Sementara itu, kegiatan menggunakan pakaian adat sebagai bukti melestarikan adat istiadat. Meski siswa harus dididik sesuai kodrat zaman, mereka tidak boleh melupakan adat yang sudah ada sejak zaman nenek moyang. Oleh karena itu, aturan menggunakan pakaian adat dapat meningkatkan toleransi siswa yang berasal dari suku maupun adat yang berbeda.
Terakhir adalah tradisi salaman, atau berjabat tangan dengan guru. Kegiatan ini bukan semata untuk mengakrabkan guru dan siswa saja, melainkan untuk mengajarkan siswa pentingnya sopan santun seperti kebiasaan masyarakat Indonesia. Selain itu, siswa juga diajarkan untuk disiplin agar tidak datang terlambat.
Penghayatan Nilai PancasilaÂ
Tugas guru saat ini tidak hanya mengajarkan materi di kelas dan memberikan nilai saja. Tuntutan zaman yang semakin modern mengharuskan guru untuk menanamkan nilai-nilai dasar Pancasila dalam bidang pendidikan, diantaranya Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Dengan menggali nilai-nlai luhur tersebut, Pancasila dapat merekatkan seluruh rakyat di Indonesia.
Dalam penghayatan Pancasila di sekolah, guru berhak menguatkan identitas manusia Indonesia yang disebut dengan profil pelajar pancasila. Seperti yang kita ketahui, dalam Kurikulum Merdeka telah membagi profil pelajar Pancasila sebagai berikut: Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, Berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Berdasarkan pengamatan saya di SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta, sekolah telah menerapkan penghayatan pelajar pancasila, diantaranya sebagai berikut.Â
Sila pertama: siswa diajarkan berdoa sebelum dan sesudah kelas, siswa mengaji di awal kelas, dan mengikuti salat dhuha hingga ashar.
Sila kedua: Siswa diajarkan saling rukun dan menghormati sesama teman dan seluruh warga s sekolah.
Sila ketiga: Siswa mengikuti upacara, tidak bersikap rasis, dan menggunakan pakaian adat setiap sebulan sekali.
Sila keempat: Siswa diajarkan untuk musyawarah untuk memutuskan suatu kesepakatan, siswa diajarkan untuk mengikuti kegiatan piket, siswa diajarkan ikut serta dalam pemilihan ketua kelas.
Sila kelima: Meski berbeda-beda latar belakang, siswa diajarkan untuk tidak membeda-bedakan teman, siswa diajarkan untuk bersikap adil dengan sesama temannya, dan bekerja sama dengan teman sekelas dan guru untuk menciptakan suasana sekolah yang nyaman dan aman untuk belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H