Mohon tunggu...
Febria Adha Larasati
Febria Adha Larasati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tidak dapat dideskripsikan, biarkan orang lain yang menilai

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menilik Lebih Dalam tentang Pasar Loak Jatinegara

23 Desember 2022   10:49 Diperbarui: 23 Desember 2022   11:36 2155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto suasana Pasar Loak Jembatan Item Jatinegara pada Sabtu Sore (17/12). Para pedagang mulai membuka toko setelah diguyur hujan. Dokpri

Pasar Loak Jatinegara yang berlokasi di Jakarta Timur hingga kini masih tetap eksis. Para penjual menawarkan barang-barang bekas dan antik. Berbagai hiasan dinding, pakaian bekas, hingga barang elektronik bekas tersedia di pasar tersebut. Harga yang dibandrol pun jauh lebih murah dari harga normal. 

Pasar yang terletak di antara Kelurahan Bali Mester dengan Rawa Bunga tersebut tak hanya berbentuk kios semi permanen. Terlihat pula penjual yang menghamparkan terpalnya untuk memamerkan barang dagangannya. Nampak pula para pengunjung yang berlalu lalang di pasar loak tersebut. Terdengar hiruk pikuk suara para pedagang yang mempromosikan barang dagangannya. 

Sabtu petang (17/12), para pedagang terlihat tetap berdagang meski cuaca yang tak menentu datang menghampiri. Kala hujan turun, para pedagang saling membantu untuk membereskan barang dagangan. Kala hujan mulai reda, mereka lanjut berjualan dengan menata kembali barang dagangannya. 

Penjual barang antik, Darma (60) menuturkan mematok harga yang beragam di kiosnya. Barang dagangan yang dijual Darma pun sangat bervariasi. Ia mematok harga Rp2500 rupiah untuk mainan-mainan kecil. Berbeda jauh dengan lukisan dan guci yang ditawarkan hingga ratusan ribu rupiah.

Darma lanjut mengatakan, dirinya mendapat barang dagangannya dari lapak perumahan di daerah Bekasi dan Jakarta. Ia menjelaskan, lapak tersebut menampung barang-barang yang sudah tidak digunakan oleh warga di sana. Kala sudah ada panggilan dari orang lapak, orang maka Darma akan langsung menuju ke lapak untuk mengambil barang yang tersedia. 

Darma juga selalu memperhatikan kondisi barang dagangannya secara rutin, sebab Ia tak ingin pembelinya kecewa. Darma menjelaskan bahwa proses pemeliharaan barangnya tidaklah sulit. Ia cukup mengelap barang-barang tersebut supaya tidak kotor dan karatan. "Biasanya karena sudah bosan makanya diloakin, barangnya seperti guci, lukisan, dan patung," kata Darma, Sabtu (17/12). 

Darma menuturkan, pelanggan yang membeli dagangannya berasal dari berbagai daerah. Ia pun mengatakan, pembeli tak hanya sekadar mengoleksi, ada pula yang menjualnya kembali melalui portal online. Di lain sisi, minat pembelinya semakin menurun setelah masa pandemi Covid-19 berlalu. "Mungkin lagi sepi dan pailit, apalagi kita orang-orang kecil seperti ini," imbuhnya. 

 Menjadi pedagang di pasar loak merupakan pekerjaan utama Darma. Ia mengaku telah menjalani profesi tersebut sejak tahun 2003. Selain untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, Ia juga menyukai pekerjaan ini karena unik dan murah meriah. Meski memiliki pengalaman yang banyak, Darma merasa masih sulit mengendalikan resiko dalam berjualan. Seperti barang yang pecah terbentur ketika proses distribusi barang dari lapak. 

Selanjutnya, pedagang barang loak, Heri (62) menjual barang bekas yang sangat beragam. Heri menuturkan, barang dagangannya tak hanya terpatok pada satu jenis. Heri menawarkan berbagai barang, seperti ponsel bekas, mainan bekas, peralatan dapur, dan masih banyak yang lainnya.

Sembari menunjukkan barang dagangannya yang beragam, Heri pun menyebut kisaran harga barang yang dijualnya. Untuk harga ponsel bekas, kata dia, dibanderol dengan harga ratusan ribu tergantung dengan kualitasnya. 

Berbeda dengan Darma, untuk mendapat barang dagangan, Heri cukup berdiam diri di lokasi dagangannya. Dengan begitu, para penjual barang menghampiri Heri dengan memberi tawaran barang bekas untuk dijual kembali. Sehingga Heri tidak perlu bersusah payah mengunjungi lapak. "Kendalanya takut ada orang yang jual barang colongan. Biasanya anak-anak muda jual handphone, kita takutnya hasil colongan nanti kita yang kena (sanksi) juga," ungkap Heri, Sabtu (17/12).

Heri telah menekuni pekerjaan ini sejak ia mendapat pemutihan dari pihak industrinya pada tahun 1995. Ia pun memilih Jembatan Item sebagai lokasi bisnisnya sebab tidak banyak aturan ketika berdagang, selain memperhatikan kebersihan pasar. "Paling bayar biaya kebersihan dua ribu sama bersih-bersih aja setelah dagang," tutur Heri, Sabtu (17/12).

Lalu, salah seorang pengunjung, Rafi (19) mengaku mengunjungi Pasar Loak Jatinegara sebab ingin melihat keunikan barang yang dijual. "Contoh mainan bekas, barang antik, sama kaset-kaset. Itu yang membuat saya ke sini, sih" imbuh Rafi, Senin (19/12).

Pengunjung asal Depok itu mengaku bahwa dirinya baru sekali mengunjungi Pasar Loak Jatinegara. Rafi juga menuturkan, dirinya sudah sering mendengar tentang keunikan pasar tersebut dari orang sekitarnya. "Kemungkinan mau datang lagi," tutur Rafi, Senin (19/12).

Di samping rasa senangnya, Rafi pun masih merasa kecewa sebab hujan deras membasahi pasar tersebut yang membuat para penjual menutupi barang dagangannya. Hal tersebut, lanjutnya, membuat Rafi merasa sulit mencari barang incarannya. "Niat awal ingin beli sepatu, topi, dan action figur. Tapi karena kepepet waktu dan cuaca, akhirnya hanya jalan-jalan," sesal Rafi, Senin (19/12).

Febria Adha Larasati 

11210511000003

Jurnalistik 3A UIN Jakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun