Mohon tunggu...
Febriana Gunawan
Febriana Gunawan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hobi olahraga, belajar hal baru, travelling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Anak Zaman Sekarang pada FOMO, Apa Dampaknya?

8 November 2024   07:25 Diperbarui: 8 November 2024   07:32 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  

  Setelah kita mengisi hari kita dengan bekerja, menugas, atau olahraga. Pasti akan ada momen tersendiri untuk kita mengscroll platform media sosial kita. Pada halaman utama platform kita biasa akan muncul update dari orang-orang yang kita ikuti. Ada mereka yang sedang liburan, mencoba makanan di restoran berbintang, memasak suatu hidangan, membagikan buku yang sedang dibaca belakangan, dan masih banyak lagi.

    Semakin kita menelusuri semua unggahan tersebut ,mulai timbul perasaan takut. "Apakah kita ketinggalan sesuatu terbaru?" "Kok kayaknya sudah banyak orang yang mencoba, apa saya saja yang belum mencobanya?". Kegelisahan mulai menghantui , emosi yang sulit dijelaskan mulai menghampiri, perasaan seperti dikucilkan ,mengganggap diri sendiri kurang update (dikenal dengan istilah "kudet"). 

    Fenomena ini sering dikenal dengan istilah FoMO atau kepanjangan dalam bahasa inggris yaitu Fear of Missing Out. Dikutip dalam jurnal dari Universitas Semarang terkait definisi FoMO , menurut  Przybylski (2013 : 1481) fear of missing out(FoMO) adalah suatu kondisi di mana seseorang merasa gelisah setelah melihat atau mengecek media sosial dan menyaksikan aktivitas yang menyenangkan yang dilakukan oleh teman atau orang lain di luar sana, serta keinginan yang besar untuk tetap terhubung dengan apa yang dilakukan orang lain di internet. Perasaan tak nyaman yang dibawa dari sikap FoMO ini ,membuat diri kita menyendiri menghabiskan waktu yang lama di platform media sosial untuk mencari perasaan bergabung. FoMO ini akan menjebak diri kita untuk fokus pada apa yang terjadi di luar sana dan menelantarkan hal-hal yang terjadi di depan mata.

Dilansir dari Channel YouTube "GreatMind" yang memaparkan tentang FOMO . FoMO memiliki dua cara pandang yaitu romantik dan klasik. Bagi orang romantik  perasaan tertinggal itu sangatlah menyakitkan. Mereka memiliki kepercayaan bahwa di luar sana ada orang yang hidup dengan  kemewahan, berkelas , dan menawan . Orang yang berpandangan secara romantik ini akan cenderung menghindari orang yang hidupnya sederhana atau melabelkan orang tersebut "orang tak bermambisi atau membosankan". Mereka akan merasa berbahagia bila ikut merasakan 'berjalan di sepatu tersebut' .Orang tipe ini lebih rentan terkena FoMO. Sedangkan bagi mereka yang berpandangan secara klasik, menggangap kualitas baik bisa saja timbul dari kesederhanaan tanpa adanya validasi. Bagi orang klasik , tidak semua kemewahan yang tampak di luar sana membawa kebahagiaan seperti yang mereka perlihatkan di media. Banyak dari mereka yang menyimpan rasa kesepian, monoton, putus asa.

download-672d53ac34777c26da69e783.jpeg
download-672d53ac34777c26da69e783.jpeg
                                                                       Sumber: CNN Indonesia

Orang klasik juga bisa terkenal FoMO , namun berbeda jenisnya . Tipe FoMO yang orang klasik alami cenderung ke hal positif seperti FoMO untuk mendaur ulang sesuatu menjadi barang yang lebih berguna, FoMO untuk menghabiskan waktu lebih banyak bersama orang tersayang, dan mengenal diri lebih dalam. Mereka takut melewatkan kesempatan untuk menelusuri lebih dalam tentang hal-hal nyata yang terjadi disekelilingnya.

Penyebab FoMO?

Di era digital yang berkembang seperti sekarang, sumber berita maupun informasi yaitu Smartphone. Dalam satu sumber ini saja kita bisa mengetahui begitu banyak hal , bahkan hal yang tidak seperlunya kita untuk tahu. Menurut para ahli FoMO ini terjadi pada orang yang merasa terisolasi , sendirian, kurang percaya diri atau Insecure. Mereka akan hanya larut pada setiap unggahan terbaru dari teman,keluarga, artis yang mereka ikuti. Orang yang FoMO tidak akan merasa puas terhadap dirinya sendiri.

Cara Mengatasinya?

 1. Kurangi kontak di media sosial secara signifikan

Sumber: McCaskill Family Services
Sumber: McCaskill Family Services

    Kita bisa membatasi durasi penggunaan aplikasi media sosial , misalkan minggu ini kalian membatasi hanya boleh 12 jam . Minggu berikutnya kurangi lagi durasi pemakaiannya. Begitu kalian merasakan manfaat, silahkan lanjutkan dan jadikan ini menjadi kebiasaan yang baik.

2. Ubah titik fokus kehidupan anda

Sumber: Linkedln
Sumber: Linkedln

    Kita harus lebih realistis pada apa yang ada di sekitar kita , dan jalani apa yang sekarang bisa anda kerjakan. Artinya, kita harus mencoba lebih sadar atau Aware atas kondisi sekarang.

3. Self-Compassion

Sumber: Pribadi
Sumber: Pribadi

    Tumbuhkan koneksi lebih dalam dengan diri kita. Ketika kita lebih fokus pada potensi diri kita secara tidak langsung kita akan lebih bersyukur dan terhindar dari FoMO.

4. Interaksi Sosial

Sumber: Pribadi
Sumber: Pribadi

    Menaikan intesitas aktifikas di luar media sosial  dengan melakukan pertemuan bersama orang terdekat kita, membuat projek pengembangan diri, atau yang paling mudah Hobi.

    Dengan begitu kita akan terhindar dari FoMO dalam kehidupan kita. Pikiran yang tak bermanfaat pun akan hempas secara perlahan. Semoga Artikel ini dapat membantu teman-teman. Gan En

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun