Mohon tunggu...
Febi Rizki Anisah
Febi Rizki Anisah Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASISWA

Pelajaran itu dengan kesempurnaan akhir, bukan kekurangan awal.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perkembangan Peserta Didik (Perkembangan Emosi Pada Remaja)

10 Juli 2022   04:23 Diperbarui: 10 Juli 2022   05:25 2330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Emosi Merupakan pengalaman yang sangat nyata dan melibatkan penyesuaian  mental dan fisik seseorang. Hal ini terwujud dalam perilaku nyata dari segala macam emosi yang ada pada manusia. Emosi adalah aspek mental yang berhubungan dengan sensasi dan sensasi. Misalnya perasaan senang, sedih, tertekan, mudah tersinggung, marah, stres, dll.

 Emosi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia bagi dinamika jiwa dan pengendalian tingkah laku. Emosi dapat mempengaruhi kualitas diri seseorang untuk  kemajuan hidup yang lebih baik. Hal ini dapat terjadi jika emosi yang ada dalam diri individu  dapat dikendalikan dengan baik.  Emosi yang terkontrol dengan baik dapat menjadi motivator yang hebat untuk mengubah hidup kita menjadi lebih baik. Hidup bahagia atau sedih tergantung pada kemampuan kita  mengendalikan emosi. Emosi pada dasarnya mewakili emosi manusia dalam situasi yang berbeda, jadi setiap orang pasti memiliki emosi yang berbeda.

Emosi yang berbeda  setiap individu menciptakan pola hubungan yang berbeda karena emosi dapat menyebabkan hubungan  negatif ketika mereka lepas kendali.  Ekspresi yang berbeda untuk situasi kehidupan yang berbeda benar-benar memperkaya kehidupan seseorang. Namun, eskalasi emosi yang tidak terkendali menciptakan masalah serius, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.  Selanjutnya jika masalah pengendalian emosi muncul pada usia kuliah, khususnya pada masa remaja, maka anak akan melalui masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Hal ini sangat laten dan dapat menyebabkan anak berkembang ke arah positif atau negatif terhadap dirinya sendiri.

Dalam budaya Amerika, masa remaja  dipandang sebagai masa badai dan stres, frustrasi dan rasa sakit, krisis konflik dan  penyesuaian, lamunan cinta, dan perasaan tersisihkan dan pengucilan dari kehidupan sosial dan budaya orang dewasa.  Remaja yang sering memiliki sikap  menyimpang, cenderung melakukan hal-hal yang bertentangan dengan dirinya sendiri akan membuat orang tua khawatir. Seperti yang kita semua tahu, masalah emosional lebih sering terjadi pada remaja daripada pada orang dewasa.

 Setiap remaja diberkahi dengan emosi yang menyeimbangkan hubungan yang cenderung berjalan menurut prinsip-prinsip logis. Aspek emosional akan membuat seorang remaja mempertimbangkan berbagai aspek sebelum bertindak. Selama perkembangan emosional remaja, sejumlah faktor dapat membahayakan atau menghambat perkembangan emosional mereka yang sehat.  Seperti yang kita ketahui bersama, penyebab maraknya  kejadian akhir-akhir ini di kalangan siswa sekolah menengah adalah karena mereka kesulitan mengendalikan emosinya.

 Ketika remaja sedang stres atau dalam kesulitan, mereka lebih cenderung menjadi agresif atau mengekspresikan emosi mereka secara verbal atau fisik, seperti mengumpat, menyakiti diri sendiri, memukul, diam dan menangis.

 Lebih banyak upaya diperlukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor mendasar yang membuat siswa sulit mengelola emosinya. Dalam hal ini diharapkan ada kerjasama yang baik dari guru BK, guru mata pelajaran, orang tua, teman dekat siswa dan siswa itu sendiri. -Faktor yang mempengaruhi membuat siswa sulit untuk mengontrol emosi tersebut.

Tidak menutup kemungkinan di setiap sekolah ada siswa yang mengalami perilaku menyimpang seperti kesulitan emosional yang telah dijelaskan di atas. lama. , intoleran, berbicara kasar, dan menertawakan kesalahan orang lain. , merusak fasilitas sekolah. Tidak menuruti perintah. Nasihat sang profesor malah terkesan memberontak, mudah terpancing amarah, berdebat dengan teman, bahkan berkelahi, dll.  Untuk itu diperlukan suatu pendekatan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosi tersebut agar dapat menghindari berbagai jenis masalah dan  mencapai potensinya secara maksimal. Pendekatan ini adalah adanya  konseling atau pengobatan yang berorientasi pada pelayanan  sesuai dengan kebutuhannya.

 Masalah ini tentunya harus disikapi dengan baik, karena jika dibiarkan, dapat mempengaruhi berbagai aspek penting  perkembangan seorang siswa, terutama prestasi dan hasil belajarnya. , dapat mengganggu ketenangan. dari para siswa. sikap dalam belajar. Teman dan siswa lain yang kesulitan mengendalikan emosinya mungkin akan ditolak oleh teman sebayanya.

Contoh kasus perkembangan peserta didik dalam perkembanagan emosi

  • Deskripsi masalahAngga merupakan anak yang suka bermain dan agresif yang memiliki kebiasaan buruk mengabaikan teman-teman sekitar, sehingga Angga sering disebut anak nakal. Di sekolah, Angga sering tidak fokus pada pelajarannya dan sering mengganggu teman-teman sekelasnya selama waktu kelas berlangsung dan ketika teman-temannya bereaksi terhadap tindakannya, Angga tidak menerima dan menjadi marah dengan tindakannya sehingga terjadi perkelahian antara Angga dan teman-temannya.
  • Gaya pengasuhanGaya pengasuhan dalam perkembangan emosi juga berperan penting terhadap pertumbungan dan perkembangan pesrta didik. Misalnya, orang tua Angga tampak lalai dalam mengawasi Angga agar dapat bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain. Ini secara tidak sengaja dapat mempengaruhi. Akibat orang tua kurang perhatian pada anak, anak juga kurang mudah tersinggung dengan ayahnya yang mudah marah.

Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi antara lain:

  • Faktor internal
  1. Perubahan Fisik Perubahan fisik ini melibatkan peserta didik yang ingin mencoba sesuatu yang baru tanpa memikirkan konsekuensinya. Seperti yang kita ketahui peserta didik memasuki masa remaja, masa remaja adalah saat seseorang mulai mencari jati dirinya dan suka melakukan sesuatu yang baru dan menantang, misalnya seperti ikut-ikutan teman berkelahi saat salah satu temannya dalam kesulitan.
  2. Kurangnya kedewasaan dan kecerdasan emosional, yang  berkaitan dengan kurangnya kematangan emosi dan kecerdasan peserta didik karena mereka tidak begitu mengerti bagaimana mengendalikan emosinya dengan benar, mereka hanya melakukan apa yang mereka inginkan. tentang konsekuensi Anda sendiri. emosi  yang tidak terkendali seperti rewel di sekolah dan melanggar perilaku terlarang lainnya.
  • Faktor eksternal
  1. Pola asuh orang tua, Peserta didik yang kurang mendapat pengawasan dari orang tua sehingga peserta didik tidak takut untuk melakukan tindakan yang dianggapnya sulit, seperti berkelahi.
  2. Pergaulan dengan teman dilingkungan masyarakat, misalnya peserta didik diketahui memiliki kebiasaan bertemu teman dalam situasi yang sama yang sering berbicara dan berperilaku kasar. Sedemikian rupa sehingga pada akhirnya ucapan kasar dan perilaku kasar  menjadi  kebiasaan buruk yang biasa dianut oleh peserta didik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun