Sejak Awal tahun 2019, tepatnya bulan Maret Indonesia mulai di Hebohkan dengan tamu tak diundang bernama Covid-19. siapa sangka "tamu" ini membuat heboh seluruh dunia. Di Indonesia sendiri tamu ini selalu jadi tranding topic. semua media membahasnya dan semua orang fokus terhadap nya.Â
karena pemberitaan yang luar biasa heboh tentang "tamu" ini, membuat semua orang merasa takut dan malu jika mengalaminya. virus ini melebihi sakit kelamin dan sakit yang disebabkan kerusakan moral.Â
jika seseorang terdiagnosa cobid-19 maka semua orang akan menjauhinya, bahkan rumahnya akan di berikan garis pembatas. bukan saja rumahnya, namun gank masuk rumahnya juga di tutup. hal ini membuat seseorang penderita dan keluarganya merasa dipojokan dan sendiri.
apakah covid 19 seseram itu? sampai sampai tukang sampah yang bertugas mengangkut sampah pun tidak mau mengambil sampah penderita covid-19?
bapak, ibu, adik, dan kk jika anda berada di posisi pasien penderita covid 19 bagaimana perasaan anda?, memang virus ini sangat mudah menular sehingga kita harus menjaga jarak, namun bukan berarti menjauhi dan mengisolir mereka sedemikain rupa. sampai sampai tidak sedikit penderita covid 19 yang isolasi mandiri harus meninggal dalam kondisi sendiri. ya, benar benar sendiri. karena semua keluarga takut dan intruksi dari tenaga kesehatan juga begitu.Â
pasien penderita covid-19 memang harus di isolasi namun tidak sendiri, ketika mereka sesak nafas mereka butuh bantuan "kita" yang sehat untuk membantunya.Â
apakah perlu takut jika kita merawat pasien covid 19?. jika kita merawat pasien covid dengan memperhatikan protokol dan pasien covid juga kita lakukan protokol kesehatan ketika bertemu dengan yang sehat maka tidak akan tertular.Â
saya berikan contoh y: saya sebagai alumni C-19, saya mengalami akhir tahun 2020 dan saya melakukan isolasi secara mandiri di rumah, berkumpul dengan keluarga. namun saya tetap mempertahankan masker, masker tidak boleh basah, jika basah langsung ganti. dan saya tidak pernah lepas masker kecuali saat makan dan mandi, saat makan pun saya lakukan di luar rumah.Â
agar droplet (percikan ludah) bisa langsung kena udara dan setelah mandi saya semprot dengan desinfektan. Â saya juga masih melakukan pemberian ASI pada bayi saya yang berusia 10 bulan saat itu. alhamdulillah bayi saya negatif dari hasil pemeriksaannya. saat malam hari saya merasakan sesak nafas, namun dengan coba mengendalikan nafas dan tenang, alhamdulillah teratasi.Â
ketika mengalami covid saya tidak melapor karena takut di karantina, perasaan takut ini adalah efek pemberitaan yang ada dan pengalaman dari teman teman yang lain yang sudah duluan mengalami covid 19. kenapa saya takut dikarantina? karena takut ke-3 anak saya tidak ada yang menjaga.
hal ini lah yang membuat saya melakukan perawatan mandiri dirumah, alhamdulillah dengan minum vitamin c 1000 mg setiap hari, makan sop kambing dan lainnya yang mengandung tinggi protein, Â buah dan sayur dan dibantu dengan air minum ber PH 9 membuat saya cepat sembuh dan segera melepas masker.Â
so, disini saya ingin sampaikan bahwa:
1. segera menggunakan masker dan jangan sampai buka masker jika anda ingin isolasi mandiri bareng dengan keluarga yang sehat
2. makan dan minum yang baik
3. mendekatkan diri pada yang maha Kuasa
semoga kita semua terlindungi dari virus ini. aamiin
sehat untuk kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H