Mereka mengunggah video berisi editan antara badan tikus dengan kepala seorang politikus yaitu Ketum PDIP. Terlepas dari aksinya menyuarakan aspirasi rakyat, bentuk video yang diunggah sebenarnya dapat dikatakan cukup menganggu.
Dengan sasaran protes yang sama, seorang mahasiswa juga ikut memberi ucapan pedas terhadap Ketum PDIP.Â
Ya, ucapan ini datang dari Tiktoker Bima Yudho, yang tak sengaja menyebut Ketum PDIP sebagai "Janda" ketika tengah memberi tanggapan terhadap tayangan wawancara Najwa Shihab dengan Ganjar Pranowo terkait penolakan Timnas Israel di Piala Dunia U-20.Â
Meskipun dalam klatifikasinya ia tak bermaksud buruk, tetapi dalam beberapa video nya pun Bima memang terbiasa memberika kritik dengan pilihan kata yang frontal dan berani.
Hal-hal tersebut memperlihatkan bagaimana ekspresi kepedulian Gen Z terhadap kehidupan masyarakat dan sosial di Indonesia.Â
Sesuai dengan prediksi dari Time (2018), Gen Z memiliki sifat yang progresif dalam menyikapi masalah.Â
Buktinya, dalam beberapa kesempatan, netizen Indonesia mampu menciptakan kampanye online, meraih massa dengan cepat, bahkan menggerakkan pemerintah untuk turun tangan.Â
Tak bisa disangkal bahwa wawasan Gen Z sangatlah luas dan general berkat bantuan teknologi. Akan tetapi, Gen Z rupanya tak serta merta memiliki wawasan dan kemampuan praktikal dalam berpolitik.Â
Gen Z cenderung berperan sebagai konsumen dalam ekosistem politik, dimana mereka bebas berpendapat, berkomentar, dan mengamati kondisi lingkungan saja.Â
Berbagai pendapat dan kritik yang dituangkan oleh Gen Z juga cenderung dikemas secara frontal dan kontroversial.Â
Penelitian Yolanda & Halim (2020) ikut menambahkan bahwa Gen Z belum pernah benar-benar memberikan partisipasi langsung dalam menyusun langkah strategis untuk dunia politik.