Mohon tunggu...
FEBRIAN GUSMAN
FEBRIAN GUSMAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Orang biasa biasa saja

Mahasiswa dan pekerja dadakan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Memberontak Melawan Dirinya Sendiri

29 Oktober 2021   19:52 Diperbarui: 29 Oktober 2021   22:25 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir seluruh pandangan dan pemikirannya di dapat dari luar didikan kedua orang tuanya. Pemuda yang penuh ambisi, rangakain rencana tapi sedikit aksi. Pemuda yang memiliki kulit berwana coklat berpostur kurus dan kerap dipadang sebelah mata. Semua hal yang ia lalui, ia biarkan mengalir begitu saja. 

Ya memang sekali-kali ia menunjukan hadirnya ketika persoalan yang menyangkut prinsip dalam hidupnya. Bukan pengakuan yang ia inginkan dan juga bukan imbalan yang ia harapkan. Kebebasan dalam menyampaikan di iringi kata maaf jika teralalu jujur.

Baginya  ada beberapa hal yang sangat sulit ia mengerti.  Dipaksa untuk menerima pandangan yang datang kemudian dipaksa untuk nurut terhadap hal itu. Lalu bergejolak dalam diam pada dirinya, rasa ingin menyampaikan tapi tidak sempat menyampaikan karena posisinya dianggap sebelah mata. Ia, sempat merasa ingin merubah dirinya, personalnya, dan caranya menerima pandangan dari luar kepalanya. 

Tapi ia sadar, ada hal yang mutlak dan sudah mendarah daging bagi dirinya yang sulit ia rubah. Mungkin bisa di samarkan tapi ia rasa tidak bisa dihilangkan darinya.  Sebagaian kecil dari besarnya sesuatu hal mengenai dunia yang bersifat fana ini mungkin sudah ia ketahui secara dangkal, hatinya berbicara kepada pemikirannya "ingin rasanya tau secara mendalam tapi waktu mungkin jadi pembatasnya, karena waktu adalah hal yang tidak ia ketahui kapan akan berhenti".

Dirinya hadir dikarnakan kehendak, dirinya tumbuh karena dukungan, dirinya melangkah karena dirinya sendiri. Baginya fase peberontakan dalam dirinya memang sudah waktunya untuk terjadi. Tujuan mungkin bisa tercapai tapi perubahan bisa menjadi pengahalang baginya. Yang terpenting baginya lawan jika bisa melawan, terima jika sekiranya patut untuk diterima, percaya dirinya bisa berbuat lebih dan ingat siapa dirinya itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun