Pengelolaan pengunjung menjadi salah satu faktor penting yang harus kita perhatikan pada unsur dasar kepariwisataan, untuk menghasilkan sistem pariwisata yang baik dan terukur. Dengan adanya pengelolaan pengunjung kita dapat memperhatikan sektor mana saja yang menjadi kelebihan maupun kekurangan dari pariwisata yang kita kelola, kematangan perhitungan dari suatu tempat pariwisata menjadi salah satu perhitungan untuk penilaian wisatawan yang akan datang berkunjung, pada dasarnya pengunjung akan melihat bagaimana mereka akan di suguhkan oleh pelayanan dan fasilitas yang memadai, dan akan menjadi nilai plus jika aksesibilitas dan fasilitas yang di berikan lengkap dan mudah untuk di jangkau.
Namun masih ada di beberapa kawasan wisata yang masih hanya mementingkan pemasukan namun tidak memperhatikan dari sistem pengelolaan pengunjungnya, alhasil pengelolaan terlihat asal-asalan dan menjadi kewalahan dikala high season dan tidak sesuai ekspektasi di kala low season.
Saya Sebagai Mahasiswa di bagian salah satu sektor pariwisata di salah satu Universitas di Jawabarat telah melakukan beberapa penelitian dan survei terhadap beberapa tempat wisata yang ada di daerah Sumedang, saya melakukan penelitian ini dimulai dari tahun 2022 hingga saat ini. Sumedang sendiri memiliki keinginan manjadi salah satu Kabupaten Pariwisata di Indonesia saat ini pemerintah Kab.Sumedang sangat mengandalkan sektor Pariwisata dan mahasiswa Pariwisata untuk mengkaji daerahnya, Namun ada beberapa kesulitan dan tidak adanya perubahan setelah sekian lama kami melakukan penelitian, hal ini berdampak pada hasil yang kurang signifikan dan malah menimbulkan kemerosotan terhadap pendapatan daerah wisata itu sendiri, Perlu kerja keras untuk membangun kembali sektor pariwisata di Daerah Sumedang pasca bencana Covid-19 yang pernah melanda Indonesia, banyak tempat wisata yang tutup karna tidak memperhitungkan pengelolaan pengunjung yang menjadi malapetaka di tutupnya beberapa tempat wisata yang ada.
Saya pernah mewawancarai beberapa kepala pengelola destinasi wisata bahkan dengan kepala desa wisata di daerah Sumedang, dari kesimpulan yang di dapat dari tahun ke tahun hal yang menjadi kendala adalah hal yang hampir serupa dimana masih kurangnya perhatian dari pemerintah pusat untuk perkembangan dari daerah wisata tersebut, kurangnya dana dan Sumber daya manusia yang profesional dan paham akan ranah pariwisata menjadi faktor utama sulitnya melakukan pengelolaan pengunjung didaerah wisata tersebut.
Sumedang sendiri sebetulnya adalah suatu Kabupaten yang memiliki ciri khas tersendiri sebagai kekuatan untuk pemasaran dan pengelolaan pariwisatanya. Seperti yang kita tahu bahwa ciri khas menjadi salah satu komponen kuat utama dalam dunia pariwisata karna dapat menghasilkan atraksi yang dapat di tampilkan dan menjadi suatu keuntungan jika di tampilkan, namun tidak hanya atraksi dan ciri khas saja yang perlu di perhatikan ada beberapa faktor lain seperti tempat, fasilitas, aksesibilitas, pelayanan, dan sistem pengelolaan pengunjung yang harus menjadi perhatian utama pemerintah setempat.
Ada beberapa tempat yang sudah saya datangi dan saya survei untuk mendapatkan hasil wawancara terhadap kendala dan harapan tempat wisata tersebut untuk bisa lebih berkembang. Tempat yang sayang kunjungi di antaranya adalah Desa Wisata Paku Alam, Desa Wisata Congeang wetan, destinasi mata air Cikandung, Destinasi wisata gunung kunci. Beberapa tempat yang saya sebutkan akan menjadi studi kasus pembahasan kita kali ini, Tempat yang saya kunjungi sudah pernah menjadi tempat terpopuler dan masih menjadi tempat yang menjadi pilihan utama bagi para wisatawan yang akan berkunjung ke sumedang. Berikut akan saya lampirkan hasil studi kasus saya di beberapa tempat tersebut.
1. Desa Paku Alam
Desa Paku Alam adalah desa yang memiliki keunikan tersendiri dan bahkan pernah ramai di media sosial pada masanya namun tidak untuk waktu yang lama di Karenakan kurangnya sistem pengelolaan pengunjung dalam waktu yang panjang, pengelola hanya memikirkan dari segi waktu yang singkat saat tempat tersebut ramai di kunjungi oleh wisatawan dan tidak memikirkan efek kedepannya akan seperti apa . Hal ini juga di akui oleh warga sekitar dan juga kepala desa yang kami wawancarai itu sendiri, akibat tidak adanya sistem pengelolaan pengunjung yang baik maka penyaluran dana masuk dan keluar pun tidak jelas pengadaannya, hal ini terlihat dari ciri khas Desa tersebut yang memiliki julukan Desa buricak-burinong yang kian menghilang dan tidak di pertahankan Identitasnya oleh pemerintah setempat dan oleh masyarakatnya itu sendiri. Desa buricak-burinong memiliki arti desa yang penuh warna, dikarenakan genting rumah warga yang di berikan berbagai macam warna terang dan juga jalanan yang di penuhi oleh payung berwarna warni di sepanjang jalan desa tersebut.Â
Kami sempat memiliki ekspektasi yang tinggi ketika mendengar julukan nama desa tersebut yang terdengar menarik namun setelah kami sampai realita berkata lain desa tersebut terlihat seperti desa biasa dan tidak ada segi spesialnya di bandingkan dengan desa yang bukan desa wisata lainnya. Tentu hal ini membuat kami penasaran dengan apa yang telah terjadi sehingga desa ini meninggalkan sisi identitasnya yang memiliki karakteristik tersendiri, kami melakukan wawancara terhadap beberapa warga setempat dan juga pemerintah Desa Paku Alam itu sendiri. Dari kesimpulan wawancara terhadap warga mereka sangat menyayangkan apa yabg terjadi dengan desa yang mereka cintai tersebut, mereka sendiri kebingungan bagaimana cara pengelolaan yang terjadi sehingga desa mereka mengalami keterpurukan terhadap kunjungan wisatawan, dari pengakuan para warga saat ramai dahulu mereka sampai kewalahan untuk melayani para wisatawan karna beberapa warga disini memiliki warung makan kuliner ciri khas desa tersebut yang dinamakan nasi liwet paku alam dan ketan susunya yang menjadi primadona di kala itu,Â
namun kini penerjunan angka kedatangan pengunjung yang terjadi sangatlah kritis dikarenakan hampir di setiap tempat yang kami singgahi terlihat kosong dan pernyataan itu semakin kuat dengan beberapa keluhan warga yang berharap desanya bisa kembali ramai seperti dahulu kala. Kami pun kurang puas jika hanya dengan mengambil suara dari masyarakat saja, mai pun singgah di kantor Desa Paku Alam untuk berbincang dengan kepala desa disana, Kami di sambut baik saat kami mengunjungi kantor desa untuk menanyakan bagaimana pengelolaan pengunjung yang dilakukan hingga terjadi hal seperti ini, jawaban kepala desa bagi kami kurang memuaskan dikarenakan hal ini sudah terjadi sebelum dirinya dilantik namun dari beberapa hal yang kami tangkap hal ini terjadi di karenakan kagetnya pengelola terhadap bencana Covid-19 yang terjadi saat itu mereka tidak mempersiapkan hal yang harus dilakukan ketika terjadi bencana seperti itu. Hal ini menunjukkan kurang matangnya perhitungan dari pengelola terhadap hal berkepanjangan yang berdampak buruk menyeluruh tidak terkecuali, Kurangnya pengelolaan pengunjung yang baik pun menjadikan pendanaan yang masuk untuk desa tidak seperti biasanya yang menjadi alasan kenapa mereka meninggalkan ciri khas mereka yang memerlukan biaya perawatan yang cukup banyak tersebut.Â
Namun saat ini mereka sedang mengupayakan menarik investor swasta untuk membantu pengelolaan pengunjung di desa mereka, karna mereka pun berharap pihak swasta dapat membalikan keadaan agar bisa kembali seperti semula. Banyak pembangunan destinasi baru di sekitar desa yang akan menjadi daya tarik utama desa tersebut kedepannya, dan mereka berharap ketika mereka dapat kembali menarik perhatian pengunjung maka mereka akan memperbaiki akses jalan yang kurang terlihat dan cukup berbahaya di kala saat musim penghujan tiba, dapat disimpulkan dari kasus di desa ini bahwa kurangnya pengelolaan terhadap pengunjung yang baik dan kurangnya perhatian dari pemerintah pusat menjadi faktor utama sulitnya menaikan citra dari desa wisata Paku Alam itu sendiri.
2.Desa Congeang WetanÂ
Desa Congeang Wetan merupakan salah satu desa wisata unggulan di daerah Kabupaten Sumedang, desa ini memiliki beberapa destinasi wisata yang menarik juga beberapa jenis UMKM yang melimpah. Namun ada beberapa kendala yang di alami oleh desa wisata ini setelah terjadinya gempuran pandemi covid, banyak destinasi wisata yang ada mengalami penurunan tingkat pengunjung yang menyebabkan beberapa destinasi mengalami penutupan karna kekurangan dana dan buruknya sistem pengelolaan pengunjung yang ada menyebabkan destinasi wisata yang ada di desa ini mengalami kesulitan untuk bangkit. Ada salah satu destinasi mata air yang mengalami tutup total karena tidak bisa mengelola pengunjung yang datang, namun masih banyak lagi destinasi wisata yang ada di desa ini, ada salah satu destinasi mata air yang bertahan karna sistem pengelolaan pengunjung yang cukup baik meski kurang ramai yaitu mata air sirah cipelang.Â
Meski begitu mata air inipun jika kami telaah berada di titik krisis pengunjung yang akan berakibat fatal kedepannya jika hal ini terus saja dibiarkan. Namun kondisi lebih baik terjadi di desa ini di bandingkan desa sebelumnya, desa ini sudah memiliki sdm yang mengerti di bidang pariwisata dan setidaknya hal ini akan mengurangi dampak negatif yang akan datang kedepannya, pengelolaan pengunjung di desa wisata ini sedikit demi sedikit sedang merambat naik, bahkan tidak hanya pengelolaan pengunjung saja namun juga dari segi sistem pengelolaan lainnya seperti dana untuk destinasi, dana untuk UMKM, dana untuk BUMDES, dan kabar baiknya lagi desa akan memulai untuk bekerja sama dengan investor swasta untuk mengelola beberapa destinasi yang ada di desanya, hal ini tentu menjadi kabar baik bahkan angin segar untuk warga di sekitar destinasi karna selain destinasi akan berkembang kembali lapangan pekerjaan pun akan tercipta, dan sisi positif dari pihak swasta adalah mereka bisa lebih fokus untuk mengembangkan destinasi tidak seperti dinas negara yang perhatiannya terbagi menjadi beberapa fokus bagian.
3. Destinasi Mata Air CikandungÂ
Cikandung adalah salah satu sumber air alami yang terkenal di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Terletak di wilayah perbukitan yang subur, mata air ini telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat setempat selama berabad-abad. Mata air ini tidak hanya menyediakan air bersih bagi kebutuhan sehari-hari masyarakat, tetapi juga memiliki nilai sejarah, budaya, dan lingkungan yang tinggi.
Keindahan dan Kejernihan Alam
Secara geografis, Mata Air Cikandung berada di daerah yang dikelilingi oleh pegunungan dan hutan yang masih asri. Pepohonan tinggi dan vegetasi yang lebat di sekitar kawasan ini memberikan nuansa yang tenang dan sejuk bagi siapa saja yang berkunjung. Selain itu, air yang mengalir dari mata air ini sangat jernih, bahkan terlihat seperti kaca yang memantulkan keindahan alam di sekitarnya.
Air dari Mata Air Cikandung sangat bersih, kaya mineral, dan terasa segar. Masyarakat setempat sering menggunakan air ini untuk minum secara langsung tanpa perlu melalui proses penyaringan yang rumit. Hal ini karena kualitas air yang masih sangat alami dan bebas dari kontaminasi modern. Selain untuk minum, air dari mata air ini juga digunakan untuk keperluan lain seperti mencuci, mandi, serta irigasi sawah dan kebun.
Nilai Budaya dan Sejarah
Mata Air Cikandung tidak hanya dianggap sebagai sumber air biasa, tetapi juga memiliki nilai budaya dan spiritual bagi masyarakat Sumedang, terutama bagi mereka yang tinggal di desa-desa sekitar. Mata air ini sering dianggap sebagai warisan leluhur yang harus dijaga dan dilestarikan. Ada berbagai cerita turun-temurun yang terkait dengan sejarah tempat ini, termasuk keyakinan bahwa mata air ini memiliki kekuatan mistis dan spiritual.
Dalam tradisi masyarakat setempat, ada ritual-ritual khusus yang dilakukan di sekitar Mata Air Cikandung untuk menghormati alam dan leluhur. Misalnya, setiap tahun, beberapa warga melakukan ritual bersih-bersih mata air sebagai bentuk syukur atas limpahan air yang diberikan. Ritual ini juga dimaksudkan untuk menjaga mata air tetap bersih dan terhindar dari hal-hal buruk yang diyakini bisa mengganggu keseimbangan alam.
Pentingnya Pelestarian Lingkungan
Sebagai salah satu sumber daya alam yang sangat penting, pelestarian Mata Air Cikandung menjadi perhatian utama bagi pemerintah daerah dan masyarakat sekitar. Pertumbuhan penduduk dan pembangunan di daerah sekitar menimbulkan kekhawatiran akan kerusakan lingkungan yang bisa memengaruhi keberadaan mata air ini. Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan untuk melindungi kawasan ini dari aktivitas yang bisa merusak ekosistem.
Beberapa di antaranya adalah penanaman pohon kembali di area yang sudah mulai gundul, pembuatan regulasi tentang pengelolaan sumber daya air, serta edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian mata air. Pemerintah daerah juga mendorong wisata berkelanjutan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan sekitar agar tidak tercemar oleh kegiatan pariwisata yang tidak bertanggung jawab.
Potensi Wisata Alam
Selain menjadi sumber air yang penting, Mata Air Cikandung juga memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata alam. Keindahan alam yang ditawarkan di sekitar mata air, ditambah dengan suasana yang tenang dan jauh dari keramaian kota, membuat tempat ini cocok untuk wisatawan yang mencari ketenangan dan ingin menikmati alam. Berbagai kegiatan alam seperti berjalan-jalan di hutan, berfoto dengan latar belakang pegunungan, dan mandi di air jernih bisa dinikmati di sini.
Pemerintah daerah Sumedang berencana mengembangkan kawasan ini menjadi salah satu objek wisata unggulan, namun dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip ekowisata. Dengan pengelolaan yang baik, Mata Air Cikandung bisa menjadi tempat wisata yang tidak hanya menawarkan keindahan alam tetapi juga memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar.
Pengelolaan pengunjung yang saya lihat di mata air Cikandung inu menurut saya cukup memadai dikarenakan destinasi yang selalu ramai, namun tidak bisa terbendung saat high season.
Kesimpulan
Mata Air Cikandung adalah salah satu kekayaan alam Kabupaten Sumedang yang memiliki peran penting bagi kehidupan masyarakat. Selain sebagai sumber air bersih, mata air ini juga menjadi bagian dari sejarah dan budaya lokal yang berharga. Pelestarian dan pengelolaan yang baik sangat diperlukan agar Mata Air Cikandung tetap menjadi sumber kehidupan yang lestari dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
4.Destinasi Gunung Kunci
Gunung Kunci adalah salah satu destinasi wisata sejarah dan alam yang terletak di pusat Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Tempat ini terkenal karena peninggalan benteng pertahanan dari masa kolonial Belanda yang tersembunyi di tengah perbukitan kecil dan hutan pinus yang rimbun. Dengan lokasinya yang strategis, Gunung Kunci menjadi salah satu objek wisata yang menarik banyak pengunjung, baik dari dalam maupun luar Sumedang. Namun, seiring dengan meningkatnya minat wisatawan, pengelolaan pengunjung di tempat ini menjadi isu yang penting untuk diperhatikan agar kelestarian lingkungan dan nilai historisnya tetap terjaga.
1. Pentingnya Pengelolaan yang Berkelanjutan
Pengelolaan pengunjung di Gunung Kunci harus memperhatikan keseimbangan antara konservasi lingkungan, pemeliharaan situs sejarah, dan pengalaman pengunjung. Sebagai situs bersejarah, benteng dan gua-gua di Gunung Kunci memerlukan perawatan yang hati-hati untuk menghindari kerusakan yang disebabkan oleh cuaca dan aktivitas manusia. Selain itu, keberadaan hutan pinus yang asri di sekitar kawasan ini harus dijaga kelestariannya agar tidak mengalami degradasi akibat terlalu banyaknya kunjungan wisatawan.
Pengelolaan berkelanjutan juga mencakup pemeliharaan fasilitas umum seperti jalan setapak, tempat duduk, dan papan petunjuk arah. Pengunjung yang merasa nyaman dengan fasilitas yang baik cenderung akan lebih tertib dan menjaga kebersihan lingkungan. Oleh karena itu, penting bagi pihak pengelola untuk terus melakukan perbaikan dan pemeliharaan infrastruktur yang ada di Gunung Kunci.
2. Edukasi dan Kesadaran Pengunjung
Salah satu aspek penting dalam pengelolaan pengunjung di Gunung Kunci adalah meningkatkan kesadaran mereka tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian tempat wisata. Banyak wisatawan yang datang tanpa memahami dampak dari perilaku yang merusak, seperti membuang sampah sembarangan, merusak tumbuhan, atau bahkan mencoret-coret tembok benteng yang bersejarah.
Pihak pengelola bisa menyediakan papan informasi atau brosur yang menjelaskan nilai sejarah dan ekologis Gunung Kunci. Edukasi ini bertujuan untuk mengingatkan pengunjung tentang pentingnya menjaga situs tersebut agar bisa dinikmati oleh generasi mendatang. Selain itu, pengelola bisa mengadakan kegiatan kampanye lingkungan atau kolaborasi dengan komunitas lokal untuk mengajak pengunjung terlibat dalam kegiatan positif, seperti kegiatan bersih-bersih lingkungan.
3. Pengaturan Jumlah Pengunjung
Seiring dengan meningkatnya popularitas Gunung Kunci, potensi kerusakan lingkungan akibat banyaknya pengunjung menjadi perhatian. Oleh karena itu, pengelolaan jumlah pengunjung yang datang setiap harinya harus diperhatikan. Pihak pengelola bisa menerapkan sistem kuota atau pembatasan pengunjung pada hari-hari tertentu untuk menghindari penumpukan dan kerusakan lingkungan.
Sistem pembatasan ini bisa dilengkapi dengan mekanisme pemesanan tiket secara online, sehingga wisatawan bisa merencanakan kunjungan mereka dengan lebih baik. Selain itu, dengan membatasi jumlah pengunjung, pengalaman wisatawan akan lebih nyaman dan terkontrol, terutama di area benteng dan gua yang memiliki kapasitas terbatas.
4. Pengawasan dan Keamanan
Keberadaan petugas pengawas di Gunung Kunci sangat penting untuk menjaga ketertiban dan keamanan pengunjung. Petugas ini berfungsi sebagai pemandu yang juga memastikan bahwa pengunjung tidak melakukan aktivitas yang dapat merusak situs sejarah atau lingkungan alam sekitar. Selain itu, mereka juga bertanggung jawab dalam mengarahkan pengunjung ke rute yang aman dan memberikan informasi tentang sejarah Gunung Kunci.
Keberadaan CCTV atau sistem pengawasan elektronik di beberapa titik juga bisa membantu memantau aktivitas pengunjung, terutama di area yang rawan kerusakan. Dengan adanya pengawasan yang baik, pelanggaran aturan bisa diminimalkan dan pengunjung dapat merasa lebih aman selama berada di kawasan tersebut.
Kesimpulan
Pengelolaan pengunjung di Gunung Kunci harus dilaksanakan dengan pendekatan berkelanjutan yang memperhatikan pelestarian lingkungan, pemeliharaan situs bersejarah, dan kenyamanan pengunjung. Edukasi dan kesadaran lingkungan menjadi faktor penting dalam menjaga kelestarian Gunung Kunci agar tetap menjadi destinasi wisata yang menarik dan lestari. Dengan pengelolaan yang baik, Gunung Kunci dapat terus menjadi kebanggaan Kabupaten Sumedang dan tetap memberikan pengalaman wisata yang berharga bagi pengunjung dari berbagai daerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H