Mohon tunggu...
Febria Adha Larasati
Febria Adha Larasati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tidak dapat dideskripsikan, biarkan orang lain yang menilai

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menilik Lebih Dalam tentang Pasar Loak Jatinegara

23 Desember 2022   10:49 Diperbarui: 23 Desember 2022   11:36 2155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto suasana Pasar Loak Jembatan Item Jatinegara pada Sabtu Sore (17/12). Para pedagang mulai membuka toko setelah diguyur hujan. Dokpri

Berbeda dengan Darma, untuk mendapat barang dagangan, Heri cukup berdiam diri di lokasi dagangannya. Dengan begitu, para penjual barang menghampiri Heri dengan memberi tawaran barang bekas untuk dijual kembali. Sehingga Heri tidak perlu bersusah payah mengunjungi lapak. "Kendalanya takut ada orang yang jual barang colongan. Biasanya anak-anak muda jual handphone, kita takutnya hasil colongan nanti kita yang kena (sanksi) juga," ungkap Heri, Sabtu (17/12).

Heri telah menekuni pekerjaan ini sejak ia mendapat pemutihan dari pihak industrinya pada tahun 1995. Ia pun memilih Jembatan Item sebagai lokasi bisnisnya sebab tidak banyak aturan ketika berdagang, selain memperhatikan kebersihan pasar. "Paling bayar biaya kebersihan dua ribu sama bersih-bersih aja setelah dagang," tutur Heri, Sabtu (17/12).

Lalu, salah seorang pengunjung, Rafi (19) mengaku mengunjungi Pasar Loak Jatinegara sebab ingin melihat keunikan barang yang dijual. "Contoh mainan bekas, barang antik, sama kaset-kaset. Itu yang membuat saya ke sini, sih" imbuh Rafi, Senin (19/12).

Pengunjung asal Depok itu mengaku bahwa dirinya baru sekali mengunjungi Pasar Loak Jatinegara. Rafi juga menuturkan, dirinya sudah sering mendengar tentang keunikan pasar tersebut dari orang sekitarnya. "Kemungkinan mau datang lagi," tutur Rafi, Senin (19/12).

Di samping rasa senangnya, Rafi pun masih merasa kecewa sebab hujan deras membasahi pasar tersebut yang membuat para penjual menutupi barang dagangannya. Hal tersebut, lanjutnya, membuat Rafi merasa sulit mencari barang incarannya. "Niat awal ingin beli sepatu, topi, dan action figur. Tapi karena kepepet waktu dan cuaca, akhirnya hanya jalan-jalan," sesal Rafi, Senin (19/12).

Febria Adha Larasati 

11210511000003

Jurnalistik 3A UIN Jakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun