"Sial, malah pergi dia." Gerutu Ando kesal sambil melihat kemana cewek itu pergi. Sekilas dia melihat kang pangkas masih memiliki klien yang harus diurus.
Kembali pada kepentingan pertama, dia sibuk tersenyum kepada wanita yang melihat dirinya, baik muda, dewasa, bahkan nenek-nenek sekalipun dia tawari dengan senyuman. Balasan mereka hanya senyum balik, dan terkadang hanya menatap Ando sekilas, lalu membuang muka.
"Hai nona manis, muka cantik, nama siapa?" Ando sedikit menggombal.
"Lu bukan anak hilangkan?" malah ditanya balik sama gadis tersebut.
"Saya bukan anak hilang nona, mau gak jadi pacar dedek?''
"Bodoh! umur lu aja belum cukup, itu mu belum bisa bekerja, hahahaha." Gadis itu tertawa lebar, entah membayangkan apa hingga dia bergidik ngeri.
"Ditambah umur nona nanti jadi cukup dong."
"Dah, pulang kau sana! Mama kau dah nyariin kau."
"Mamaku tau kok aku disini, jangan khawatir nona manis."
"Bye-bye" gadis itu memilih pergi karena bahan sorotan publik juga.
Masih setia untuk tersenyum kepada siapapun, dia sibuk juga memperhatikan kendaraan yang lewat di depannya. "Ma, dede pengen sepeda." Ucapnya lirik sambil memandang kemana sepeda itu berjalan hingga menjauh.