Mungkin lidah tak benar-benar fasih menuturkannya, atau mungkin hati yang kerap berdusta
Kesombongan semakin menjadi-jadi
Bergejolak membabi buta, tak ada yang berani menyampaikannya
Hanya kemarahan semata yang membuat lisannya melontarkan kata itu,
Dia selalu begitu, tak sungkan menyampaikan semuanya
Aku gambaran kerasnya dia, dia tau siapa aku
Seolah-olah sangat mengenalku ,
Sayangnya hanya satu sisi saja
Ada harapan yang muncul setiap kali dia mulai bersuara
Berharap dia mengenalku sepenuhnya, melihat ke dalam siapa aku
Aku yang juga tak mengenalnya dan dia yang tak juga mengenalku
Siapa yang harus di jadikan kambing hitam dalam perseteruan ini
Toh kita sama-sama bersalah,
Bila hukum tuhan berkata lain, haruskah ku tetap sujud pada dia
Toh bukan salahku sepenuhnya! Ku tegaskan itu,
Tapi kau memaksaku untuk tetap bersimpuh
Heran, apa kau tau aku dan dia
Aku menyangsikannya, tapi kau bersikukuh mengenal kami
Dan balik menegaskan agar aku berlutut...
Wajahmu merah padam , bibirmu membentuk segurat kekesalan
Masih bergeming, aku masih tak mau
Kau benar-benar sombong! Kata itu balik keluar
Semakin tak mengerti, aku semakin menggila
Sudahlah , kau memang anak yang tak tau diri!
Keras sekali ucapanmu, sama seperti dia
Aku yakin kalian bersekongkol, ingin menjatuhkanku
Sepertinya hidupmu penuh dengan pengkhianatan, kau balik menyerang
Kini dia tak sendiri, manjadi mereka semakin kuat dan aku mulai melemah
Salahlkah aku?
Ya, serempak sekali mereka
Apa?
Kesombongan !
Yang semakin menjadi, dia berkata
Yang tak mau mengalah pada kebenaran kau menambahkan
Lalu...
Bersujudlah minta ampunan,
Hati yang mulai mengeras bila dibiarkan akan membatu
Butuh waktu yang lama mengukirnya kembali,
Dan kau pikir kau punya kesempatan?
Umurmu ,bukan milikmu
Kau tau? Aku mengangguk
Kau merasa telah memberikan segalanya bukan? Masih mengangguk
Itulah kesombonganmu, sudahkah kau paham
Aku ragu , mengangguk dan menggeleng
Menjadi pilihan yang sulit
Aku sangat mengenal siapa yang mereka sebutkan, dan baru menyadarinya
Itu aku,aku, aku
Dia benar, dia memang selalu benar
Dan kau selalu mendukung kebenarannya
Lalu, apa yang akan aku lakukan?
Sujudlah, mohon ampunanNya
Menangis dan permohonan maaf
Tak kan menutupi luka dihatinya
Kau sadar bukan?
Bahkan bila seisi dunia memusuhimu
Kau paling tau siapa yang akan tetap mendekapmu!
Dia dia hanya dia
Dan kau meragukannya!
Kau terlalu angkuh
Walau hanya untuk menyapanya,
Memanggil sayang padanya
Kau manusia yang angkuh
Aku ? aku kah itu???
Doa ku tak cukupkah itu?
Kau kira cinta hanya berbatas  doa?
Kau lupakan cinta itu sebagai kata kerja!
Kau, benar-benar bodoh
Sudah cukup, !
Aku, bukan seperti itu
Ya, kau lah itu...
Masih tak sadar juga
Tuhan, yang Esa
Tempat semua hati berlabuh, semua permohonan di lontarkan
Tuhan,yang Pemurah
Kasih yang tak pernah memilih kekasihnya
Masih bisakah, aku memohon?
Pantaskah aku memohon?
padaMu, padaMu
Wahai sang pembolak balik hati
Penguasa alam ini
Aku, masih banyak berdosa
Banyak nista dan mungkin sangat hina
Sudihkah Engkau, menerima doa ku?
Ampuni kesombonganku,keangkuhanku
Pada dia, pada dia
Dia ibuku...
Cinta kasihku,
Yang tak pernah bisa aku sampaikan
Dalam tindak tandukku
Aku lukai dia dengan mulut tajamku
Dia ibuku...
Yang selalu aku doakan kebaikan untuknya
Namun tak bisa ku jaga perasaannya
Masih pantaskah aku meohon ampunanMu?
Dia ibuku...
Yang setia mendoakanku
Telah ku goreskan banyak luka di hatinya
Masih pantaskah aku?
Dia ibuku,
Yang jujur aku memohon padaMu
Untuk selalu melindunginya, ampuni aku Tuhanku
Ampuni aku Tuhanku, ampuni aku
Beri kesempatan untukku bahagiakannya
Sekali saja dengan tuturku, aku mengharap ampunan dariMu Tuhanku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H