Mohon tunggu...
Febrian Alsah
Febrian Alsah Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswa marketing manajemen tingkat akhir yang sedang belajar menulis biar skripsinya terbantu.\r\nsee my blog: pejalanbodoh.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Warisan Megalitikum di Negeri Matahari Terbit (Bawomataluo, Nias)

6 Mei 2011   08:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:01 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arus modernisasi yang terjadi saat ini ikut masuk ke nias dan desa-desa didalamnya. Secara tidak langsung, masyarakat nias ikut membaur dengan modernisasi. Sudah jarang terjadi perang antar desa di nias. Kondisi ini membuat tarian perang yang sebelumnya tenggelam menjadi popular dibandingkan perang itu sendiri. Warga menumpahkan hasrat perangnya pada tarian. Kewajiban untuk menjaga desa juga tidak ada lagi. Upacara lompat batupun tidak lagi menjadi suatu keharusan. Tidak setiap pemuda desa bawomataluo lihai dalam lompat batu. Tapi atraksi lompat batu tetap mudah dijumpai karena masih sering dilakukan sebagai upacara penyambutan tamu dan permintaan dari wisatawan yang berkunjung ke desa. pakaian adat tidak setiap hari digunakan karena ono niha mulai beralih pada pakaian yang dikenakan masyarakat umumnya seperti kaus dan daster. Seiring sulitnya mencari kayu laban dan proses pembuatan rumah yang memakan waktu lama, jumlah rumah adat nias turut berkurang. Di bawomataluo sendiri, beberapa keluarga mulai memilih rumah permanen.

Semua arus modernisasi itu sedikit demi sedikit menggerus kekayaan budaya bawomataluo. Belum lagi dengan banyaknya pencurian dan penjualan ilegal dari benda benda perang dan arca batu. Benda perang berupa pedang berganggang taring babi hutan, baju perang dan peralatan lainnya dijual ke luar nias dan luar negeri. Arca batu bahkan lebih parah lagi, peninggalan ini paling banyak diselundupkan karena harga jualnya tinggi yaitu ratusan juta. Ketamakan para kolektor mau tidak mau ikut mereduksi kekayaan budaya desa dan Nias keseluruhannya.

Menjaga warisan dunia

Desa Bawomataluo dan desa desa lainnya di Nias sampai saat ini masih bertahan dengan budaya megalitikumnya yang khas. Tapi pengaruh dari luar terus menggangu. Tarik menarik budaya mau tidak mau akan terus terjadi. Sekarang saja dapat dilihat perubahan dalam pola konsumsi dan berpakaian warga desa. jika tidak ada upaya pencegahan, tradisi ono niha ini akan lapuk ditelan zaman.

Pariwisata merupakan salah satu cara yang diterapkan pemerintah untuk mempertahankan keberadaan desa Bawomataluo dan desa lainnya. Beragam program wisata dirancang pemerintah. Ketika saya berkunjung, sedang berlangsung lomba foto sagara nias bangkit . salah satu bagian dari acara ini adalah melakukan kunjungan selama 4 hari di desa Bawomataluo. Sebagai salah satu desa adat yang tertata dengan baik, tidak salah memang penunjukan desa ini. Dengan mengundang para peserta lomba yang terdiri dari kalangan umum dan photographer media nasional, acara ini pun menjadi sangat meriah. Ada upacara perkawinan, tarian perang, lompat batu dan pembuatan video. Pariwisata memang menjanjikan. Warga Bawomataluo yang kedatangan turis untuk melihat kekayaan budayanya tentu akan terus berusaha menjaga tradisinya.

Banyaknya penyelundupan benda-benda cagar budaya Nias tampaknya belum menjadi perhatian pemerintah. Dari obrolan saya dengan seorang penyelundup benda antik di desa tersebut dapat saya simpulkan betapa mudahnya menyelundupkan barang keluar nias. Setiap bulan, selalu ada saja ada selundupan. Nilai uang yang menggiurkan memang jadi motif utama.

Jika menunggu pemerintah terus, tentu akan lama beresnya. Bukankan beliau-beliau juga harus memikirkan banyak hal lainnya untuk kesejahtraan rakyat? Lalu kita bisa apa? Berpariwisata dan mengenalkan tradisi nias dengan cara masing-masing melalui media dan komunitas yang kita punya itulah yang bisa kita lakukan, kata seorang kawan. Ada benarnya juga tampaknya. Jadi, tunggu apalagi, ayo berkunjung ke Nias teman teman..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun