Menghargai Proses, Bukan Hanya Hasil
Salah satu nilai penting dalam Stoicism adalah bahwa kita tidak boleh terlalu terikat pada hasil akhir. Stoicism mengajarkan kita untuk menghargai proses hidup, serta tindakan dan keputusan yang kita ambil setiap hari, ketimbang hanya fokus pada pencapaian akhir. Jokowi, dalam banyak kesempatan, menunjukkan bahwa dia tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga pada upaya terus-menerus untuk melakukan yang terbaik dalam setiap langkah.
Contoh yang jelas adalah pendekatan beliau terhadap reformasi birokrasi dan pemerintahan yang lebih efisien. Jokowi sadar bahwa perubahan besar memerlukan waktu, dan meskipun ada banyak rintangan, ia terus memimpin dengan tekad untuk memperbaiki sistem yang ada. Stoicism mengajarkan bahwa yang terpenting bukanlah hasil yang cepat atau mudah, tetapi bagaimana kita menjalani setiap langkah dengan kebajikan, ketekunan, dan kesungguhan.
Stoicism sebagai Pedoman Hidup dan Kepemimpinan
Filosofi Stoicism, meskipun berakar pada ajaran filsafat kuno, tetap relevan hingga hari ini, terutama dalam konteks kepemimpinan dan kehidupan sehari-hari. Joko Widodo, dengan sikap tenang, rasional, dan berfokus pada solusi, menggambarkan banyak nilai Stoic dalam kehidupannya. Dari penerimaan terhadap takdir, keberanian dalam menghadapi kesulitan, hingga keteguhan untuk fokus pada apa yang bisa dikendalikan, Jokowi menunjukkan bagaimana Stoicism dapat diterapkan dalam menghadapi tantangan besar, baik dalam kepemimpinan negara maupun dalam kehidupan pribadi. Dengan mengadopsi prinsip-prinsip Stoicism, kita diajak untuk hidup lebih bijaksana, lebih tenang, dan lebih kuat dalam menghadapi segala sesuatu yang datang di hadapan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H