Berbeda dengan Darma, untuk mendapat barang dagangan, Heri cukup berdiam diri di lokasi dagangannya. Dengan begitu, para penjual barang menghampiri Heri dengan memberi tawaran barang bekas untuk dijual kembali. Sehingga Heri tidak perlu bersusah payah mengunjungi lapak. "Kendalanya takut ada orang yang jual barang colongan. Biasanya anak-anak muda jual handphone, kita takutnya hasil colongan nanti kita yang kena (sanksi) juga," ungkap Heri, Sabtu (17/12).
Heri telah menekuni pekerjaan ini sejak ia mendapat pemutihan dari pihak industrinya pada tahun 1995. Ia pun memilih Jembatan Item sebagai lokasi bisnisnya sebab tidak banyak aturan ketika berdagang, selain memperhatikan kebersihan pasar. "Paling bayar biaya kebersihan dua ribu sama bersih-bersih aja setelah dagang," tutur Heri, Sabtu (17/12).
Lalu, salah seorang pengunjung, Rafi (19) mengaku mengunjungi Pasar Loak Jatinegara sebab ingin melihat keunikan barang yang dijual. "Contoh mainan bekas, barang antik, sama kaset-kaset. Itu yang membuat saya ke sini, sih" imbuh Rafi, Senin (19/12).
Pengunjung asal Depok itu mengaku bahwa dirinya baru sekali mengunjungi Pasar Loak Jatinegara. Rafi juga menuturkan, dirinya sudah sering mendengar tentang keunikan pasar tersebut dari orang sekitarnya. "Kemungkinan mau datang lagi," tutur Rafi, Senin (19/12).
Di samping rasa senangnya, Rafi pun masih merasa kecewa sebab hujan deras membasahi pasar tersebut yang membuat para penjual menutupi barang dagangannya. Hal tersebut, lanjutnya, membuat Rafi merasa sulit mencari barang incarannya. "Niat awal ingin beli sepatu, topi, dan action figur. Tapi karena kepepet waktu dan cuaca, akhirnya hanya jalan-jalan," sesal Rafi, Senin (19/12).
Febria Adha LarasatiÂ
11210511000003
Jurnalistik 3A UIN Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H