saling membenci untuk beberapa waktu.

Aku tidak peduli. Sama seperti aku tidak memperdulikan hidupku.Aku hanya ingin mati saja.

Namun, sampai detik ini aku masih ada. Masih membuat kalimat-kalimat untuk ku ceritrakan.Dan, yang membuatku bertahan hingga saat ini adalah bunuh diri bukanlah salah satu jalan terbaik dan malahan terburuk dari yang terburuk. Hidup adalah sesuatu yang indah, seperti sebuah lukisan dimana sebuah lukisan tercipta dari berbagai campuran warna-warna cat yang di gorekan di kanvas putih.

Bagiku, terlalu cepat untuk mengakhiri hidup yang sangat berharga.

terlalu sempit karena sesungguhnya ada dunia yang termat luas yg masih bisa dilihat

dan terlalu naif  bila mencoba untuk bunuh diri ada ketakutan sendiri dari hati , bila manusia terlalu takut untuk menghadapi kematian.

"hidup itu seperti mendaki sebuah gunung tinggi, mendaki ke puncak gunung adalah yg tersulit, tapi bila  kau telah mencapai puncaknya, kau akan menikmati keindahan dunia yang luas yang tak pernah kau pikirkan sebelumnya" --dialog Zack Evron dalam film 17 Again.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun