Mohon tunggu...
Febi Rahma Auliya
Febi Rahma Auliya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menelisik Seni dalam Filsafat Estetika

19 Desember 2023   19:16 Diperbarui: 19 Desember 2023   19:33 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MENELISIK SENI PADA FILSAFAT ESTETIKA

Filsafat estetika berasal dari kata Yunani yaitu 'aesthesis' atau pengamatan. Estetik adalah salah satu cabang filsafat yang berbicara tentang keindahan. Obyek dari filsafat estetika adalah pengalaman akan keindahan. Filsafat estetika dipergunakan untuk menelusuri akan  hakekat keindahan, pengalaman akan keindahan, dan reaksi terhadap suatu keindahan. Kajian estetika berkembang setelah beberapa kajianlainnya seperti, metafisika, danepistemologi. Estetika kurang menerima perhatian dalam pembicaraan filsafat. Padahal filsafat estetika berkaitan erat dengan aspek-aspek kehidupan saat ini.

Menurut Aristoteles manusia adalah "animal rationale", dikatakan memiliki akal, maka manusia juga dianggap sebagai makhluk yang menyenangi keindahan dikatakan sebagai 'animal aestheticus'. Manusia yang karena kodratnya ingin memperindah dirinya maupun lingkungan dimana ia berada. Sedangkan Plotinus menyebut cabang ilmu ini berkaitan pada sesuatu yang indah dan mendatangkan kebijaksanaan. Sehingga keindahan yang dimaksud meliputi keindahan seni, alam, moral dan intelektual.

Pandangan Dari Hegel Tentang Seni          

Hegel yang merupakan filsus idealis mengungkapkan bahwa seni bersifat rasional karena merupakan sesuatu yang nyata keberadaanya. Namun ada kalanya seni bersifat irrasional, karena keberadaannya yang berasal langsung dari dalam seniman yang menuangkan pada karyanya. Hegel membedakan bentuk seni menjadi tiga kategori yaitu simbolik, klasik, dan romantik.

Simbolik, didefinisikan sebagai seni yang bersifat primitif dan kasar serta berfokus pada materi. Didefinisikan seperti itu sebab presentasinya murni dan masih bersifat indrawi. Bentuk seninya masih belum banyak diolah oleh aktivitas roh. Roh disini adalah pusat dan subyek yang menjadi alasan atas terbentuknya  keseluruhan realitas. Bentuk seni simbolik banyak meggambarkan ilahi dengan bangunan, hewan, dan pohon. Contoh: Sphix di Mesir, gereja, dan rumah. Puncak dari seni ini adalah asitektur.

Klasik, karya ini tidak lagi dominan dengan indrawi, dan tidak berfokus pada materi. Memiliki hubungan harmonis dengan spiritual. Dalam seni klasik tidak lagi menggambarkan ilahi dengan hewan, melainkan dewa-dewa digambarkan dengan tampilan manusia berpostur indah dan memiliki kekuatan. Meski masih ada hubungan sedikit dengan materi (penggambaran manusia), akan tetapi sudah memiliki keunggulan dibanding seni simbolik. Puncak dari seni ini adalah patung.

Romatik, dalam seni ini memiliki roh yang presentasinya ditarik ke dalam spiritual (berekonsiliasi). Artinya menjadi lebih bebas mengolah imajinasi, tergantung kedekatannya dengan diri sendiri. Puncak dari seni ini adalah puisi. Sedangkan Plato berpendapat bahwa puncak dari seni adalah musik, karena dinilai besar pengaruhnya dalam lingkungan pemerintahan. Pendapat Hagel yang menyatakan bahwa seni bisa dikonseptualisasikan, bertolak belakang dengan pendapat Kant. Menurutnya, seni tidak bisa dikonseptualisaskan karena bersifat enigmatik atau mengandung unsur misterius yang sulit dipecahkan.

Relevansi Filsafat, Seni, dan Agama

Pada awal perkembangannya, agama, filsafat, dan seni memiliki hubungan harmonis dan saling menguntungkan sebagai elemen-elemen yang membangun sistem kebudayaan masyarakat. Namun, ketika agama bersentuhan dengan seni, agama cenderung menjaga jarak dengan cepat dan pasti. Ini disebabkan oleh sifat agama yang merupakan ekspresi emosi ketundukan dan manifestasi keyakinan tentang hukum kehidupan manusia.

Dalam perspektif agama, seni dianggap sebagai elemen yang dapat mengurangi orisinalitas agama saat Tuhan mewahyukan ajaran-Nya kepada para nabi atau utusan-Nya yang suci. Hal ini terjadi karena seni cenderung memiliki karakteristik yang lembut, lebih fleksibel, memuja keindahan, kreativitas, inovasi, dan daya imajinatif. Sebaliknya, agama memiliki hukum yang tegas dengan imbalan dan hukuman yang jelas, seperti surga dan neraka, serta menuntut totalitas dalam ketaatan dalam menjalankannya.

Hegel berpendapat bahwa di atas kesenian terdapat agama. Di mana kesenian mengekspresikan harmoni secara fisik, agama mengekspresikan harmoni secara spiritual. Baginya, filsafat muncul setelah agama, dengan agama-agama sebagai tahap dalam pencarian kebenaran. Selain itu, Hegel menggambarkan bahwa keberadaan Tuhan bukanlah entitas yang mandiri, melainkan muncul melalui kesadaran manusia.

Secara keseluruhan, terdapat harmoni awal antara agama, filsafat, dan seni sebagai elemen-elemen yang saling memperkaya dan membangun sistem kebudayaan masyarakat. Namun, ketika agama berinteraksi dengan seni, terjadi distansi cepat karena agama cenderung mengutamakan ketundukan dan kepastian hukum, sementara seni cenderung mengutamakan kelembutan, keindahan, kreativitas, dan fleksibilitas. Perbedaan ini menyebabkan agama merasa terancam akan keaslian ajarannya. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman yang lebih mendalam dan saling menghormati antara agama dan seni untuk memelihara keragaman budaya dalam masyarakat.

Filsafat seni adalah salah satu cabang dari bidang estetika filsafat yang secara khusus mempelajari tentang seni. Kajian ini sesuai dengan tujuan mendalaminya yang bertujuan untuk mencari kebenaran. melalui perspektif filosofis, estetika mampu menjelaskan mengenai pengalaman estetis, sensasi, dan emosi yang terkait dengan karya seni. Filsafat juga memungkinkan kita untuk menelaah pertanyaan-pertanyaan mendasar terkait kriteria keindahan, objektivitas dalam penilaian estetis, dan peran subjektivitas dalam apresiasi seni.

Secara keseluruhan, keterkaitan antara filsafat dan estetika memungkinkan kita untuk memahami makna dan nilai dari karya seni, serta bagaimana seni berkontribusi dalam memperkaya pengalaman manusia. Dengan demikian, studi filosofis dalam estetika membantu mendorong pemahaman yang lebih mendalam tentang keindahan, estetika, dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam seni.

Kesimpulan

Seni, menurut perspektif estetika, mampu menginspirasi pemikiran kritis dan refleksi mendalam tentang kehidupan dan masyarakat. Karya seni dianggap memiliki nilai intrinsik yang tidak hanya berada pada permukaan visualnya, tetapi juga pada pesan dan makna yang disampaikan. Sebagai hasil dari interpretasi subjektif, seni dapat menciptakan dialog dan refleksi yang mendalam mengenai keberagaman budaya, nilai-nilai manusia, dan kompleksitas eksistensi.

Filsafat estetika menegaskan pentingnya seni sebagai cerminan keindahan dan perwujudan kreativitas manusia yang memengaruhi pengalaman dan pemahaman akan kehidupan. Kehadiran seni dalam masyarakat membawa dampak yang mendalam dalam memperkaya budaya, meningkatkan kesadaran, dan memperdalam pemahaman akan kompleksitas manusia dan alam semesta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun