Mohon tunggu...
Kelompok 20 KKN UNIPMA
Kelompok 20 KKN UNIPMA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

KKN-T 2023 Universitas PGRI Madiun Kelompok 20 di Desa Pupus, Kec. Lembeyan, Kab. Magetan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Legenda Sang Putri Kalangbangi (Sejarah Desa Pupus)

31 Januari 2023   20:44 Diperbarui: 4 Februari 2023   14:39 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dimasa Kerajaan Kanjuruhan yang terkenal di Malang. Datanglah Eyang Dyah Ayu Paraweswari (Eyang Wali Suryo) beserta para abdinya ke hutan belantara yang jauh dari wilayah kerajaan dengan tujuan untuk menjalani ritual mendekatkan diri kepada sang pencipta dan alam dari keramaian dunia hingga sampailah ke daerah yang berlembah dan berawa-rawa (Jomblang) yang sunyi dan sangat nyaman. Ditempai inilah Eyang membuka hutan untuk bertempat tinggal dan mendekatkan diri dengan sang pencipta, yang lama-kelamaan dibukalah lahan untuk bercocok tanam, wilayah ini disebut Jomblang.

Adapun peninggalan Eyang Wali Suryo adalah:

1. Tombak Segoro Anglayang

2. Kris Nogo Mas

3. Cinde dan Udeng

Ketiga peninggalan sejarah diatas masih terawat dengan baik dirumah Kepala Desa Pupus yakni Bapak Tumiran dan petilasan Eyang Wali Suryo di dukuh Jomblang. Eyang Wali Suryo dijadikan sebagai sesepuh dukuhan sampai beliau wafat.

Beberapa tahun kemudian, datanglah wanita pelarian untuk mencari tempat persembunyiaan dan menetap tinggal. Wanita pelarian bernama Dwi Sukowati bersama emban Kinasih bernama Emban Sayekti bersama anaknya yang bernama Dewi Lambang Sari. Dewi Sukowato adalah selir dari Mapanji Grasakan, keberadaan Dewi Sukowati di Istana Kahuripan tidak diharapkan oleh istri atau permaisuri yang sah dari Mapanji Grasakan maka Dewi Sukowati keluar istana dan mencati tempat pemukiman baru di wilayah Kerajaan Kahuripan paling barat sampai di wilayah Kalangbangi. Disirulah Dewi Sukowati memulai kehidupan yang baru bersama Emban Sayekti dan Dewi Lambang Sari. Walaupun tinggal didaerah pedalaman namun kecantikan Dewi Sukowati tetap nampak cantik, sehingga hari ke hari kabar kecantikan Dewi Sukowati terdengar sampai kemana-mana. banyak orang tidak mengetahui asal muasal Dewi Sukowati, masyarakat menganggap penjelmaan putri dari kayangan yang muncul dari Kalangbangi atau indentik disebut Putri Kalangbangi.

Karena kecantikan Dewi Sukowati jadi perbincangkan masyarakat, akhirnya terdengar sampai ketelinga Joko Selung yaitu putra dari penggede atau Demang Ndrigo yaitu Ki Kromo Sudiro. Joko Selung memang terkenal tampan dan sakti karena beliau berguru pada Ki Harjo Kusumo yang berasal dari Ngepeh Waru. Berbekal keyakinan dan rasa penasaran Joko Selung berusaha menemui Putri Kalangbangi dan setelah sampai di Kalangbangi, alangkah terkejutnya Joko Selung saat menemui Putri Kalangbangi yang memang benar seorang putri cantik laksana jelmaan dewi kayangan. Tertegun hati Joko Selung melihat Putri Kalangbangi dan disitu pula Joko Selung mengutarakan isi hatinya untuk memperistri Putri Kalangbangi. tetapi, Putri Kalangbangi belum bisa memberi jawaban karena masih ada ganjalan dihati Putri Kalangbangi. Akhirnya, Joko Selung pulang dengan rasa kecewa. Sesampainya dirumah Joko Selung dinasehati oleh Ki Kromo Sudiro untuk mengurungkan niatnya, karena masih banyak wanita yang cantik.

Joko Selung telah jatuh hati kepada Putri Kalangbangi maka nasehat ayahnya tidak dihiraukan akhirnya, Joko Selung meminta nasehat gurunya dan disarankan jangan pantang menyerah untuk memperistri Putri Kalangbangi. Dengan nasehat dari gurunya, Joko Selung menemui lagi Putri Kalangbangi, namun Putri Kalangbangi belum memberi jawaban dan akhirnya Putri Kalangbangi meminta waktu dalam jangka sepekan hari. Joko Selung pulang dengan harapan besar pinangannya bisaditerima Putri Kalangbangi. tetapi disisi lain, Putri Kalangbangi merasa gelisah atas pinangan Joko Selung karena Putri Kalangbangi adalah selir raja Kerajaan Kahuripan yang telah lama dirahasikan.

Putri Kalangbangi pun meminta nasehat Emban Sayekti, hingga ditanya apakah Putri Kalangabangi masih mencintai sang suami, Putri Kalangbangi menjawab masih mencintai dan tak ingin bersumai lagi. Pada akhirnya, Putri Kalangbangi dan Emban Sayekti mencari cara untuk menolak pinangan Joko Selung secara halus. Diputuskannya Putri Kalangbangi menerima pinangan Joko Selung dengan syarat yaitu, Joko Selung harus mampu mendatangkan air dari dukuh Tapen melalui lorong dalam semalam ke Kalangbangi, apabila dalam semalam tidak bisa maka pinangan Joko Selung gagal.

Sepekan telah berlalu, Joko Selung tidak sabar dalam menunggu kepastian. disertai ki hajar kusumo sesampainya ditempat Putri Kalangbangi Joko Selung mendapat penjelasan dan kepastian bahwa Putri Kalangbangi bersedia dijadikan istri Joko Selung dengan syarat harus mampu mendatangkan air dari dukuh tapen melalui lorong sebagai saluran air ke dukuh Kalangbangi dalam waktu semalam. Atas saran dari gurunya, Joko Selung menerima persyaratan Putri Kalangbangi sebagai bukti bahwa ia benar-benar mencintai Putri Kalangbangi.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri

Pada waktu malam yang telah disepakati, Joko Selung mulai membuat saluran air dengan kesaktiannya menggunakan pusaka cis yaitu pusaka yang berbentuk seperti tongkat untuk membuat lubang pada tanah. Putri Kalangbangi mulai was-was, dengan kesaktian Joko Selung. Pembuatan lorong Joko Selung semakin lama semakin dalam, Joko Selung membuat lubang keatas untuk mengetahui sejauh mana ia menggali lorong tersebut dan lubang itu diberi nama jebulan kaping pisan. Lalu Joko Selung melanjutkan lagi semakin kedalam pada jarak 700m Joko Selung membuat lubang keatas untuk melihat seberapa jauh lorong yang ia buat, maka lubang kedua diberi nama jebulan kaping pindo atau segoro anakan. Mengetahui Joko Selung membuat lorong sudah hampir selesai, membuat Putri Kalangbangi risau. Akhirnya Putri Kalangbangi mencari cara untuk mengagalkan usaha Joko Selung. Emban Sayekti membangunkan para gadis desa untuk menumbuk padi dan membunyikan lesung hingga membuat ayam jantan berkokok agar nampak malam berganti dengan pagi. Serta kaum laki-laki membakar kayu kering agar malam yang gelap nampak teran. Sedangkan Putri Kalangbangi membeberkan selendang atau cinde dengan kesaktiannya di puja menjadi sorot matahari yang mulai terbit. Joko Selung terus membuat lorong sakuran air bahkan telah membuat jebulan kaping telu. Namun lama kelamaan Joko Selung mendengar suara ayam berkokok hingga membuatnya tak percaya hari mulai pagi.akhirnya, Joko Selung menyudahi pembuatan lorong dan melihat keadaan yang sebenarnya. Betapa terkejutnya Joko Selung mengetahui suasa pagi hanya akal-akalan Putri Kalangbangi.

Dokpri
Dokpri

Dengan hati marah dan rasa tertipu, Joko Selung mengutuk anak turun dari gadis-gadis Putri Kalangbangi yang mengecewakannya kelak akan laku dilamar atau dipinang orang kalau sudah keluar jambul ubannya, karena sangat kecewa Joko Selung memotong alat kelaminnya sendiri dan dibuang ditengah sawah, seketika berubah menjadi sebuah batu (supelen) Joko Selung melanjutkan perjalannya sambil memotong godeknya dan dibuang ditengah sawah seketika potongan tersebut menjadi batu dan dikenal dengan nama watu segodek.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri

Selanjutnya Joko Selung berjalan kearah barat dan duduk disebuah batu sambil lingak-linguk (linglung) atau dikenal dengan nama batu selenguk. Lalu, Joko Selung menendang batu hingga batu tersebut terbelah atau bengkah jadi 2  (watu sebengkah). Akhirnya, timbu rasa untuk mengakhiri hidupnya dengan membedan perutnya dada dikelusrkan isi perutnya atau waduk lalu dibuang seketika berubah menjadi batu besar bernama watu sewaduk. Sesampainya ditepi sungai Joko Selung memotong bolnya atau anus dan membuangnya kedalam sungai atau kedung, dikenal dengan kedung bol. Oleh warga tempat metik atau memanggil orang dalam keadaan sekarat lama kelamaan orang menyebut tempat tersebut menjadi patik dari tempat lenyapnya Joko Selung tumbuhlah pohon aren yang sangat tinggi yang pucuk daunnya atau pupus bisa dilihat dari mana saja dan saat itulah gabungan dukuhan kecil itu dikenal menjadi dukuhan Pupus.

Koordinator Program : Aldita Lito Jawa Kelen

Anggota : 

1. Ajeng Monicha Rizqi

2. Sinta Yuni Nur Rahmah

3. Reni Padmawati Bintari

DPL : Dian Citaningtyas Ari Kadi, S.E., M.M.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun