Mohon tunggu...
Febrian Damian
Febrian Damian Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Studi Komunikasi, Jurnalistik, Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Basis Moral dan Kelatahan Kepala Daerah, Soal Korupsi

21 Februari 2018   20:52 Diperbarui: 21 Februari 2018   21:08 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah korupsi, memang sesuatu hal yang problematis di negara ini. Stempel dosa yang sulit dihindarkan dalam politik kita yang demokratis ini. Masing-masing orang ingin menjadi pemenang, dengan menabrak etika dan moral yang merupakan esensi dari keluhuran dalam demokrasi. Keadaban politik sudah pudar, uang menjadi senjata dalam proses pemenangan. Tidak salah politik itu, butuh biaya tetapi ketika itu menjadi hal yang paling mendasar maka kesuciaan politik akan menjadi pisau yang bisa jadi Kepala Daerah atau DPR menjadi korup.

Berbicara standar moralitas berbicara tentang sistem perilaku dalam hal standar perilaku yang benar atau salah. Kata membawa konsep-konsep: (1) standar moral, berkenaan dengan perilaku; (2) tanggung jawab moral, merujuk kepada hati nurani kita; dan (3) identitas moral, atau salah satu yang mampu tindakan benar atau salah. Sinonim umum termasuk etika, prinsip, kebajikan dan kebaikan. Moralitas telah menjadi masalah yang rumit di dunia multi-budaya kita hidup di hari ini

Mulai persoalan regulasi sampai dengan mental pejabat publik kita yang tamak dan rakus, meyebabkan moralitas ditiadakan dalam kehdupan berpolitik. Melihat fenomena ini, Psikolog menyimpulkan: "prediktor paling penting dari perilaku moral seseorang mungkin prilakunya.

Tanpa keyakinan dalam pencipta, satu-satunya pilihan yang tampaknya ditinggalkan adalah untuk mematuhi standar moral untuk mengayomi masyarakat seluruhnya. Kecuali kita hidup dalam suatu masyarakat yang diktator, bebas untuk memilih kode moral pribadi kita sendiri. Pandangan dari banyak orang yang tidak mematuhi penciptaan  bahwa moralitas adalah ciptaan manusia, dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang stabil. 

Semua jenis kehidupan yang dalam proses memutuskan antara hidup dan mati, memilih apa yang harus dilakukan dengan kekuatan dan/atau otoritas. Hal ini akhirnya menyebabkan sistem kebajikan dan nilai-nilai. Pertanyaannya adalah: apa yang terjadi ketika pilihan kita konflik dengan satu sama lain? Jika kita tidak memiliki standar kebenaran mutlak, kekacauan dan konflik akan menghasilkan seperti perangkat yang merong rong peratuaan dan harmonis dalam kehidupan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun