Secara sederhana prinsip ini mengajarkan bahwa di dalam kehidupan ada hal-hal yang di bawah kendali kita, ada hal-hal yang tidak di bawah kendali kita.
"Some things are up to us, some things are not up to us." -Epictetus
Sekilas hal ini adalah hal yang sudah diketahui oleh kita semua, namun apakah kita benar-benar sudah meresapi dan menerapkannya?Â
Berikut adalah hal-hal yang ada dalam kedua definisi tersebut yang aku kutip dari Buku Filosofi Teras.
TIDAK di bawah kendali kita:
- Tindakan orang lain
- Opini orang lain
- Reputasi/popularitas kita
- Kesehatan kita
- Kekayaan kita
- Kondisi kita saat lahir (jenis kelamin, orangtua, etnis/suku, warna kulit, dll)
- Peristiwa alam (cuaca, gempa bumi, dll)
- Dan segala sesuatu yang di luar jangkauan pikiran dan tindakan kita
DI BAWAH kendali kita:
- Pertimbangan, opini, dan persepsi kita
- Keinginan kita
- Intinya, segala sesuatu yang berhubungan dengan pikiran dan tindakan kita
Sederhananya, apabila kita terobsesi, terlalu berharap, atau menaruh kebahagiaan pada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan, maka kita akan gampang dan sering sekali kecewa.Â
Stoisisme mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa datang dari "things we can control" atau apapun yang ada dalam kendali kita.
Contohnya, ketika kita mempunyai cita-cita dalam karir seperti kenaikan jabatan. Untuk mencapai impian ini, apa yang bisa kita kendalikan adalah kerja keras, usaha, doa yang maksimal.Â
Namun, ada faktor-faktor eksternal yang di luar kendali kita misalnya sentimen pribadi si Bos, kolega yang dengki, kondisi ekonomi perusahaan, dll.Â
Maka, kenaikan jabatan itu adalah hal yang tidak bisa kita kendalikan. Hal ini juga dapat diterapkan dengan prestasi belajar, kompetisi perlombaan yang diikuti, relationship, hingga keadaan sosial politik di sekitar kita.Â