Mohon tunggu...
Febrian Damian
Febrian Damian Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Studi Komunikasi, Jurnalistik, Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hantu-hantu Menjelang Pilkada

10 Februari 2018   20:48 Diperbarui: 10 Februari 2018   21:36 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tanpa memikir panjang aku menghampirinya, dan berkata, wahai nona apa yang mereka perbuat padamu, mengapa raut wajahmu begitu sedih dan kusut begitu?. Dia menjawab, aku tidak bisa menahan diri dalam lingkaran hantu, aku mau keluar dari ruangan ini. Aku pun membawanya keluar ruangan, tetapi aku masih bingung, mau dibawa ke mana, yah paling kurang, aku membawanya jauh dari kebisingan acara pesta itu, gumamku.

Tanpa mengatakan apapun, dia memegang erat tanganku. Aku pun mengiakan saja. Dijamin laki-laki pasti tersungkur dihadapannya karena senyumnya yang menggoda, bak bidadari dari langit ke tujuh.

Sampailah kami di suatu tempat, sejuk, indah, menawan hati di suatu taman. Aku pun menatapnya, saya belum mengenal namamu, siapakah namamu? Senyum manisnya betul-betul menyayatkan hati," namaku Nona Nusa". Aku pun berkata, inikah tempat yang kau maksud itu? Luar biasa, aku mendengar kicauan burung yang indah, tanaman hijau dipenuhi bunga-bunga beraneka warna, mata air yang keluar dari tanah dan pohon-pohon itu.

"Disinilah tempatku, aku tenang ada di sini, taman ini adalah aku", gumamnya. "Aku melihat orang-orang dalam pesta itu, tidak mendengarku, mereka masing-masing penuh keangkuhan mempertahankan pendapatnya dan ingin menggadaikan keperawananku".

Aku adalah burung-burung berkicau itu, bunga-bunga yang beraneka ragam itu, mata air yang muncul dari tanah dan pohon itu, lanjutnya.

"Aku ingin mengirimkan surat untukmu, utama yang berpesta itu".

Tak lama kemudian yang mengeluar selembar kertas dan alat tulis, sambil menulisnya (3 menit lamanya). Aku pun berkata dalam hati, apa yang ditulisnya. Tak lama kemudian, dia menghampiri sambil membawa selembar kertas dan berkata, lihat, baca, dan selami dengan seluruh panca indramu. Aku melihat dan membaca, sebuah gambar lingkaran hitam raksasa dan bertuliskan, "HANTU-HANTU POLITIK". Aku semakin bingung, apa maksud tulisan dan gambar ini Nona Nusa?. Dia pun berkata, wahai anak muda, apakah kamu tidak memahami apa yang aku lakukan ini dan bercumbu bersama di taman ini? Gunakan seluruh panca indramu, dan sampaikan salamku, bagi yang berpesta itu.

Aku membuka mata, badanku dingin seketika, apa yang terjadi, apakah ini hanya mimpi?

Saya yakin ini bukan sekedar mimpi, aku mendapatkan pesan yang berharga dari Nona Nusa, gadis jelita itu. Aku harus sampaikan isi hatinya bagi yang berpesta itu, terutama para undangan yang hadir dalam acara pesta itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun