Mohon tunggu...
FEBRIAN SUTRISNA
FEBRIAN SUTRISNA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Wonderful Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sistem Pengelolaan Pengunjung yang Ada di Beberapa Tempat Wisata di Sumedang

9 Oktober 2024   07:57 Diperbarui: 9 Oktober 2024   08:01 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengelolaan pengunjung menjadi salah satu faktor penting yang harus kita perhatikan pada unsur dasar kepariwisataan, untuk menghasilkan sistem pariwisata yang baik dan terukur. Dengan adanya pengelolaan pengunjung kita dapat memperhatikan sektor mana saja yang menjadi kelebihan maupun kekurangan dari pariwisata yang kita kelola, kematangan perhitungan dari suatu tempat pariwisata menjadi salah satu perhitungan untuk penilaian wisatawan yang akan datang berkunjung, pada dasarnya pengunjung akan melihat bagaimana mereka akan di suguhkan oleh pelayanan dan fasilitas yang memadai, dan akan menjadi nilai plus jika aksesibilitas dan fasilitas yang di berikan lengkap dan mudah untuk di jangkau.

Namun masih ada di beberapa kawasan wisata yang masih hanya mementingkan pemasukan namun tidak memperhatikan dari sistem pengelolaan pengunjungnya, alhasil pengelolaan terlihat asal-asalan dan menjadi kewalahan dikala high season dan tidak sesuai ekspektasi di kala low season.

Saya Sebagai Mahasiswa di bagian salah satu sektor pariwisata di salah satu Universitas di Jawabarat telah melakukan beberapa penelitian dan survei terhadap beberapa tempat wisata yang ada di daerah Sumedang, saya melakukan penelitian ini dimulai dari tahun 2022 hingga saat ini. Sumedang sendiri memiliki keinginan manjadi salah satu Kabupaten Pariwisata di Indonesia saat ini pemerintah Kab.Sumedang sangat mengandalkan sektor Pariwisata dan mahasiswa Pariwisata untuk mengkaji daerahnya, Namun ada beberapa kesulitan dan tidak adanya perubahan setelah sekian lama kami melakukan penelitian, hal ini berdampak pada hasil yang kurang signifikan dan malah menimbulkan kemerosotan terhadap pendapatan daerah wisata itu sendiri, Perlu kerja keras untuk membangun kembali sektor pariwisata di Daerah Sumedang pasca bencana Covid-19 yang pernah melanda Indonesia, banyak tempat wisata yang tutup karna tidak memperhitungkan pengelolaan pengunjung yang menjadi malapetaka di tutupnya beberapa tempat wisata yang ada.

Saya pernah mewawancarai beberapa kepala pengelola destinasi wisata bahkan dengan kepala desa wisata di daerah Sumedang, dari kesimpulan yang di dapat dari tahun ke tahun hal yang menjadi kendala adalah hal yang hampir serupa dimana masih kurangnya perhatian dari pemerintah pusat untuk perkembangan dari daerah wisata tersebut, kurangnya dana dan Sumber daya manusia yang profesional dan paham akan ranah pariwisata menjadi faktor utama sulitnya melakukan pengelolaan pengunjung didaerah wisata tersebut.

Sumedang sendiri sebetulnya adalah suatu Kabupaten yang memiliki ciri khas tersendiri sebagai kekuatan untuk pemasaran dan pengelolaan pariwisatanya. Seperti yang kita tahu bahwa ciri khas menjadi salah satu komponen kuat utama dalam dunia pariwisata karna dapat menghasilkan atraksi yang dapat di tampilkan dan menjadi suatu keuntungan jika di tampilkan, namun tidak hanya atraksi dan ciri khas saja yang perlu di perhatikan ada beberapa faktor lain seperti tempat, fasilitas, aksesibilitas, pelayanan, dan sistem pengelolaan pengunjung yang harus menjadi perhatian utama pemerintah setempat.

Ada beberapa tempat yang sudah saya datangi dan saya survei untuk mendapatkan hasil wawancara terhadap kendala dan harapan tempat wisata tersebut untuk bisa lebih berkembang. Tempat yang sayang kunjungi di antaranya adalah Desa Wisata Paku Alam, Desa Wisata Congeang wetan, destinasi mata air Cikandung, Destinasi wisata gunung kunci. Beberapa tempat yang saya sebutkan akan menjadi studi kasus pembahasan kita kali ini, Tempat yang saya kunjungi sudah pernah menjadi tempat terpopuler dan masih menjadi tempat yang menjadi pilihan utama bagi para wisatawan yang akan berkunjung ke sumedang. Berikut akan saya lampirkan hasil studi kasus saya di beberapa tempat tersebut.

1. Desa Paku Alam

Desa Paku Alam adalah desa yang memiliki keunikan tersendiri dan bahkan pernah ramai di media sosial pada masanya namun tidak untuk waktu yang lama di Karenakan kurangnya sistem pengelolaan pengunjung dalam waktu yang panjang, pengelola hanya memikirkan dari segi waktu yang singkat saat tempat tersebut ramai di kunjungi oleh wisatawan dan tidak memikirkan efek kedepannya akan seperti apa . Hal ini juga di akui oleh warga sekitar dan juga kepala desa yang kami wawancarai itu sendiri, akibat tidak adanya sistem pengelolaan pengunjung yang baik maka penyaluran dana masuk dan keluar pun tidak jelas pengadaannya, hal ini terlihat dari ciri khas Desa tersebut yang memiliki julukan Desa buricak-burinong yang kian menghilang dan tidak di pertahankan Identitasnya oleh pemerintah setempat dan oleh masyarakatnya itu sendiri. Desa buricak-burinong memiliki arti desa yang penuh warna, dikarenakan genting rumah warga yang di berikan berbagai macam warna terang dan juga jalanan yang di penuhi oleh payung berwarna warni di sepanjang jalan desa tersebut. 

Kami sempat memiliki ekspektasi yang tinggi ketika mendengar julukan nama desa tersebut yang terdengar menarik namun setelah kami sampai realita berkata lain desa tersebut terlihat seperti desa biasa dan tidak ada segi spesialnya di bandingkan dengan desa yang bukan desa wisata lainnya. Tentu hal ini membuat kami penasaran dengan apa yang telah terjadi sehingga desa ini meninggalkan sisi identitasnya yang memiliki karakteristik tersendiri, kami melakukan wawancara terhadap beberapa warga setempat dan juga pemerintah Desa Paku Alam itu sendiri. Dari kesimpulan wawancara terhadap warga mereka sangat menyayangkan apa yabg terjadi dengan desa yang mereka cintai tersebut, mereka sendiri kebingungan bagaimana cara pengelolaan yang terjadi sehingga desa mereka mengalami keterpurukan terhadap kunjungan wisatawan, dari pengakuan para warga saat ramai dahulu mereka sampai kewalahan untuk melayani para wisatawan karna beberapa warga disini memiliki warung makan kuliner ciri khas desa tersebut yang dinamakan nasi liwet paku alam dan ketan susunya yang menjadi primadona di kala itu, 

namun kini penerjunan angka kedatangan pengunjung yang terjadi sangatlah kritis dikarenakan hampir di setiap tempat yang kami singgahi terlihat kosong dan pernyataan itu semakin kuat dengan beberapa keluhan warga yang berharap desanya bisa kembali ramai seperti dahulu kala. Kami pun kurang puas jika hanya dengan mengambil suara dari masyarakat saja, mai pun singgah di kantor Desa Paku Alam untuk berbincang dengan kepala desa disana, Kami di sambut baik saat kami mengunjungi kantor desa untuk menanyakan bagaimana pengelolaan pengunjung yang dilakukan hingga terjadi hal seperti ini, jawaban kepala desa bagi kami kurang memuaskan dikarenakan hal ini sudah terjadi sebelum dirinya dilantik namun dari beberapa hal yang kami tangkap hal ini terjadi di karenakan kagetnya pengelola terhadap bencana Covid-19 yang terjadi saat itu mereka tidak mempersiapkan hal yang harus dilakukan ketika terjadi bencana seperti itu. Hal ini menunjukkan kurang matangnya perhitungan dari pengelola terhadap hal berkepanjangan yang berdampak buruk menyeluruh tidak terkecuali, Kurangnya pengelolaan pengunjung yang baik pun menjadikan pendanaan yang masuk untuk desa tidak seperti biasanya yang menjadi alasan kenapa mereka meninggalkan ciri khas mereka yang memerlukan biaya perawatan yang cukup banyak tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun