Setiap daerah di Indonesia biasanya memiliki budaya atau tradisi tersendiri, tak terkecuali di kecamatan Kaliwungu.
Di kecamatan Kaliwungu ada tradisi yang bernama Weh-Wehan atau ketuwin. Tradisi ini diadakan setiap tahun pada momen peringatan hari Maulid Nabi Muhammad SAW. Biasanya tradisi Weh-Wehan ini dimuali Ba'da Maghrib sampai adzan Isya' berkumandang. Namun ada juga dusun yang sudah memulai tradisi Weh-Wehan sejak sore hari.
Sesuai dengan namanya, tradisi Weh-Wehan memiliki makna "saling memberi", jadi dalam tradisi ini para warga akan saling memberi jajanan satu sama lain, mirip seperti barter. Sebelum memulai Weh-Wehan, biasanya masyarakat menyiapkan berbagai macam jajanan terlebih dahulu di depan rumah masing-masing. Jajanan tersebut nantinya akan ditukarkan dengan jajanan yang dibawah oleh tetangga yang datang untuk Weh-Wehan.
Saat tradisi Weh-Wehan berlangsung, Â jalanan kampung akan dipenuhi oleh anak-anak yang berlalu lalang untuk menukarkan jajan yang mereka bawa untuk ditukarkan dengan jajanan teman atau tetangga mereka. Maklum saja, biasanya memang anak-anak lah yang berkeliling kampung untuk Weh-Wehan, orang tua biasanya hanya di rumah untuk melayani tamu yang datang atau ikut menemani anaknya yang masih kecil untuk ikut Weh-Wehan.
Dalam tradisi Weh-Wehan ada makanan khas yang selalu ada, yaitu ketupat Sumpil. Ketupat Sumpil terbuat dari bahan dasar beras yang dibungkus daun bambu dan dibentuk menyerupai segitiga.
Menurut masyarakat, bentuk segitiga pada Sumpil ini memiliki arti tersendiri, yaitu hubungan manusia dengan Tuhannya (HablumiminAllah), hubungan manusia dengan sesama manusia (Habluminannaas), Â dan hubungan manusia dengan alam (Habluminalalam).
Lihat Sosbud Selengkapnya