Mohon tunggu...
Febiola Agustina
Febiola Agustina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student

Biasa di panggil Febi. Saya memiliki hobi menbaca.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengapa 1.5 Derajat Celsius Menjadi Batas Bahaya Pemanasan Global?

21 Juni 2024   10:15 Diperbarui: 21 Juni 2024   10:21 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemanasan global merupakan salah satu tantangan utama yang dihadapi umat manusia saat ini. Fokus utama dalam perdebatan ini adalah batas kenaikan suhu global yang dianggap aman bagi bumi kita. Pada tahun 2015, 195 negara sepakat untuk menandatangani Perjanjian Paris, dengan tujuan menjaga kenaikan suhu bumi "jauh di bawah 2 derajat Celsius di atas tingkat pada masa pra-industri," serta berupaya untuk "membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pada masa pra-industri." Perjanjian ini didasarkan pada hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa kenaikan suhu global sebesar 1,5 derajat Celsius dari tingkat pra-industri dalam beberapa dekade akan membawa risiko serius bagi wilayah-wilayah dan ekosistem yang rentan.

Mengapa Angka 1.5 Derajat Celsius Penting?

Kenaikan suhu global lebih dari 1.5 derajat Celsius memiliki dampak yang luas terhadap berbagai aspek kehidupan di bumi. Perubahan ini mengancam ekosistem penting seperti terumbu karang, hutan hujan tropis, dan zona kutub yang krusial bagi keseimbangan iklim global. Pemanasan berlebihan juga mempercepat risiko kepunahan spesies dan mengubah struktur ekosistem secara signifikan. Selain itu, kenaikan suhu tersebut dapat mengganggu siklus air global, meningkatkan risiko kekeringan di beberapa wilayah dan banjir di wilayah lainnya, yang berdampak pada ketahanan pangan dan ketersediaan air bersih bagi masyarakat.

Menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), gelombang panas menjadi penyebab utama kematian dibandingkan cuaca ekstrem lainnya, dengan hampir 489.000 kematian terkait panas setiap tahun antara 2000 dan 2019. Jika upaya untuk membatasi pemanasan global di bawah 1,5°C tidak berhasil, cuaca ekstrem seperti gelombang panas, kekeringan, kebakaran hutan, hujan lebat, dan banjir dapat terjadi lebih sering dan lebih berbahaya (IPCC). Dampaknya akan dirasakan secara signifikan di pulau-pulau kecil dan daerah pesisir yang rentan, yang menghadapi ancaman serius seperti kehilangan tempat tinggal dan sumber daya akibat kenaikan permukaan laut dan intrusi air laut yang semakin tinggi.

Tantangan Global dalam Mengurangi Kenaikan Suhu Global

Menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), untuk menjaga suhu rata-rata planet ini di bawah ambang batas 1,5 derajat Celsius dalam jangka panjang, seluruh dunia harus mencapai nol bersih dalam emisi pada tahun 2050. Hal ini berarti semua negara perlu mengurangi jumlah emisi dari pembakaran batu bara, minyak, dan gas alam hingga setara dengan kemampuan bumi untuk menyerap atau mendaur ulang emisi tersebut. Mengurangi laju kenaikan suhu global merupakan tantangan yang membutuhkan tindakan konkret dan komitmen global untuk mengubah pola konsumsi energi, membatasi emisi gas rumah kaca, dan meningkatkan adaptasi terhadap perubahan iklim yang sudah tidak dapat dihindari.

Secara keseluruhan, untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan membatasi kenaikan suhu global, individu dapat mengambil langkah-langkah sederhana dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengurangi konsumsi produk yang berkontribusi pada gas rumah kaca dan mempertimbangkan cara transportasi dan sumber energi yang lebih ramah lingkungan. Pentingnya juga untuk mengedepankan kesadaran akan dampak pribadi dari perubahan iklim sebagai dorongan untuk tindakan, bukan hanya kesadaran akan tanggung jawab kolektif. Namun, upaya ini memerlukan perubahan besar dalam sistem energi global dan kesiapan individu untuk mengubah gaya hidup mereka secara fundamental.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun