Mohon tunggu...
Febriani
Febriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Institut Pertanian Bogor

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Masalah Pertanian Bergelimpangan, Mahasiswa KKN-T IPB Lakukan Serangkaian Sosialisasi Pertanian

25 Juli 2022   10:00 Diperbarui: 25 Juli 2022   10:01 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah pertanian tidak dapat dihindari khususnya bagi daerah-daerah yang memiliki lahan pertanian luas. Desa Linggasana merupakan salah satu desa di Kabupaten Kuningan yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani serta memiliki area pertanian yang luas dan ditanami berbagai komoditas tanaman. 

Tanaman yang banyak tersedia di Desa Linggasana yaitu berupa padi, ubi jalar, singkong, pisang, sayuran dan juga terdapat tanaman perkebunan seperti kopi, cengkeh, nilam dan karet. 

Pemasalahan yang dialami oleh sebagian besar petani di Desa Linggasana yaitu serangan hama dan penyakit yang seringkali ditemui pada tanaman, seperti blast, kresek, serangan wereng dan penggerek batang. Permasalahan lainnya yaitu keberadaan pupuk yang terbatas. Petani harus membeli pupuk dengan harga yang terbilang mahal.

 “Masalah pupuk yang mahal sudah jadi masalah umum di Indonesia. Oleh karena itu pembuatan kompos ini dapat diterapkan di Desa Linggasana. Selain itu, kebutuhan ibu rumah tangga akan ketersediaan bahan pangan, seperti sayuran dan bumbu dapur dapat dipenuhi dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah. Ibu-ibu dapat mengurangi pengeluaran dengan menanam beberapa tanaman sayur di pekarangan rumahnya. ” Jelas Bu Henny, Ibu Kepala Desa Linggasana (30/6).

Dari permasalahan tersebut, maka dibuatlah program kerja berupa rangkaian sosialisasi pertanian. Rangkaian sosialisasi ini meliputi pembuatan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) dan pemanfaatan lahan pekarangan rumah yang terdiri atas pembuatan pupuk kompos skala kecil dan pemanfaatan botol air mineral bekas menjadi pot tanaman vertikultur. 

Sosialisasi pembuatan PGPR telah dilaksanakan pada hari Senin, 18 Juli 2022 dengan mengundang para petani dan karang taruna yang juga dihadiri oleh perangkat desa. Kegiatan ini berkolaborasi dengan pihak TNGC (Taman Nasional Gunung Ciremai). 

Pada kegiatan sosialisasi ini juga, para petani berkesempatan untuk menyampaikan aspirasi, masalah atau keluh kesah mereka terhadap kondisi pertanian di Desa Linggasana kepada perangkat desa dan juga pihak TNGC karena segala kegiatan pertanian di Desa Linggasana berkaitan dengan TNGC.  

Sosialisasi Pembuatan PGPR Sebagai Solusi Permasalahan Pertanian (Dokpri)
Sosialisasi Pembuatan PGPR Sebagai Solusi Permasalahan Pertanian (Dokpri)

PGPR merupakan bakteri perakaran pemicu pertumbuhan tanaman. Manfaat PGPR meliputi 3 konsep, yaitu bio-protectant, bio-stimulant dan bio-fertilizer. Bio-protectant sebagai pelindung tanaman dari hama dan penyakit, bio-stimulant sebagai pemicu pertumbuhan tanaman dengan memproduksi beberapa zat pengatur tumbuh dan bio-fertilizer sebagai pupuk hayati. 

PGPR ini juga dapat menjadi alternatif bagi para petani karena bahan-bahan yang dibutuhkan dapat dengan mudah diperoleh di lingkungan sekitar. Selain itu, PGPR ini juga dapat digunakan dalam jangkauan skala pertanian yang besar, karena untuk pemakaiannya dilakukan dengan perbandingan 1 sendok makan pupuk PGPR untuk 1 liter air.

Pembuatan PGPR secara sederhana memanfaatkan bakteri pada akar bambu. Akar bambu yang sudah diambil direndam terlebih dahulu dalam ember beserta dengan tanah yang menempel di akarnya selama 4 hari. Hal ini karena bakteri tersebut banyak tumbuh di tanah sekitar akar. 

Kemudian pembuatan media pertumbuhan bakteri dilakukan dengan merebus air, terasi, kapur sirih, dedak dan gula merah. Lalu  campurkan rendaman akar dengan media yang dibuat dan biarkan selama 5-7 hari, setelah itu PGPR siap digunakan.

Program kerja selanjutnya yaitu pemanfaatan lahan pekarangan yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 Juli 2022 dengan sasaran kegiatan yaitu ibu-ibu. Kegiatan ini dibagi menjadi dua pembahasan yaitu pembuatan kompos dan pemanfaatan botol air mineral bekas menjadi pot tanaman vertikultur untuk menghias pekarangan rumah. 

Tanaman yang dapat ditanam dalam pot dari botol bekas mineral ini dapat dimanfaatkan sebagai bumbu dapur sehingga hal ini dapat menghemat pengeluaran rumah tangga.

Pemanfaatan botol air mineral bekas dilakukan dengan pengumpulan botol mineral yang sudah tidak digunakan kemudian menggabungkannya dengan tali menjadi pot gantung bertingkat yang dapat digantung di dinding jika pekarangan yang dimiliki tidak terlalu luas.

Sosialisasi Pembuatan Kompos (Dokpri)
Sosialisasi Pembuatan Kompos (Dokpri)

Pembuatan kompos memanfaatkan limbah rumah tangga khususnya sayur-sayuran yang sudah tidak layak konsumsi. Langkah awal pembuatan kompos yaitu pengumpulan bahan. Kemudian wadah yang digunakan harus dilubangi di bagian bawahnya agar sirkulasi udara tetap terjaga ketika proses penguraian. 

Setelah itu, pembuatan molase yang berupa larutan gula pasir atau gula merah, lalu penambahan pupuk kandang dan kapur pertanian dan terakhir seluruh bahan dicampurkan. Pengecekan dilakukan setiap hari dengan membuka tutup wadah kompos kemudian diaduk. 

Waktu pengomposan kurang lebih 1 bulan, bisa lebih dari 1 bulan jika bahan yang digunakan merupakan bahan yang sulit diurai seperti daun jati, daun pandan dan lainnya. 

Kompos yang sudah matang dapat dimanfaatkan oleh ibu rumah tangga sebagai campuran tanah yang akan digunakan untuk menanam tanaman hortikultura, seperti sayuran dan tanaman yang  digunakan sebagai bumbu dapur.

Kemudian kegiatan ditutup dengan pembagian benih yang dibekali IPB untuk digunakan mahasiswa KKN dalam program kerja yang dilaksanakan di lokasi KKN. Harapannya benih tanaman tersebut dapat ditanam di pekarangan dan dimanfaatkan hasilnya dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun