Mohon tunggu...
Febi Mutia
Febi Mutia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Lahir di Banda Aceh, menuntut ilmu di Bandung. Senang menuliskan pengalaman, pengalaman sehari-harinya di ceritabee.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[Hari Pahlawan] Seruan Panglima Nanggroe

10 November 2011   06:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:51 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laksamana Malahayati, Tuanku paham bagaimana rasanya ditinggal mati belahan jiwa? Hati ini perih! Separuh jiwapun terbang melayang. Prang nanggroe yang dahsyat dengan kaphe Belanda itu telah merenggut nyawa suami tuan dan ratusan prajurit lainnya. Suratan takdir yang menyisakan duka bagi para janda dan aneuk yatim. Maka saat Tuanku menyeru kaum hawa, para janda untuk angkat senjata, tuan langsung bergegas. Suara Tuanku lantang menggelorakan semangat kami. “Taklah perlu awak inong tenggelam dalam kesedihan dan meratap kematian”. Tuan tahu ini bukan demi balas dendam, tapi untuk menegakkan kebenaran dan keadilan di Nanggroe Aceh. Tuanku, tuan bersumpah setia siap menjadi pasukan inong bale! Notes: Prang : perang Nanggroe : negeri Kaphe : kafir, sebutan untuk penjajah Tuan : saya Aneuk : anak Awak inong : kaum perempuan Inong Bale : prajurit yang direkrut dari kaum janda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun